Oleh :
APRIANI DATUARRANG KILA 17051104005
PERLINA TINANGGAL 17051104020
EUGENIA SIMBAR 17051104027
CHRISTIAN DERWIN SORONGAN 17051104017
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya hingga tersusunlah makalah ini. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah tugas mata kuliah “HACCP”. Kami menyadari bahwa dengan
segala keterbatasan dan kelemahan kami, makalah ini masih banyak kekurangan.
Namun, dengan kerja sama antar kami maka hambatan dan kesulitan dapat kami
lewati.
Akhir kata, berkat dukungan, dan bantuan dari semua pihak yang telah
membantu, baik yang telah kami sebutkan maupun yang tidak sempat penulis
sebutkan, penulis ucapkan limpah terima kasih. Penulis tidak dapat memberikan
sesuatu yang lebih berarti selain doa tulus semoga Tuhan memberikan rahmat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3
2.4. Peralatan....................................................................................................5
BAB 3. KESIMPULAN.......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia (Hidayat, 2017).
Salah satu bentuk pengolahan ikan yaitu mengolah ikan menjadi ikan kayu
(katsuobushi).
sebagai ikan bonito (Katsuwonus pelamis). Katsuobushi disebut sebagai ikan kayu
karena ikan cakalang yang sudah diproses sangat keras seperti kayu, sehingga
sebelum digunakan harus diparut dengan pemarut. Katsuobushi diparut dan dijadikan
seperti parutan kayu untuk diambil patinya yang merupakan bahan asas masakan
jepang yang ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu
saja sebagai lauk bersama nasi. Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya
Pengelolaan produk olahan ikan hasil laut harus merujuk pada peraturan
olahan yang ramah lingkungan (Bakri, 2018). Salah satu cara menjaga kualitas
produk olahan yaitu dengan menerapkan system HACCP pada bahan baku yang
digunakan dan tahapan proses produksi. Hazard analysis critical control point
pangan dari bahaya yang dapat timbul selama proses produksi (Codex, 1997).
Selain HACCP, ada juga SNI atau Standar Nasional Indonesia yang sangat
behubungan dengan sistem HACCP. SNI atau Standar Nasional Indonesia adalah
sebuah standar yang dibuat oleh BSN atau Badan Standarisasi Nasional yang
1
suatu produk. Standarisasi tersebut dibuat agar produk tersebut aman dari
berbagai bahaya.
2
BAB 2. PEMBAHASAN
Ikan kayu adalah ikan yang mengalami kombinasi proses pengeringan dan
ikan asap.
kayu menggunakan wadah, cara dan alat yang sesuai dengan persyaratan sanitasi
3
2.3. Syarat Bahan Baku Dan Bahan Penolong
a) Bahan baku
Bahan baku berupa ikan segar dan ikan beku yang terdiri dari ikan
cakalang (katsuwonus pelamis), ikan tongkol (auxis sp), ikan tuna (thunnus
sp.), ikan laying (decapterus sp.), ikan lemuru (sardinella sp.) dan ikan
b) Bahan penolong
1) Air
2) Es
3) Kayu
kondensat asap yang tidak menghasilkan racun baik secara alami atau
4
2.4. Peralatan
bak penampungan, keranjang plastik, meja proses, pisau, dan timbangan. Dengan
syarat peralatan yaitu semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam
penanganan ikan kayu mempunyai permukaan yang halus dan rata, tidak
mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik, tidak
retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum,
a) Penerimaan
cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk antara 0 oC-5oC.
cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk -18 oC atau lebih
sesuai spesifikasi
5
b) Pelelehan (untuk bahan baku beku)
saniter.
c) Perebusan
Ikan direbus dalam larutan garam dan atau tanpa garam sampai
d) Pendinginan I
e) Pembentukkan
ikan ukuran besar dipotong kepala, dibuang isi perut dan tulang kemudian
saniter.
f) Pencucian
Ikan dicuci menggunakan air bersih secara cepat, cermat dan saniter.
g) Penyusunan I
Ikan disusun diatas rak pengasapan secara cepat, cermat dan saniter.
h) Pengasapan I
i) Pendinginan II
j) Perapihan I
6
Tulang dan kulit yang masih tertinggal dibuang hingga bersih,
k) Penyusunan II
Ikan disusun diatas rak pengasapan secara cepat, cermat dan saniter.
l) Pengasapan II
m) Perapihan II
n) Sortasi
Ikan disortir berdasarkan jenis dan ukuran secara cepat, cermat dan
saniter.
o) Deteksi logam
dan saniter.
p) Penimbangan
q) Pengepakan
r) Penyimpanan
Produk ikan kayu disimpan dalam ruangan dari hal-hal yang dapat
merusak atau menurunkan mutu produk seperti panas, insekta dan hewan
7
pengerat. Penataan produk dalam ruangan diatur sedemikian rupa sehingga
pembongkaran.
8
Gambar 2. Diagram alir proses ikan kayu
2.6.1. Pengemasan
Bahan kemasan untuk ikan kayu bersih, tidak mencemari produk yang
dikemas, terbuat dari bahan yang baik dan memenuhi persyratan bagi
2.6.2. Pelabelan
a) Nama produk
9
2.7. Penerapan SSOP Pada Pabrik Ikan Kayu
Regulation oleh FDA terdapat 8 kunci SSOP. Penerapan SSOP dipabrik ikan kayu
adalah :
1. Keamanan air
peralatan/sarana lain; untuk minum dan sebagainya. Karena itu dijaga agar
tidak ada hubungan silang antara air bersih dan air tidak bersih. Untuk
manajemen suplai dan mutu air serta mencegah kontaminasi suplai air dan es.
Prosedur yan digunakan adalah sumber air adalah air dari PAM dan sumur
bor yang ditampung dalam bak penampung dan diberi perlakuan agar benar-
benar bebas kuman, sesuai dengan standar peryatatan air minum dan air
bersih. es terbuat dari air yang telah disiapkan. Air dan es juga dimonitoring
mutu hasil uji dicek melalui COA setiap 6 bulan oleh QA.
kegiatan mulai dan selesai kegiatan, peralatan dibersihkan dengan cara disikat
10
ketentuan yang berlaku dalam ruang proses yaitu harus menggunakan topi,
karyawan maupun tim sanitasi adalah memisakan bahan baku dengan produk
tangan ditempatkan pada jalan masuk ruang produksi dan juga tersedia sabun,
tissue dan pengering tangan. Larutan klorin 100 ppm untuk pembersihan
sepatu boot. Toilet dari ruangan pengolahan dan dalam keadaan bersih dan
rapi..
cair dari awal pembuangan sampai menuju jalan keluar limbah. tersedianya
simpan dengan baik di beri tanda dengan tulisan pada setiap wadah
11
tertutup dan hanya dapat diambil oleh petugas gudang atau pekerja dengan
harus selalu menggunakan sarung tangan. Hal ini dilakukan untuk menjaga
dan disanitasi. Karyawan selalu menggunakan sepatu boot sebagai alas kaki.
Tujuan dari kunci ke delapan ini adalah untuk menjamin tidak adanya
12
BAB 3. KESIMPULAN
Aplikasi konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada alur
pengolahan ikan kering (ikan kayu) perlu dilakukan untuk membuat jaminan
keamanan pangan bagi produk akhir ikan kering (ikan kayu) sehingga
memberikan rasa aman bagi konsumen untuk mengkonsumsi ikan kering (ikan
kayu) dan membuat produk ikan kering (ikan kayu) lolos dalam standar
13
DAFTAR PUSTAKA
Masyarakat Lampulo Banda Aceh. Jurnal Serambi Akademica, VI (2), pp. 1-8
BSN. 2009. SNI 2691.2-2009 Ikan kayu -Bagian 2 : Persyaratan bahan baku.
Jakarta
BSN. 2009. SNI 2691.3-2009 Ikan kayu -Bagian 3 : Penanganan dan pengolahan.
Jakarta
Codex Alimentarius, 1997. HACCP System and guidelines for its Application,
20-26
Latiro, L. K., B. & Lawelle, S. A., 2019. Strategi Pengembangan Usaha Olahan
Ikan Cakalang Asap (Studi Kasus CV.Ome Trd Coy Di Pps Kendari
Liufeto, D., Darmanto, Y. & Agustini, T., 2016. Kualitas Pengolahan Ikan Kayu
300.
14
Susianawati, R. 2006. Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada Produk Ikan Asin
15