Anda di halaman 1dari 4

Tugas Rutin 2

Nama : Yulia Sahana Samosir


Nim : 4193131048
Kelas : PSPK 2019C

1. Jelaskan teknik/metode analisis yang dilakukan untuk mementukan standart mutu no 1 s/d
5 dari minyak CPO

Jawab :

Tujuan pengendalian mutu pada proses produksi CPO adalah untuk mengendalikan
dan menjaga mutu CPO yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Parameter mutu
dari CPO meliputi kadar asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acids (FFA), kadar air
(moisture), tingkat kemudahan dalam pemucatan atau deterioration of bleachability index
(DOBI), nilai karoten, kadar kotoran (dirt), dan nilai rendemen.

1. Asam lemak bebas (free fatty acid)

Analisis kadar ALB dilakukan melalui metode titrasi asam basa dari bahan minyak yang di
dalamnya terdapat asam lemak bebas dengan menggunakan NaOH.

Metode yang digunakan adalah dengan melarutkan minyak atau lemak dengan isopropil
alkohol yang memiliki sifat semipolar. Dari reaksi penyabunan antara asam lemak dengan
NaOH, maka akan dihasilkan senyawa sabun. Indikator PP (fenolftalein) ditambahkan pada
reaksi tersebut untuk mengindikasikan ketika jumlah NaOH yang ditambahkan telah
mencapai titik berlebih yang ditandai dengan munculnya larutan warna merah muda. Pada
kondisi ini titrasi NaOH dihentikan karena seluruh asam lemak bebas telah tersabunkan oleh
NaOH. Banyak NaOH yang dititrasikan dapat dikonversi menjadi nilai ALB yang
menunjukkan konsentrasi dari asam lemak bebas yang ada.

2. Kadar Air (Moisture)

Kadar air atau moisture juga menjadi parameter mutu yang penting pada industri CPO.
Keberadaan air pada buah sawit atau CPO dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis
yang menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu kadar air yang tinggi menjadi tempat yang
cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang mana dapat memproduksi enzim yang akan
mengkatalisis proses hidrolisis.
Metode pengukuran kadar air dengan metode oven merupakan metode yang paling umum
digunakan. Metode dilakukan dengan memanaskan sampel minyak pada oven yang diatur
pada temperatur 130°C selama 30 menit. Pada kondisi ini diharapkan seluruh molekul air
dapat teruapkan. Dengan demikian kandungan air (%) dalam bahan dapat ditentukan dengan
rumus di bawah ini.

Sementara itu pengukuran kadar air dengan metode hot plate merupakan metode kualitatif
yang digunakan karena tingkat kepraktisannya.

Metode ini dilakukan dengan memanaskan sampel CPO di atas hot plate pada suhu yang
telah ditentukan. Apabila pada sampel CPO tersebut memiliki kadar air yang melebihi batas
maka akan ada percikan air dan asap/uap di atas minyak. Apabila itu terjadi maka sampel
dikategorikan outspec atau tidak memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.

Metode lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air adalah dengan metode Karl
Fisher. Metode ini menggunakan prinsip titrasi redoks. Titran yang digunakan adalah reagen
Karl Fisher yang merupakan campuran antara iodin sulfur dioksida dan piridin di dalam
metanol. Adapun reaksi yang terbentuk merupakan reaksi reduksi oleh sulfur dioksida.

3. Deterioration of bleachability Index (DOBI)

DOBI (deterioration of bleachability index) atau derajat kemudahan pencucian adalah


parameter mutu minyak yang menandakan kebersihan minyak dari senyawa pengotor
terutama dari unsur-unsur senyawa teroksidasi, seperti golongan keton atau aldehid. Semakin
tinggi nilai DOBI menandakan mutu minyak yang lebih baik yang diindikasikan oleh
kemudahan dalam pemucatan.

Prinsip dasar pengukuran DOBI adalah dengan membandingkan konsentrasi antara senyawa
karoten dengan senyawa teroksidasi yang terkandung pada minyak. Perbandingan konsentrasi
dari kedua golongan senyawa tersebut sebanding dengan nilai serapan atau absorbansi dari
spektrum gelombang UV yang dikenakan pada bahan. Untuk senyawa karoten diukur pada
panjang gelombang 446 nm, sementara untuk senyawa hasil oksidasi diukur pada 269 nm.
Perbandingan nilai absorbansi dari 446 nm terhadap nilai absorbansi 269 nm merupakan nilai
DOBI.
4. Karotenoid (β-carotene)

Karoten merupakan pigmen berwarna jingga. Warna jingga pada minyak sawit mentah
disebabkan oleh kandungan karoten ini.

Batasan kandungan β-Carotene yang terdapat pada CPO menurut Codex Committee on Fat
and Oil adalah berkisar 500–2.000 mg/kg. Metode yang digunakan dalam mengukur nilai β-
carotene ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
446 nm dengan penambahan larutan Isooctane.

5. Kotoran (Dirt)

Kotoran pada minyak sawit adalah zat-zat padat yang tidak terlarut pada pelarut n-heksan
atau petroleum eter. Kotoran-kotoran ini bersumber dari tandan buah (TBS) maupun
kontaminasi selama proses pengolahan. Kotoran-kotoran ini dapat memicu terjadinya proses
hidrolisis dan oksidasi miyak. Oleh karena itu, kadar kotoran (dirt) menjadi parameter
penting mutu CPO.

Untuk mengetahui massa dari zat-zat ini, maka dilakukan dengan metode pelarutan dan
penyaringan dari sampel yang diuji. Metode yang dilakukan adalah dengan menyiapkan
wadah crucible yang dilapisi dengan kertas saring. Wadah crucible merupakan wadah yang
biasa digunakan untuk pengujian termal atau pengujian yang melibatkan pemanasan.
Selanjutnya wadah crucible tersebut diletakkan di atas labu erlenmeyer dan ditambahkan
dengan sampel minyak yang sebelumnya sudah ditimbang sebanyak 10 g.

Sampel minyak tersebut kemudian dicuci menggunakan pelarut nheksan hingga seluruh
minyak terlarut dan tertampung pada labu erlenmeyer. Proses ini dapat dioptimalkan dengan
menggunakan vakum. Material yang tersisa pada kertas saring di dalam wadah crucible
adalah zatzat pengotor atau residu (dirt) yang tidak dapat dilarutkan bersama nheksan. Wadah
crucible Bersama kertas saring dan kotoran yang menempel selanjutnya dikeringkan
menggunakan oven pada temperature 105°C.
Setelah itu massa kotoran atau nilai dirt dapat ditentukan melalui metode penghitungan
sebagai berikut.

6. Rendemen Oil Content

rendemen kelapa sawit yaitu jumlah minyak kelapa sawit kasar (CPO) yang dihasilkan pada
proses produksi dari setiap kilogram TBS. Metode pengukuran yang digunakan adalah
melalui metode ekstraksi terhadap sampel. Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan
mengukur kadar air terlebih dahulu dan sekaligus mengeringkan sampel.

Setelah itu, sampel yang telah dikeringkan tersebut dimasukkan ke dalam labu sochlet untuk
kemudian diekstraksi menggunakan pelarut n-heksane. Perhitungan rendemen sampel
dilakukan dengan rumus perhitungan seperti berikut ini.

7. Neraca Massa

Neraca massa (material balance) juga secara periodik perlu dihitung untuk mengetahui mutu
tandan buah segar yang masuk serta untuk mengevaluasi tingkat efisiensi proses produksi
CPO. Material balance dilakukan terhadap salah satu sampel tandan buah segar yang
biasanya diambil dari stasiun loading ramp.

Penghitungan dimulai dengan mengetahui jumlah pipil buah mentah, masak, dan busuk
dalam satu tandan. Setelah itu diambil sampel pipilan buah sebanyak kurang lebih 200 g,
untuk selanjutnya dipisahkan antara bagian inti (nut) dan daging buahnya (mesocarp). Daging
buah dan inti yang telah terpisah kemudian ditimbang dioven. Daging buah dan inti yang
telah kering ditimbang kembali dan kemudian diblender untuk selanjutnya diukur kadar air
serta rendemen minyak, baik yang terdapat pada daging buah maupun dari bagian intinya.

Anda mungkin juga menyukai