Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALAT & MESIN HASIL PERIKANAN

“ MESIN DAN PERALATAN STERILISASI PENGOLAHAN


PENGALENGAN IKAN”

Dosen : Dr. Agussalim Matti, S.TP,M.Si

DISUSUN OLEH :

PUTRI YULIANA

NIM : 2122030049

PRODI : D4 PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN HASIL PERIKANAN


(P2HP34)

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE & KEPULAUAN

TAHUN AKADEMIK : 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Mesin dan
Peralatan Sterilisasi Pengolahan Pengalengan Ikan".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pangkep, 25 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
ISI...............................................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................................6
2.2 PROSES PENGALENGAN IKAN............................................................................................7
2.3 PROSES STERILISASI PENGALENGAN IKAN..................................................................11
2.4 :ALAT DAN MESIN PADA PROSES PENGALENGAN IKAN...........................................12
BAB III....................................................................................................................................................17
KESIMPULAN........................................................................................................................................17
3.1 : Kesimpulan..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan memiliki nilai biologis yang mencapai 90% dengan jaringan pengikat
sedikit dan mengandung asam amino essensial sehingga sangat diperlukan bagi
tubuh manusia. Selain itu harganya jauh lebih murah dibandingkan sumber protein
lainnya. Hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat mengalami kemunduran
mutu atau mengalami pembusukan. Kandungan protein dan air yang cukup tinggi
pada ikan menyebabkanikan mudah rusak apabila tidak segera dilakukan
pengolahan.
Pengalengan menjadi salah satu cara penyimpanan dan pengawetan yang
dilakukan pada bahan pangan sehingga dapat terhindar dari kebusukan, perubahan
kadar air,kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa. Prinsip pengalengan
yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat sehingga udara dan
zat-zat maupun organisme yang dapat merusak tidak masuk, kemudian wadah
dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme yang
ada.Pengalengan termasuk dalam bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara
modern yang dikemas secara hermatis dan kemudian disterilkan.

1.2. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui pengertian pengalengan ikan

b. Mengetahui proses pengalengan ikan

c. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat dan proses sterilisasi pada
pengalengan ikan
d. Menjelaskan spesifikasi dari alat dan mesin yang digunakan pada
pengalengan ikan.
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Pengalengan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan yang dikemas


secara hermetis dalam suatu wadah yang disterilkan untuk membunuh semua mikroba
patogen yang dapat menyebabkan kebusukan atau kerusakan pada semua bahan
pangan. Pengalengan makanan dilakukan menggunakan sterilisasi komersial bukan
sterilisasimutlak, itulah sebabnya makanan dalamkaleng harus disimpan pada kondisi
yang tepat setelah proses pengalengan selesai.
Pengawetan makanan dalam kaleng diartikan sebagai suatu cara pengolahan
dengan menggunakan suhu sterilisasi (1100C – 1200C) yang bertujuan
menyelamatkan bahan makanan dari proses pembusukan. Bahan pangan dikemas
secara hermetis dalam suatu wadah kaleng.
Pengawetan dengan menggunakan kaleng memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan yaitu kaleng
dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam
wadah yang tertutup secara baik dapat terjaga dari kontaminasi oleh
mikroba,serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan
kebusukkan. Kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air
yang tidak diinginkan (Murniyati,2000).
Di Indonesia dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam
brine, minyak atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, serta
saus tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa
yang spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas sehingga
memperpendek waktu proses mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan
mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam kaleng. Apabila menginginkan
produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat (Murniyati,2000).
2.2 PROSES PENGALENGAN IKAN

Ikan secara alami akan mengalami kemunduran mutu, dimana setelah ikan mati,
kemudian akan menjadi busuk dalam waktu 5 – 8 jam pada suhu kamar (25 – 300C).
Oleh karena itu ikan yang masih segar hendaknya segera diolah atau dimanfaatkan.
Pengalengan merupakan salah satu pengolahan agar olahan ikan tidak cepat busuk.
Secara umum proses pengalengan meliputi:
1. Penyediaan dan persiapan bahan mentah
Persiapan bahan dimulai dari pemilihan/sortasi bahan yang akan dikalengkan,
pencucian, pemotongan menjadi bagian-bagian tertentu dan persiapan untuk proses
selanjutnya. Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan benda asing
yang tidak diinginkan. Bagian ini juga diharapkan dapat mengurangi resiko
pertumbuhan bakteri yang sangat berguna dalam efektifitas sterilisasi. Ketika
kesegaran pada ikan mulai menurun, maka mutu ikan tersebut juga menurun. Setelah
ikan mati jaringan pada ikan akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
dinyatakan busuk.
Perubahan ini terjadi akibat adanya enzim dalam tubuh ikan atau akibat adanya
mikroorganisme pembusuk. Perubahan oleh enzim merupakan penyebab terjadinya
rigor mortis dan post rigor. Tempat, cara, dan lama penyimpanan bahan mentah akan
memengaruhi mutu pada produk akhir. Ikan mempunyai mutu yang baik dan bersih,
segar dan bebas dari setiap bau yang menandakan adanya pembusukan, bebas dari
tanda dekomposisi dan pemalsuan, serta bebas dari sifat alamiah lain yang dapat
menurunkan mutu produk serta tidak membahayakan kesehatan serta secara
organoleptik bahan baku harus mempunyai rupa dan warna spesifik ikan lemuru, bau
segar spesifik jenis, daging elastis, padat, dan kompak serta rasanya netral agak manis
(SNI 01-3548.1-1994).
2. Penanganan Bahan Mentah
Ikan yang baru datang sebaiknya dicuci bersih dan disortir untuk memisahkan
ikan yang masih segar dan yang sudah rusak. Sebelum diolah dapat dilakukan
pemberian garam dan es pada ikan agar mutunya tetap terjaga. Pemberian garam
untuk pengawetan dapat dilakukan bila jarak waktu sejak ikan ditangkap sampai pada
waktu proses pengalengan tidak terlalu lama. Jenis garam yang digunakan harus
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (SNI-01-3548.21994).
Pendinginan dengan menggunakan es adalah cara pengawetan yang sederhana
bila penyimpanan sebelum pengalengan masih lama. Suhu terendah pada ruang
pendingin mekanis sebaiknya ditentukan sampai 0o C, sebab kalau lebih rendah lagi
dikhawatirkan terjadi slow freezing pada permukaaan badan ikan

3. Penyiangan dan pencucian


Penyiangan atau butchering adalah proses pembuangan isi perut ikan. Ikan yang
sudah melalui proses thawing dibuang isi perut dan organ dalam menggunakan pisau.
Apabila ikan yang disiangi terlalu besar ukurannya maka diawali dengan pemotongan
menggunakan gergaji menjadi beberapa bagian terlebih dahulu. Setelah dipotong,
ikan dicuci terlebih dahulu. Pencucian dilakukan dengan menggunakan rotary drum
untuk menghilangkan sisik dan sisa darah yang masih menempel pada daging ikan.
Air pencuci sebaiknya yang mengalir, sebab bila tidak kotoran akan terkumpul dalam
bak pencuci dan justru akan menjadi sumber kontaminasi dan pembusukan (Widodo,
2001). Air yang digunakan dalam semua proses harus memenuhi persyaratan standar
air minum. Ikan yang telah disiangi segera disusun pada rak/tray untuk dimasukkan
ke dalam cooker.

4. Perlakuan Terhadap Bahan Mentah sebelum Dikalengkan


Ikan yang telah disusun pada tray selanjutnya dimasukkan ke dalam cooker
dengan suhu 90oC dengan tekanan 0,2 atm. Lama pemasakan disesuaikan dengan
ukuran ikan, yaitu 45 menit untuk ikan size 1 up dan 1,5 jam untuk ikan size 2 up.
Setelah pemasakan selesai, ikan disemprot dengan air melalui pipa dalam cooker.
Setelah waktu pemasakan selesai, ikan dipindahkan ke cooling area. Pada coolingarea
ikan akan diturunkan suhunya mencapai 45oC. Proses cooling ini dilakukan dengan
cara disemprot air/spray.
Perlakuan pengolahan itu salah satunya disebut precooking atau pengukusan
awal. Apabila daging dipanasi, maka sebagian air yang berasal dari protein daging
akan keluar. Olehkarena itu, perlu dilakukan pengukusan dan pembuangan sisa air
yang ada sebelum kaleng ditutup. Lama pengukusan dan suhu yang tinggijuga tidak
dianjurkan. Apabila suhu terlalu tinggi selain dapat mempengaruhi rupa dan tekstur
ikan juga akan banyak air yang keluar sehingga menyebabkan menurunnya mutu ikan.
Keseimbangan antara lamanya pemasakan, tinggi suhu, mutu daging serta biaya
produksi hendaknya selalu dijaga.

5. Pengisian Ikan dalam Kaleng


Pengisian bahan ke dalam kaleng harus seragam, hal itu bertujuan untuk
mempetahankan keseragaman rongga udara (head space), memperoleh produk yang
konsisten dan menjaga berat bahan secara tetap. Agar mutu ikan tetap baik, cara
pengisian ikan yang sudah dipotong-potong ke dalam kaleng harus sepadat mungkin
supaya tidak mudah rusak akibat goncangan waktu pengemasan atau pengangkutan.
Umumnya pengisian dilakukan dengan menggunakan tangan.Pemotongan ikan harus
dibuat sesuai bentuk dan ukuran kaleng, sehingga isi sebuah kaleng cukup dengan
beberapa potong.
6. Pemvakuman udara
Pemvakuman udara (exhausting) adalah penghampaan udara dan gas dari dalam
kaleng yang telah terisi ikan. Sebagian besar oksigen dan gas lain harus dihilangkan
dari bahan di dalam wadah sebelum operasi penutupan. Dalam wadah yang sudah
ditutup tidak diinginkan adanya oksigen, karena gas ini dapat bereaksi dengan bahan
pangan atau bagian dalam kaleng sehingga akan mempengaruhi mutu, nilai gizi dan
umur simpan produk (Muchtadi,1995). Exhausting juga berguna untuk memberikan
ruangan bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi, sehingga kerusakan
seperti penggembungan kaleng akibat tekanan produk dari dalam dapat dihindarkan.
Untuk beberapa jenis produk, exhausting dapat pula dilakukan dengan cara
menambahkan medium pengalengan berupa, air, saos, minyak, dan larutan garam
mendidih.Operasi exhausting dapat dilakukan dengan cara melewatkan kaleng yang
masih terbuka (setelah tahap pengisian) ke dalam suatu terowongan (exhaust box),
dimana digunakan uap air sebagai medium pamanasan (Muchtadi, 1995).

7. Penutupan kaleng
Setelah diisi oleh media, kaleng ditutup menggunakan seamer. Penutupan kaleng
ini menggunakan sistem double seaming. Seamer yang digunakan harus sesuai
dengan jenis kaleng, round dan club can seamer. Setelah dilakukan seaming, kaleng
dilewatkan pada can washer. Can washer dengan air bersuhu 70oC dilakukan untuk
membersihkan sisi luar kaleng dari media. Lalu kaleng dimasukkan ke dalam kolam
yang berisi keranjang retort.
8. Sterilisasi
Kaleng-kaleng yang telah diletakkan pada keranjang retort, akan dimasukkan ke
dalam retort. Sterilisasi retort menggunakan suhu 117oC selama 60-75 menit dengan
tekanan 0,8 atm. Proses pemanasan yang diperlukan untuk sterilisasi makanan kaleng
tergantung pada pH produk yang akan diproses. Ikan yang termasuk makanan
berasam rendah dengan pH di atas 4,5 memerlukan proses pemanasan lebih kuat,
dibanding makanan berasam tinggi. Sterilisasi untuk ikan biasanya menggunakan
suhu 1160 C atau 1210 C, dengan waktu proses yang bergantung pada cepat
lambatnya perambatan panas untuk mencapai titik terdingin makanan dalam kaleng.

9. Pendinginan
Kaleng dikeluarkan dari retort setelah proses dan segera didinginkan. Jika tidak
segera didinginkan, kemungkinan besar akan terjadi over cooking yang menyebabkan
hangusnya daging. Pendinginan dilakukan dengan memasukkan keranjang berisi
kaleng panas ke dalam bak yang sudah diisi air. Cara lain adalah dengan memasukkan
air dingin ke dalam retort setelah proses selesai.
Hal ini dapat dilakukan jika retort yang digunakan bertipe tegak atau vertikal.
Sebelum proses dimasukkan ke dalam air dingin, terkadang kaleng dicuci dengan air
sabun yang hangat. Selain pendinginan dengan air, ada juga pendinginan udara yaitu
dengan membiarkan tumpukan kaleng di lantai sampai kering sendiri.

10. Pemeraman dan Pengepakan


Pemeraman dilakukan setelah pendinginan selama satu minggu dengan cara
menempatkan kaleng dalam posisi terbalik pada suhu kamar (25o – 30oC) untuk
mengetahui kebocoran kaleng (SNI 01-3548-1994). Kebocoran yang terjadi tidak
hanya berakibat pada satu kaleng yang bocor, tetapi akan mempengaruhi kaleng –
kaleng lain di sekitarnya. Pengepakan dilakukan setelah pengeraman. Kaleng
diletakkan dalam master karton double wall dan disusun posisi tegak. Pada tahap ini
dilakukan inspeksi akhir untuk melihat mutu produk.
2.3 : PROSES STERILISASI PENGALENGAN IKAN

Proses Sterilisasi Pengalengan Ikan dilakukan dengan dimasukan ke dalam


kaleng/botol untuk diproses pada suhu  115° C - 120° C,
Sterilisasi Produk Perikanan yaitu dalam retort atau pressure cooker  yang tahan
pada tekanan 1-2 atm. pembunuhan (destruksi) semua jenis bakteri. 

1. Gambar Alat Sterilisasi Pengalengan Ikan ( Sterilisasi Uap)

2. Gambar Ikan Sarden Sebelum Disterilisasi


3. Gambar Ikan Setelah Disterilisasi Uap

2.4 : ALAT DAN MESIN PADA PROSES PENGALENGAN IKAN

Peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses pengalengan ikan yaitu:

1. Steam Blancher
Alat ini berfungsi untuk pemasakan pendahuluan dan juga untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme. Steam blancher mempunyai kapasistas 800-1000kg/jam,
dengan panjang 3,5meter, lebar 0,75meter, serta tinggi 1meter. Alat ini beroperasi
secara batch dengan motor penggerak 2 Hp 380 V/50 Hz, tekanan uap 5-7 kg/cm2,
suhu 89-1000oC.
2. Granding Machine
Merupakan mesin yang terbuat dari bahan kontruksi stainless steel berfungsi
untuk memisahkan ikan berdasarkan ukurannya. Alat ini mempunyai kapasitas
1000kg/jam, dengan motor penggerak 2 Hp 380 KV/50Hz serta memiliki ukuran
panjang 5meter, tinggi 2,5meter, dan diameter grader 0,85meter. Granding machine
ini beroperasi secara bath.
3. Cooling Shaker
Mempunyai fungsi sebagai alat pendingin setelah ikan keluar dari proses
blanching.
4. Washing Shaker
Berfungsi untuk membersihkan dan mencuci ikan yang telah melewati proses
inspention dan sortasi. Alat ini mempunyai kapasitas 1200kg/jam, dengan ukuran
panjang 2 meter, lebar 0,5meter dan tinggi 1,6meter serta mempunyai motor
penggerak 1 Hp 380V/ 50 Hz.
5. Exhaust Box
Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang ada pada jaringan ikan sehingga
didapat kondisi vakum pada kaleng yang akan digunakan. Mempunyai kapasitas
30kg/menit, dengan ukuran panjang 8,5 meter, lebar 0,85 meter dan tinggi 1,3 meter.
Alat ini bekerja secara kontinyu dengan motor penggerak berdaya 2 Hp 380 V/ 50 Hz.
6. Seamer
Merupakan alat yang bekerja secara kontinyu, fungsinya untuk menutup kaleng
yang telah berisi ikan. Mempunyai kapasitas 20 kaleng/ menit untuk kaleng ukuran 68
oz, 50 kaleng untuk ukuran 8 oz. Alat ini mempunyai ukuran panjang 1 meter, lebar
0,7 meter.
7. Coding Machine
Berfungsi untuk pemberian kode produksi pada tutup kaleng. Mempunyai
panjang 0,75 meter, lebar 0,50 meter dan tinggi 1 meter dan berkapasitas sebanyak
150 lid/ menit.
8. Retort
Berfungsi untuk sterilisasi ikan yang telah dikalengkan untuk mencegah
mikroorganisme. Alat ini berdiameter 1,4 meter, tinggi 4,5 meter dan beroperasi
secara batch dengan daya motor 284 Kw, dimana setiap retort dapat menampung 3
keranjang kaleng. Waktu dari proses sterilisasi tergantung dari masing-masing kaleng,
kaleng yang berukuran 8 oz disterilisasikan selama 30 menit dan kaleng yang
berukuran 68 Oz disterilisasikan selama 5d0engmaen tiet
9. Boiler
Merupakan alat yang beroperasi secara kontinyu berfungsi untuk menghasilkan
uap dengan tekanan 6 kg / cm2 dengan ukuran panjang 6 meter, tinggi 2,75 meter dan
diameter 3 meter.
10. Washing Tank
` Berfungsi untuk mencuci ikan yang telah ditimbang serta sebagai tempat mencuci
kotoran yang menempel pada ikan. Alat tersebut mempunyai kapasitas 500 - 600 kg.
Mempunyai ukuran panjang 4,5 meter, lebar 0,85 meter dan tinggi 1,5 meter. Alat ini
digunakan secara manual, dimana air pencuci terlebih dahulu dimasukan kedalam
tangki kemudian bahan yang akan dicuci dimasukkan kedalamnya.

11. Elevating Conveyor


Digunakan sebagai alat transportasi pada saat pemindahan bahan dari alat
blancing machine kedalam cooling shaker, dari cooling shaker kedalam grading
machine dan dari inspection (sortasi) kedalam washing shaker. Alat ini mempunyai
kapasitas 1000 kg, dengan motor penggerak berdaya 0,5 HP, 380 V / 50 Hz, bahan
konstruksi dari stainless steel.

12. Holding Tank


Berfungsi untuk mencuci ikan yang telah melewati proses trimming (pengaturan)
dan dapat pula digunakan sebagai tangki peredaman setelah ikan keluar dari proses
grading (tingkatan mutu). Alat ini mempunyai panjang 1,27 meter, lebar 0,24 meter
dan tinggi 1 meter, dengan bahan konstruksi dari stainless steel dan baja.

13. Inspection Belt Conveyor


Berfungsi untuk memeriksa ikan sekaligus menyortir, alat ini dilengkapi dengan
bahan belt conveyor yang beroperasi secara batch (takaran). Mempunyai ukuran
panjang 6 meter, lebar 0,65 meter dan tinggi 0,80 meter, diameter belt 0,15 meter.
Alat ini terbuat dari stainless steel dengan belt(ban mesin) yang terbuat dari karet.
Prinsip kerja alat tersebut adalah pulley (kerek) yang digerakkan dengan motor yang
akan menggerakkan sabuk / belt dengan kecepatan gerakan sekitar 11,78cm / detik,
dimana ikan diletakkan diatas belt yang akan bergerak untuk melakukan proses
inspection dan sortasi.

14. Filling Table Filling Table (meja pengisian)


Berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan ikan kedalam kaleng. Alat ini
dilengkapi dengan lubang yang diameternya disesuaikan dengan kaleng. Meja
pengisian tersebut berukuran panjang 1,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 90 meter.
Beroperasi secara batch, dengan kapasitasnya 1200 kg /jam.

15. Empty Can Washer


Berfungsi untuk membersihkan kaleng kosong, sebelum digunakan untuk
kemasan ikan. Pencucian dilakukan dengan air panas yang diberi tekanan ,sehinggga
akan memancar membersihkan kaleng. Alat ini mempunyai ukuran panjang 3,5
meter , lebar 0,25 meter dan tinggi 0,75 meter. Terdiri atas belt (sabuk mesin) yang
menempel pada besi bermagnet, sehingga kaleng akan menempel pada belt.
17. Timbangan
Fungsinya untuk menimbang ikan yang baru datang dari nelayan. Alat tesebut
berkasitas 100 kg. Bahan kontruksinya terbuat dari stainless steel dan baja.
Timbangan tersebut mempunyai ukuran panjang 0,75 meter, lebar 0,5 meter dan
tingginya 1,25 meter.
18. Labeling Machine
Fungsinya untuk memberikan label pada kaleng, yang beroperasi secara batch.
Alat ini mampu memberikan label sejumlah 80 kaleng / menit, dengan bahan
kontruksi dari stainless steel.
19. Jacketed Ketel
berfungsi untuk membuat larutan brine formula (formula asin), mempunyai
diameter 1,2 meter, tinggi 0,75 meter dan beroperasi secara batch dengan bahan
konstruksi dari stainless steel. Menggunakan medium pemanasnya berupa steam atau
uap panas, dengan tekanan 1,5 kg /cm2.
20. Brine Tank
berfungsi untuk menampung larutan garam sebelum diisikan kedalam kaleng.
Alat ini mempunyai kapasitas 1500 liter, dengan ukuran diameter 1,25 dan tinggi 1,75
meter, beroperasi secara batch.
21. Turn table
Merupakan meja yang berputar untuk mengatur kaleng ke proses penutupan ,
mengatur kaleng pada empry can wasther, serta mengatur kaleng pada saat diberi
label.
22. Keranjang kaleng
Alat yang terbuat dari steinless steel ini berfungsi untuk menampung kaleng-
kaleng yang telah ditutup oleh mesin seamer kemudian dimasukkan kedalam retort.
Alat ini mempunyai ukuran diameter 1,5 meter tingginnya 11 meter, berkapasitas 500
- 800 kaleng untuk ukuran kaleng 8 oz sedangkan ukuran 68 oz sebanyak 200 - 300
kaleng.
23. Kberafunjagnsgi spelbasatgiaki penampung sementara, setelah ikan yang
didinginkan dari cooling shaker, sebelum dimasukkan kedalam grading. Alat ini
berukuran panjang 0,5 meter, leber 0,35 meter dan tinggi 0,35 meter.

24. Jet cleaner


Berfungsi untuk membersihkan kaleng yang telah keluar dari keranjang setelah di
sterilisasi.

25. Hand Refraktometer


Fungsinya untuk mengukur kadar larutan garam pada ikan dalam kaleng.

26. Vakum Gauge


Fungsinya untuk mengukur tekanan dalam kaleng.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 : Kesimpulan

Dari Penjelasan Makalah tentang proses sterilisasi pengalengan ikan


dapat disimpulkan bahwa dalam industri pengolahan pengalengan ikan
proses yang harus dilakukan terlebih dahulu agar ikan yang diolah tetap awet
ialah dengan proses sterilisasi. proses sterilisasi yang dilakukan dalam
pengalengan ikan adalah sterilisasi uap yaitu sterilisasi yang memanfaatkan
uap panas dalam oven untuk mengsterilkan kaleng ikan sarden dengan suhu
di atas100 derajat celcius sebelum digunakan untuk memasukkan ikan yang
sudah disterilkan .
DAFTAR PUSTAKA

Akbari, M.F. 2015. Makalah Pengantar Teknologi Hasil Laut Pengalengan Ikan
Sarden (Sardinella sp.). Madura: Universitas Trunojoyo Madura.

Hariyadi, P. 2006. Modul Pelatihan Pendugaan dan Pengendalian Masa Kadaluarsa


Bahan dan Produk Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Herawati, H. (2008). Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang
Pertanian, 27(4), 124-130.

Anda mungkin juga menyukai