IKAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
PITRY LAUNDA 17051104002
APRIANI KILA 17051104005
CHRISTIAN SORONGAN 17051104017
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia serta tuntunanNya sehingga kami dapat
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun dari para pembaca dengan tujuan untuk
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
2. PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1. Pemantauan................................................................................................2
2.3. Pemantauan CCP Pada Pengolahan Ikan Suhu Tinggi (Pengalengan Ikan
Sardine)......................................................................................................7
3. KESIMPULAN...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
1. PENDAHULUAN
dapat timbul selama proses produksi. Salah satu alasan mengenai pentingnya
penerapan system HACCP pada industry pangan adalah karena selama proses
konsumen. HACCP terdiri dari 7 prinsip, yaitu :analisis bahaya dan preventif,
1
2. PEMBAHASAN
2.1. Pemantauan
Gambar 1. Pemantauan
critical control point (CCP) dengan batas kritisnya. Pemantauan juga didefinisikan
sebagai tindakan yang terencana dari pengamatan atau pengukuran dari parameter
pengendalian yang dilakukan untuk menilai apakah CCP dibawah kendali (Codex,
1997). Pemantauan juga dapat menghasilkan suatu catatan yang akurat dan
2016).
kritis.
dilakukan.
2
4) Who (Siapa) : Orang-Orang kompeten dan terlatih yang melakukan
pekerjaan tersebut.
jalan yang diterima dari supplier. Bahan baku yang diterima ditangani
secara hati-hati, cepat, cermat, dan bersih. Proses penerimaan bahan baku
juga dilakukan uji organoleptik oleh pihak Quality Control dan jika terdapat
bahan baku yang tidak sesuai spesifikasi maka akan dipisahkan dan diolah
tajam. Penyiangan dilakukan secara hati-hati dan jangan sampai isi perut
keranjangnya lalu kembali disiram dengan air dingin yang mengalir dan
dimasukkan pada fish scalling machine. Cara kerja mesin ini seperti mesin
3
cuci yaitu berputar menggulung daging-daging ikan mencuci dan
Ikan yang telah dicuci dan dihilangkan sisiknyadi bawa oleh conveyor
memisahkan daging ikan dari kulit, duri, tulang dan sisik yang masih
ruangan bersuhu 250C. Daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan
lumatan daging direndam dalam air dingin yang bersuhu ≤ 4 0C. Lumatan
yang akan ikut larut dalam air pada leaching yang pertama.
semprot air dingin bersuhu ≤40C setelah itu daging lumat kembali dialirkan
pada leaching tank II, dicuci kembali dalam air dingin untuk dipisahkan dari
kotoran, darah, pigmen dan lemak yang masih tersisa dan kembali disedot
4
Tahap selanjutnya yaitu leaching II yang digunakan tambahan CaCl2
Daging lumat yang telah dicuci dari leaching tank akan disedot naik
dan masuk ke dalam mesin rotaryscreen III untuk disaring dan dibersihkan
daging sehingga didapatkan daging murni yang berwarna putih cerah yang
akan keluar melewati rongga-rongga kecil yang terdapat pada mesin ini,
sehingga urat daging, duri, maupun lemak akan tertinggal dan langsung
dialirkan pada lubang khusus untuk limbah. Setelah didapat daging lumat
6. Pencampuran (mixing)
sebanyak 6 kg, egg white powder (EWP) sebanyak 350 gr, dan sodium
kali pencampuran dan akan dicampur secara otomatis hingga merata dalam
bowl cutter. Proses mixing ini berlangsung selama ±1–2 menit pada ruangan
5
7. Pencetakan dan pengemasan (forming and wrapping)
Surimi dicetak dalam bentuk blok pada sebuah long pan yang
yang tidak sesuai standar atau patah diperbaiki dengan melakukan forming
ulang. Produk surimi yang dicetak dalam bentuk blok langsung dikemas
primernya.
8. Pembekuan
surimi tersebut adalah dengan menyusun long pan yang berisi surimi pada
penuh terisi long pan lalu tutup pintu contact plate freezer dan nyalakan
mesinnya agar plat-plat tersebut dijepit. Surimi dibekukan selama 2,5–3 jam
mengandung logam maka secara otomatis alarm pada metal detector akan
berbunyi dan conveyor tersebut akan berhenti dan jika kedapatan produk
surimi yang mengandung logam, maka surimi tersebut akan dipisahkan dan
6
dicetak kembali dan dibekukan lagi. Mesin ini setiap 1 jam dilakukan
Produk surimi beku yang telah lolos di mesin metal detector kemudian
yang terbuat dari karton berlapis lilin yang berfungsi untuk mencegah
kerusakan fisik produk, menjaga produk agar tidak mudah mencair, dan
kg.
yaitu pada bagian penerimaan bahan baku dan metal detector karena
merupakan CCP.
laboratorium untuk setiap bahan baku yang datang oleh staf Quality Control
dan meminta surat hasil analisis laboratorium dari supplier yang menjelaskan
bahan baku yang datang terbebas dari bakteri pathogen dan logam berat.
b. metal detector
mesin detektor logam setiap sebelum proses dan 30 menit sebelum di pakai
7
2.3. Pemantauan CCP Pada Pengolahan Ikan Suhu Tinggi (Pengalengan Ikan
Sardine)
a. Lokal
b. Import
dan dari mana ikan berasal. Selanjutnya dilakukan sampling ikan untuk
2. Penyimpanan sementara
8
Untuk mempertahankan kesegaran ikan yang baru dibongkar atau
pool water chiller dengan penambahan es hingga suhu dicapai (0-4 ℃).
Pemeriksaan suhu pada water chiller dilakukan secara periodic oleh petugas
QC (Quality Control).
3. Thawing
beku. Pada tahap ini ikan dimasukkan ke dalam bak yang sudah berisikan
terlebuh dahulu es pada ikan melelh (suhu ikan maksimum 4 ℃. Ikan yang
thawing dan jumlah tenaga kerja yang dipakai. Jumlah ikan yang dithawing
Pada tahap ini ikan dipotong tegak lurus pada pangkal kepala dan ekor
serta isi perut. Penghilangan sisik ikan dilakukan (khusus ikan yang bersisik
5. Penyortiran
lain yang ikut terbawa pada saat proses penyiangan dan pemotongan.
6. Pencucian
Pada tahap ini ikan dicuci dan dibersihkan dengan menggunakan air
9
7. Pengisian ikan ke dalam kaleng
berat yang ditentukan. Cara pengisian ikan ke dalam kaleng yaitu, ikan
diseling berlawanan antara ekor dan kepala dan jika di dalam pengisian
terdapat potongan ikan yang kecil atau berlebih, maka potongan tersebut
8. Penimbangan
(100-110 gr) untuk kaleng silinder ukuran kecil dan (300-310 gr) untuk
9. Exhausting
exhaust box melalui belt conveyor, lamanya waktu pemasakan pada exhaust
box disesuaikan dengan ukuran kaleng dan jenis ikan yang diguanakan.
10. Penirisan
terbuka dengan pan berlubang dan kemudian dibalikan hingga cairan yang
ditiriskan.
10
11. Pengisian saus
belt conveyor menuju ke alat pengisian saus. Saus diisikan sampai terbentuk
head space yang diinginkan yaitu 10 % dari tinggi saus. Saus yang diisikan
masih dalam keadaan panas dengan suhu (65-75 ℃). Petugas QC melakukan
pengecekan dari hasil seaming setiap satu jam sekali, selain itu juga
pada alat pencuci otomatis yang memancarkan air hangat bercampur dengan
detergen dan dilengkapi dengan sikat pencuci. Tujuan dari tahap ini yaitu
untuk membersihkan sisa-sisa saus dan serpihan daging yang masih melekat
14. Sterilisasi
sterilisasi, tekanan dalam retort dan steam (uap panas), hasil pengecekan
11
15. Pendinginan
16. Pengepakan
dengan cara kaleng-kaleng yang telah dibersihkan dan diberi kode produksi
kardus ditutup dengan perekat dan diikat dengan straping band serta diberi
cap yang mencantumkan expaired date, jenis ikan dan nama perusahaan.
Petugas pada bagian ini melakukan pencatatan jumlah kaleng yang rusak
yaitu pada bagian penerimaan bahan baku, proses seaming dan sterilisasi.
blok ikan per kontainer yaitu 2 bagian depan, 2 bagian tengah, dan 2 bagian
sheet yang meliputi bau, tekstur, dan mata. Pengujian formalin menggunakan
12
sampel ikan, apabila muncul warna pink atau ungu menandakan bahwa ikan
masing blok diambil 3 ikan. Uji histamin menggunakan metode flurometri yaitu
dengan alat microplate dengan merk Staf Fax. Sampel diambil pada daging yang
supplier.
b. Proses seaming
kaleng (H), tinggi double seam (W), tebal penutupan (T), countersink (CS),
alat seam micrometer setiap 1 jam sekali dengan mengambil 8 buah kaleng.
dilakukan pengaturan ulang pada mesin seamer agar dihasilkan kaleng yang
c. Proses sterilisasi
13
recording dan disesuaikan dengan waktu pada jam dinding atau jam tangan.
dilakukan. Selanjutnya, pipa yang berisi uap panas dialirkan. Jarum termometer
akan bergerak dan menunjukkan suhu tertentu. Proses venting dipengaruhi oleh
stabilitas tekanan uap panas dari boiler. Ketika suhu dicapai, pipa venting dan
kran pembuangan uap ditutup sehingga tekanan yang seharusnya dapat dicapai.
memenuhi standard yaitu (<5oC). Ikan yang datang dari pemasok ditempatkan
pada tong-tong besar dalam keadaan beku, ikan tersebut telah dibersihkan
proses produksi. Ikan yang telah lolos dalam pengecekan, disimpan dalam
kerupuk ikan.
14
2. Penggilingan Ikan
Bahan baku ikan yang telah disimpan pada freezer diambil, lalu
digunakan untuk mixing ada 2 yaitu Whip mixer untuk pencampuran bumbu
seperti gula, bumbu, pewarna makanan (orange), telur bebek 1 butir, air 1
pencampuran tepung seperti garam, tepung kanji, ikan kuniran, bumbu yang
sudah dicampurkan, air sebanyak 500 ml dan tepung terigu, proses mixing
4. Pembentukan adonan
Adonan yang tadi telah tercampur di keluarkan dan satu lonjor adonan beratnya
1,9 kg. Adonan yang sudah dicetak di susun diatas tray yang dialasi jaring agar
tidak langsung menempel pada tray, satu tray dapat menampung 8 lonjong
adonan.
5. Pemasakan adonan
±10 tray. Pemasakan ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan suhu
15
sekitar 90oC dan tekanan 2 atm. Suhu tersebut harus benar-benar diperhatikan
kemudian di keluarkan lalu disusun pada cetakan kayu yang dialasi dengan
plastik untuk menjaga bentuk kerupuk tetap bagus. Setelah beberapa saat
6. Pendinginan
Setelah pemasakan kerupuk yang telah matang dan disusun pad arak, di
7. Pemotongan
mesin pemotong. Sebelum dipotong kerupuk dioleskan air agar tidak lengket
dan terlalu keras saat dipotong. Ketebalan kerupuk yang dihasilkan sekitar 2,5
8. Penyortiran I
Kerupuk yang lolos penyortiran di sebar pada tray untuk tahap pengeringan.
9. Pengeringan
dan dengan tekanan 2 bar selama 6 jam. Suhu ini harus tetap dijaga agar
16
10. Penyortiran II dan Pengemasan
mesin conveyor. Kerupuk ikan yang memenuhi standard lalu dikemas dengan
berupa kardus karton untuk dijual ekspor. Setiap satu karton kerupuk ikan
Pemantauan
CCP Batas Kritis
(What, How, When, Who)
Penerimaan Nilai Organoleptik >7 QC penerimaan bahan baku
bahan baku Suhu >50C memeriksa nilai organoleptik
dengan menggunakan score
sheet dan melakukan
pengecekkan suhu ikan
Pemasakkan Waktu 1,5 jam QC melakukan pengukuran
(Pengukusan) Suhu 90oC waktu setiap mulai pengukusan
Tekanan 2 atm. dan 1,5 jam berikutnya.
Pemotongan Ketebalan 2,5 mm-2,7 Ketebalan diukur menggunakan
alat thickness gauge analog oleh
mm
QC
Pengeringan Suhu 80–85oC Pemantauan oleh QC dilakukan
karena suhu pengeringan harus
dijaga selama proses
pengeringan
17
Gambar 6. Alat thickness gauge analog
18
3. KESIMPULAN
critical control point (CCP) dengan batas kritisnya. Pemantauan juga dapat
menghasilkan suatu catatan yang akurat dan berguna bagi aktivitas verifikasi
19
DAFTAR PUSTAKA
Codex Alimentarius, 1997. HACCP System and guidelines for its Application,
Sp.) Di PT. Maya Food Industries Pekalongan - Jawa Tengah. In: Laporan
Redhitasari, R., 2015. Proses Produksi Pengalengan Ikan Sarden (Sardinella Sp.)
Dalam Saus Tomat Di Pt. Maya Food Industries Pekalongan. In: Laporan
Utari, S., 2016. Penerapan HACCP Pada Produksi Surimi Beku Ikan Kurisi Di
PT. Bintang Karya Laut Rembang. In: Praktek Kerja Lapangan. Pati: s.n.
20