TUGAS KHUSUS
47
4.1.2 Tujuan Pelaksanaan Tugas Khusus
Adapun yang ingin dicapai dalam laporan kerja praktek ini adalah
untuk pemeriksaan penentuan kadar kotoran yang tidak larut dalam pelarut
kerosene, hexane atau petroleum ether terkendali dengan baik dan sesuai
dengan aspek LK3.
48
C. Alat Pelindung Diri
1. Baju lab.
2. APAR atau racun api
3. Peralatan tanggap darurat
4. MSDS dan LIBK untuk B3 yang digunakan
4.1.6 Prosedur Kerja
Penentuan kadar kotoran
1. Letakkan kertas saring dalam crusible glass dan tempatkan di dalam
Gooch crusible adapter dan hubungkan dengan filtering flask.
2. Pastikan selang dari Vacuum pump tersambung ke filtering flask
kemudian jalankan vacuum pump.
3. Cuci kertas saring dalam crucible glass dengan Pelarut organik.
4. Dengan pinset ambil kertas saring dan letakkan diatas wadah
kemudian keringkan kertas saring dalam oven temp. 100 ± 5℃ selama
15 menit.
5. Dinginkan kertas saring dalam desicator selama 15 menit, timbang
kertas saring dengan neraca analitik (A gram).
6. Panaskan contoh minyak dan kocok kuat hingga homogen.
7. Timbang contoh minyak 10 Gr ± 5 gr ke dalam Erlenmeyer (S gram).
8. Tambahkan ± 25 ml pelarut ke dalam Erlenmeyer dan panaskan di
atas hot plate sampai larutan jernih.
9. Tempatkan crusible glass yang berisi kertas saring diatas filtering flask
dan jalankan Vacuum pump.
10. Saring contoh minyak dengan menuang contoh minyak ke bagian
tengah kertas saring.
11. Bilas contoh minyak yang tersisa di dalam Erlenmeyer aduk/kocok
kemudia tuang ke crucible glass.
12. Bersihkan kertas saring dengan menuangkan pelarut organic lakukan
sampai kertas saring bersih.
13. Stop/hentikan vacuum pump, dengan pinset ambil kertas saring dan
letakkan dalam wadah.
49
14. Keringkan kertas saring dalam ove 105℃ ± 5℃ selama 60 menit.
15. Dinginkan kertas saring dalam desicator selama 15 menit dan timbang
dengan neraca analitik ( C gram ).
16. Berhati – hati bekerja dengan bahan kimia pelarut organic Petroleum
eter, atau Hexane atau Kerosene karena mudah terbakar (flammable).
17. Kerosene dapat diperoleh dengan cara mendistilasi petroleum atau
premium pada temperature maksimum 60℃ (hati-hati mendistilasi
premium karena sifatnya yang mudah terbakar).
18. Limbah hasil Analisa kadar kotoran dikumpulkan dalam wadah
tertentu dan pengendaliannya mengacu pada prosedur Pengendalian
Limbah dan prosedur Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
19. Perhitungan kadar kotoran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
C-A
% kadar Kotoran = x 100 %
S
C = Berat kertas saring dan sisa tidak larut
A = Berat kertas saring
S = Berat contoh minyak
50
Pemisahan air dari minyak dalam outlet vacum dryer dipengaruhi oleh :
1) Suhu minyak pemisahan air atau bahan mudah menguap semakin
efektif bila suhu minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacum
dryer tidak terjadi, sehingga yang menentukan suhu minyak adalah
suhu perlakuan pada oil tank. Suhu antara 60 -70℃.
2) Vacuum dryer dianggap bekerja baik apabila suhu diatas 70 ℃ dengan
tekanan di bawah 50 TORR. Pengaturan kapasitas alat: semakin
tinggi kapasitas alat yang sama maka penguapan air semakin lambat
dan menghasilkan minyak bermutu jelek (Naibaho. P, 1996).
4.2.2 Kotoran
Kadar pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan
asing yang tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut
dinyatakan sebagai persen zat pengotor terhadap minyak atau lemak.
Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam
rangkaian proses pengendapan yaitu minyak sawit jernih dimurnikan
dengan sentrifugasi. Dengan proses tersebut kotoran kotoran yang
berukuran besar memang dapat disaring. Akan tetapi, kotorankotoran
atau serabut yang berukuran kecil tidak dapat disaring, hanya melayang
layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak
sawit. Padahal alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip
kerja yang berdasarkan pada perbedaan berat jenis.(marunduri, 2009).
51
Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan, lendir dan
getah serat serat yang berasal dari kulit abu atau material yang terdiri
dari Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran seperti
ini dapat diatasi dengan cara mekanis yaitu dengan cara pengendapan
dan sentrifugasi. Kadar pengotor dalam minyak sawit berupa logam
seperti besi, tembaga, dan kuningan biasanya berasal dari alat-alat
pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus
dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari
pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari
stainless steel. Mutu dan kualitas kelapa sawit yang mengandung
logam-logam tersebut akan turun. Sebab dengan kondisi tertentu,
logam-logam dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi
oksidasi minyak sawit.
2) Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak
Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, senyawa yang mengandung
nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran dapat
dihilangkan dengan menggunakan uap panas, sentrifugasi atau
penyaringan dengan menggunakan adsorben.
3) Kotoran yang terlarut dalam minyak (fat soluble compound).
Kotoran yang termasuk dalam golongan ini terdiri dari asam
lemak bebas, sterol, hidrokarbon, monogliserida yang dihasilkan
dari hidrolisis trigliserida., zat warna yang terdiri dari karatenoid,
klorofil. Zat wrna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan
dekomposisi minyak yang terdiri dari keton, aldehida, dan resin
serta zat lainnya yang belum teridentifikasi. (ketaren, 1986).
52
4.3 Permasalahan
Untuk menghasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi maka
perlu diperhatikan kadar kotoran (impurities) yang terdapat dalam minyak
sawit terutama pada alat vacuum dryer serta penggunaan alat vacuum dryer
di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit. Apakah telah bekerja dengan baik
sehingga dapat mengurangi kotoran dalam minyak dan sesuai dengan standar
mutu yang ditetapkan oleh pihak Standard mutu Crude Palm Oil (CPO)
dalam SNI 01-2901-2006 yaitu kotoran maksimum 0,25%, dan untuk Standar
mutu kotoran di Pt. Socfin Indonesia maksimum 0,05%.
53