Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HASIL SAMPING PRODUK PERIKANAN DAN RUMPUT LAUT

OLEH:

XI

ANGGA SURYADI

APHPI

SMK N 6 B.LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


I. PENDAHULUAN
A.Diskripsi Buku ini akan membahas tentang bidang kompetensi
Pengolahan Hasil Samping Produk Perikanan dan Rumput Laut.
Kompetensi ini merupakan kerangka dari 2 Kompetensi Dasar (KD)
yaitu Menerapkan Prinsip Dasar dan Alur Proses Pengolahan
Produk Hasil Samping (KD1), serta Menerapkan Pengemasan
Produk Hasil Samping Perikanan Dan Rumput Laut (KD2). KD 1
diuraikan kedalam Sub Kompetensi Karakteristik Bahan, Prinsip
Dasar Pengolahan, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jenis Dan
Prinsip Kerja Alat Pengolahan Hasil Samping Produk Perikanan
Dan Rumput Laut, Sifat Dan Karakteristik Kimia Hasil Samping
Produk Perikanan Dan Rumput Laut dan Pengolahan Hasil
Samping Produk Perikanan Dan Rumput Laut. Sedangkan untuk
Kerangka Dasar 2 (KD2) diuraikan kedalam Sub Kompetensi Prinsip
Pengemasan, Jenis dan Karakteristik Bahan Kemasan, Teknik
Pengemasan, Kaedah Pelabelan dan Pengemasan Produk Pengolahan
Hasil Samping Perikanan Dan Rumput Laut.
 PEMBUATAN MINYAK IKAN
1. )Bahan Baku
Bahan utama yang digunakan adalah hasil samping ikan berupa lemak perut
ikan patin (Figure 1) yang diperoleh dari sentra pengolahan ikan patin asap di
Desa Pulau Gadang, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau. Bahan lain yang digunakan antara lain bentonit, arang aktif, petroleum
eter (Merck, Darmstadt, Jerman), KOH, alkohol netral 95%, indikator pp, asam
asetat (Merck, Darmstadt, Jerman), kloroform (Merck, Darmstadt, Jerman), KI
(Merck, Darmstadt, Jerman), Na2 S2 O3 (Merck, Darmstadt, Jerman), larutan
pati, HCl (Merck, Darmstadt, Jerman), pereaksi Wijs, NaOH (Merck, Darmstadt,
Jerman), metanol (Merck, Darmstadt, Jerman), BF3 , heksana (Merck,
Darmstadt, Jerman), dan standar fatty acid methyl ester (FAME Mix C8-C22,
Supelco 37). Peralatan yang digunakan adalah sentrifuge (Type, PLC-03 (table
top), Taiwan), picnometer (100 mL, pyrex), oven (drying oven), penyaring
vakum, kromatografi gas (Shimadzu GC, Jepang) yang dilengkapi dengan
detektor FID dan kolom Cyanopropil methyl sil (capilary column) dengan
ukuran kolom 60x0,25 mm (ketebalan 0,25 µm), peralatan gelas, serta
peralatan teknis untuk mengekstraksi minyak ikan.

2. )Bahan Pendukung
tepung tulang ikan tuna dengan konsentrasi 1.1%, 2.3%, dan 3.4%
dari jumlah terigu dan sagu. Rancangan dan analisis data yang
digunakan yaitu uji Kruskal Wallis dan uji lanjut Duncan. Hasil
rendemen tepung tulang ikan tuna yang dihasilkan yaitu 56.2%. Hasil
uji kimia pada tepung tulang ikan yaitu kadar air 3.49%, bu 29%,
protein 12.4%, lemak 1.98%, dan kalsium 3.88%. Hasil uji hedonik
formula terbaik adalah formula dengan konsentrasi 1.1%. Hasil uji
kimia kue bagea terpilih dengan kadar air 2.22%, abu 1.25%, protein
6.6 %, lemak10.41%, kalsium 0.16%, sedangkan karakteristik mutu
hedonik kue bagea formula terbaik dengan hasil; kenampakan: utuh,
rapi, bersih, kurang homogen; warna: coklat gelap; aroma: agak
tercium aroma khas sagu dan tepung tulang ikan; tekstur: agak
renyah agak lama hancur; dan rasa: gurih, agak manis, agak terasa
tepung tulang ikan.

3.)alat yang digunakan


pisau, baskom, panci kukus, timbangan, alat pressing, labu pemisah,
erlenmeyer, corong, kemasan minyak ikan. Semua peralatan yang akan
digunakan dicuci terlebih dahulu. Pencucian cukup menggunakan air bersih
mengalir tanpa penambahan cairan pembersih. Menurut Marriott and Gravani
(2006), air merupakan pembersih yang paling sering digunakan untuk
membersihkan media debu, tanah, dan puing-puing kecil.

4.)TAHAPAN PROSES PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN


(1).Pencucian Limbah ikan patin yang telah melewati proses rantai dingin di
thawing lalu dicuci menggunakan air bersih yang di alirkan ke dalam baskom
menggunakan selang. Tujuan mengalirkan air yaitu agar kotoran di dalam baskom
dan sisa dari es batu ikut cair lalu hanyut bersama aliran air, sehingga by-product
ikan patin Pencucian Penimbangan Pemanasan Pressing Pemisahan fasa
Pengambilan minyak kasar Minyak ikan Pengemasan pencucian tidak terlalu
kotor. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Murniyati dan Sunarman (2000),
bahwa pencucian pada ikan harus dilakukan dengan menggunakan air yang bersih
dan mengalir supaya kotoran ikan bisa langsung terbuang. Setelah dilakukan
pencucian, limbah ikan patin ditiriskan guna mengurangi kadar air sisa pencucian.

(2).Penimbangan Limbah ikan patin yang sudah bersih dan ditiriskan kemudian
ditimbang. Dari 2.3 kg ikan patin segar hanya didapatkan kurang lebih 1 kg limbah
ikan yang akan dimanfaatkan untuk produksi minyak ikan. Penimbangan
dilakukan menggunakan neraca analitik yang ada di workshop BBP2HP.

(3).Pemanasan Limbah dipanaskan dengan cara dikukus menggunakan panci


pengukusan. Menurut Maryati (2000), pengukusan langsung ialah uap panas yang
langsung mengenai makanan. Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan lemak
yang akan membuat tengik minyak ikan dan menghilangkan bakteri patogen.
Pengukusan dengan uap panas selama 30 menit dengan suhu ± 70℃ sampai
lunak. Hasil pengukusan disebut dengan bubur matang limbah ikan. Minyak yang
dihasilkan dari pemanasan menggunakan suhu 70℃, memiliki warna kuning cerah
sedangkan minyak yang dihasilkan dari pemanasan dengan suhu 90℃ memiliki
warna kecoklatan (BBP2HP, 2014).

(4).Pressing Pressing dilakukan menggunakan alat pressing manual. Limbah ikan


yang telah melalui proses pemanasan dibungkus dengan kain. Kain di fungsikan
sebagai penyaring minyak ikan agar tidak tercampur dengan bagian-bagian yang
kasar. Bubur matang limbah ikan di press sampai benar-benar tidak ada sisaan
minyak didalamnya. Minyak yang didapat dari hasil pressing diletakkan pada
beaker glass dan sisa bubur matang ikan yang tidak mengandung minyak
dilakukan proses lanjutan untuk diolah menjadi tepung ikan.

(5). Pemisahan Fasa Minyak yang didapat dari pengepressan menghasilkan tiga
fasa yaitu fasa minyak, air dan konsentrat protein. Pemisahan ketiga fasa minyak
ini menggunakan labu pemisah yang di gantung pada statif. Dilakukan
penambahan air hangat untuk mempermudah pemisahan karena air hangat
mempermudah pemisahan minyak dan air serta melarutkan zat-zat yang tidak
diinginkan dalam tahapan pemisahan.
(6).Minyak Ikan Kasar Minyak ikan kasar masih harus diberi perlakuan berupa
pemurnian minyak ikan. Tujuan utama pemurnian ikan yaitu menghilangkan
kotoran, lendir, rasa dan bau yang tidak disukai, serta warna yang tidak menarik
dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan
industri pangan. Metode pemurnian minyak ikan yang umum digunakan adalah
metode pemurnian alkali. Berdasarkan Ketaren (1986), tahap-tahap pemurnian
ikan meliputi penyaringan, degumming, netralisasi, bleaching dan deodorisasi.

(7).Pengemasan dan Penyimpanan Minyak ikan kasar diletakkan pada botol kaca
kecil sebagai kemasan nya. Botol kaca diberi label guna menandai sampel minyak
ikan. Setelah itu, minyak ikan disimpan di dalam freezer. Jika ingin mencairkan
minyak ikan cukup di thawing menggunakan air hangat sampai cair. Penyimpanan
minyak ikan ditujukan untuk memperlama daya simpan minyak sampai dilakukan
proses pemurnian.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bahwa
proses produksi minyak ikan berbahan dasar ikan patin meliputi persiapan bahan
baku dan alat produksi, pencucian, penimbangan, pemanasan, pengepressan,
pengambilan minyak ikan kasar, pengemasan, dan penyimpanan. Dari 1 kg limbah
ikan patin (jeroan, belly flap, kepala, sirip, ekor) hanya didapatkan 116 ml crude
oil ikan patin. Hal tersebut dikarenakan bagian-bagian limbah ikan patin telah
melewati proses pengukusan dan pengepressan yang menyebabkan kandungan
air didalamnya berkurang. Setelah itu minyak ikan patin dikemas pada botol
kemasan yang telah diberi label.

Anda mungkin juga menyukai