Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maria Enjelita Simanjuntak

NIM : 4193131008
Kelas : PSPK 2019 A
Mata Kuliah : Kimia Agro Industri
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Nasir Pulungan, M.Sc.

TUGAS RUTIN 2

Jelaskan teknik analisis untuk parameter berikut ini!


• Kadar Air (moisture)
• Deterioration of bleachability Index (DOBI)
• Karotenoid (β-carotene)
• Kotoran (dirt)
• Rendemen (oil content)

Jawab :
• Kadar Air (moisture)
Kadar air atau moisture juga menjadi parameter mutu yang penting pada industri CPO.
Keberadaan air pada buah sawit atau CPO dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis
yang menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu kadar air yang tinggi menjadi tempat
yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang mana dapat memproduksi enzim
yang akan mengkatalisis proses hidrolisis. Ada beberapa metode pengukuran kadar air,
antara lain: metode oven, metode hot plate, dan metode Karl Fisher.
Metode pengukuran kadar air dengan metode oven merupakan metode yang paling umum
digunakan. Metode dilakukan dengan memanaskan sampel minyak pada oven yang diatur
pada temperatur 130°C selama 30 menit. Pada kondisi ini diharapkan seluruh molekul air
dapat teruapkan. Dengan demikian kandungan air (%) dalam bahan dapat ditentukan
dengan rumus di bawah .

Moisture = (𝐰𝐚𝐝𝐚𝐡+𝐒𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐛𝐚𝐬𝐚𝐡)−(𝐰𝐚𝐝𝐚𝐡+𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥


𝐤𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠) × 𝟏𝟎𝟎%
𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧

Sedangkan metode hot plate merupakan metode kualitatif yang digunakan karena tingkat
kepraktisannya. Metode ini biasa digunakan untuk mengecek kadar air pada sampling
tower secara cepat, yang mana tidak mementingkan nilainya tapi kondisi minyak secara
umum apakah memenuhi standar apa tidak. Metode ini dilakukan dengan memanaskan
sampel CPO di atas hot plate pada suhu yang telah ditentukan. Metode lainnya yang dapat
digunakan untuk mengukur kadar air adalah dengan metode Karl Fisher.

• Deterioration of bleachability Index (DOBI)


DOBI (deterioration of bleachability index) atau derajat kemudahan pencucian adalah
parameter mutu minyak yang menandakan kebersihan minyak dari senyawa pengotor
terutama dari unsur-unsur senyawa teroksidasi, seperti golongan keton atau aldehid.
Semakin tinggi nilai DOBI menandakan mutu minyak yang lebih baik yang diindikasikan
oleh kemudahan dalam pemucatan. Prinsipnya yaitu dengan membandingkan konsentrasi
antara senyawa karoten dengan senyawa teroksidasi yang

1
terkandung pada minyak. Perbandingan konsentrasi dari kedua golongan senyawa
tersebut sebanding dengan nilai serapan atau absorbansi dari spektrum gelombang UV
yang dikenakan pada bahan. Untuk senyawa karoten diukur pada panjang gelombang 446
nm, sementara untuk senyawa hasil oksidasi diukur pada 269 nm. Perbandingan nilai
absorbansi dari 446 nm terhadap nilai absorbansi 269 nm merupakan nilai DOBI.
DOBI= Abs.at 446 nm
Abs.at 269 nm
• Karotenoid (β-carotene)
Karoten merupakan pigmen berwarna jingga. Warna jingga pada minyak sawit mentah
disebabkan oleh kandungan karoten ini. Karoten merupakan anggota dari kelompok
karotenoid, yang termasuk golongan senyawa terpene. Pada tubuh manusia, β-carotene
merupakan pro-vitamin A. Pada usus kecil manusia, β-carotene dipecah menjadi retinol
yang merupakan bentuk vitamin A.
Seperti halnya nilai DOBI yang ditentukan salah satunya berdasarkan konsentrasi dari
senyawa karoten yang terkandung, maka kandungan karoten (β-carotene) itu sendiri
juga menjadi parameter mutu minyak sawit. Ada beberapa jenis karoten, dan β-carotene
merupakan jenis yang dominan yang terkandung melimpah pada minyak sawit. Sangat
disayangkan bahwasanya, zat ini terbuang cukup signifikan pada proses pemurnian
minyak sawit untuk dibuat minyak goreng dalam rangka mendapatkan minyak goreng
yang jernih. Batasan kandungan β-Carotene yang terdapat pada CPO menurut Codex
Committee on Fat and Oil adalah berkisar 500–2.000 mg/kg. Metode yang digunakan
dalam mengukur nilai β-carotene ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV pada panjang gelombang 446 nm dengan penambahan larutan Isooctane.
• Kotoran (dirt)
Yang dimaksud kotoran pada minyak sawit adalah zat-zat padat yang tidak terlarut pada
pelarut n-heksan atau petroleum eter. Kotoran-kotoran ini bersumber dari tandan buah
(TBS) maupun kontaminasi selama proses pengolahan. Kotoran-kotoran ini dapat memicu
terjadinya proses hidrolisis dan oksidasi miyak. Oleh karena itu, kadar kotoran (dirt)
menjadi parameter penting mutu CPO. Untuk mengetahui massa dari zat-zat ini, maka
dilakukan dengan metode pelarutan dan penyaringan dari sampel yang diuji. Metode yang
dilakukan adalah dengan menyiapkan wadah crucible yang dilapisi dengan kertas saring.
Wadah crucible merupakan wadah yang biasa digunakan untuk pengujian termal atau
pengujian yang melibatkan pemanasan.
Sampel minyak tersebut kemudian dicuci menggunakan pelarut n-heksan hingga seluruh
minyak terlarut dan tertampung pada labu erlenmeyer. Proses ini dapat dioptimalkan
dengan menggunakan vakum. Material yang tersisa pada kertas saring di dalam wadah
crucible adalah zat-zat pengotor atau residu (dirt) yang tidak dapat dilarutkan bersama n-
heksan. Wadah crucible Bersama kertas saring dan kotoran yang menempel selanjutnya
dikeringkan menggunakan oven pada temperature 105°C. Setelah itu massa kotoran atau
nilai dirt dapat ditentukan melalui metode penghitungan sebagai berikut.

Dirt CPO = (crucible+residu)-(cruciblekosong) × 𝟏𝟎𝟎%


sample bahan

• Rendemen (oil content)


Yang dimaksud dengan rendemen kelapa sawit yaitu jumlah minyak kelapa sawit kasar
(CPO) yang dihasilkan pada proses produksi dari setiap kilogram TBS. Metode
pengukuran yang digunakan adalah melalui metode ekstraksi terhadap sampel. Langkah
awal yang dilakukan yaitu dengan mengukur kadar air terlebih dahulu dan sekaligus
2
mengeringkan sampel. Setelah itu, sampel yang telah dikeringkan tersebut dimasukkan ke
dalam labu sochlet untuk kemudian diekstraksi menggunakan pelarut n-heksane.
Perhitungan rendemen sampel dilakukan dengan rumus perhitungan seperti berikut ini.

Rendemen = (berat flask+residu)-(berat flask kosong) × 𝟏𝟎𝟎%


berat sampel kering / basah

Anda mungkin juga menyukai