Anda di halaman 1dari 11

Tugas Review Jurnal Pengolahan Minyak Nabati

Nama : Fagan Rezka Azzadhiya


NIM : I0518029
Mata Kuliah : Teknologi Pengolahan Minyak Nabati
Dosen : Dr. Dwi Ardiana Setyawardhani S.T., M.T.

Materi Jurnal : Proses Degumming Minyak Kelapa Sawit


Hasil :
Judul Optimasi Kondisi Acid Degumming Pada Proses Produksi Lesitin dari CPO
Jurnal Jurnal Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
Volume & Halaman Vol. 01 No. 03, Hal. 70-76
Tahun 2019
Penulis Nadya Meliana, Selly Harnesa Putri, dan Efri Mardawati
Reviewer Fagan Rezka Azzadhiya
Tanggal 07 Aril 2020

Tujuan Penelitian Menentukan konsentrasi asam, waktu, dan temperatur optimum pada proses
acid degumming pada crude palm oil (CPO) yang dapat memberikan hasil paling
baik dalam memproduksi lesitin.
Subjek Penelitian Crude palm oil (CPO) atau biasa dikenal dengan Minyak Kelapa Sawit Kasar
yang melewati proses permurnian yaitu degumming dengan bantuan asam (acid
degumming) berupa asam fosfat (H3PO4) untuk menghasilkan lesitin.
Mengenai Proses Proses pengolahan minyak nabati dalam penghilangan fosfolipid atau gum dari
Degumming dan minyak kelapa sawit kasar atau CPO (crude palm oil) disebut proses degumming,
Lesitin gum hasil proses tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lesitin.
Proses degumming itu sendiri dapat dibagi menjadi water degumming, acid
degumming, dan enzymatic degumming.
Dalam penelitian ini, proses acid degumming dipilih karena CPO mengandung
fosfatida nonhydratable yang mempengaruhi kualitas dari minyak, sehingga
fosfatida nonhydratable tersebut harus diubah menjadi hydratable dengan
penambahan asam fosfat.
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode eksperimental yang terdiri dari dua
tahapan yang kemudian diselesaikan dengan validasi hasil dengan membandingkan
kondisi hasil eksperimen pertama dan kedua.
Tahap eksperimen pertama:
Metode eksperimental yang pertama diterapkan dalam proses degumming
CPO itu sendiri. Sampel gum diambil dari 300mL minyak wijen dengan asam
fosfat yang dipanaskan pada suhu tertentu dengan kurun waktu tertentu. Hasil
proses tersebut kemudian ditambahkan air sebanyak 25mL dengan suhu 95ºC,
lalu dilakukan pemisahan menggunakan centrifuge dengan percepatan 6000
rpm selama 30 menit. Setelah dilakukan pemisahan minyak dan gum, sampel
kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 75ºC selama 1 jam
dan dilakukan proses pemurnian menggunakan aseton.
Variabel dalam tahap eksperimen pertama:
 Variabel bebas: suhu pemanasan gum, lama waktu pemanasan gum
 Variabel kontrol: jumlah sampel gum dan asam fosfat
 Variabel terkait: konsentrasi asam, acetone insoluble, toluene insoluble,
dan bilangan asam.
Tahap eksperimen kedua:
Pada tahapan lanjutan (tahap eksperimen kedua), metode eksperimental
dipergunakan pada proses optimasi hasil eksperimen pertama dengan
rancangan percobaan Response Surface Methodology (RSM) dengan jenis
Box-Behnken Design (BBD). Metode eksperimental kedua ini merupakan
tahap penentuan kondisi optimum untuk produksi lesitin dan validasi data
dengan hasil eksperimen.
Variabel dalam tahap eksperimen kedua:
 Variabel bebas: lama waktu pengadukan, suhu pengadukan, dan
konsentrasi asam yang digunakan.
 Variabel kontrol: hasil acid degumming CPO dari tahap eksperimen
pertama.
 Variabel terkait: spesifikasi produk lesitin yang dihasilkan.
Hasil Penelitian Hasil eksperimen pertama ditunjukan pada Tabel 1 lampiran, hasil-hasil
tersebut digunakan untuk analasisis model persamaan menggunakan BBD. Dari
hasil analisis didapatkan model persamaan yang paling sesuai untuk kondisi
optimasi ini adalah model 2FI (interaksi dua faktor) untuk acetone insoluble (AI),
sedangkan untuk toluene insoluble (TI) adalah linier, dan model yang untuk
bilangan asam adalah quadratic (model persamaan ditampilkan pada Tabel 2
lampiran). Persamaan yang dihasilkan akan menghasilkan suatu konstanta yang
apabila bernilai positif berarti variabel tersebut merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap hasil. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa faktor yang berpengaruh
adalah konsentrasi asam, suhu proses, dan waktu proses.
Selanjutnya menggunakan program Software Design Expert 11.1.2.0
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan rekomendasi kondisi optimum proses
dan didapatkan data kondisi optimum pada suhu 70°C dengan lama waktu 20 menit
dan konsentrasi asam sebesar 1,637%. Dengan kondisi tersebut, lesitin yang
didapatkan memiliki nilai desirability tertinggi yaitu sebesar 0,402, yang berarti
target optimasi lesitin pada kondisi tersebut adalah sebesar 40,2%.
Setelah didapatkan data tersebut, dilakukan uji validasi model RSM dengan
membandingkan nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan hasil
perhitungan oleh model. Maka, dilakukan eksperimen ulang dengan kondisi
optimum tersebut dan dilakukan perhitungan ulang menggunakan metode BBD
dengan model persamaan yang didapatkan.
Hasil perhitungan menggunakan metode BBD menampilkan hasil nilai AI
sebesar 53,632%, TI 1,393% dan bilangan asam sebesar 30,296 MgKOH/g.
Sedangkan hasil percobaan ulang menunjukkan angka 48,856% untuk AI, 0,953%
untuk TI, dan bilangan asam 26,417 MgKOH/g. Kedua data tersebut dibandingkan
dengan metode RSM dan mendapatkan validasi sebesar 91,0949% untuk respon AI,
68,4135% untuk respon TI, dan 87,1963% untuk respon bilangan asam (dapat
dilihat pada Tabel 5 lampiran). Validasi untuk toluene insoluble sendiri jauh lebih
kecil dibandingkan dua faktor lain karena perbedaan hasil yang lumayan jauh antara
eksperimen dan perhitungan metode BBD. Meskipun belum memenuhi standar
FAO/WHO mengenai kadar maksimal TI (kurang dari 0,3%), namun hasil
eksperimen menunjukkan bahwa kondisi optimum rekomendasi sudah dapat
diterima karena kadar TI yang sudah minim juga validasi data yang sudah lumayan
besar (>50%).
Kesimpulan Didapatkan kondisi optimum acid degumming CPO untuk memproduksi
lesitin adalah pada suhu 70°C, waktu proses 20 menit, dan konsenterasi asam
sebesar 1,637%. Nilai validasi yang dihasilkan sebesar 91,0949% untuk acetone
insoluble, 68,4135% untuk respon toluene insoluble, dan 87,1963% untuk bilangan
asam. Secara keseluruhan nilai toluene insoluble belum memenuhi standar
FAO/WHO. Untuk itu, diperlukan beberapa perbaikan optimasi untuk mendapatkan
hasil lesitin CPO yang memenuhi kriteria. Hal yang dilakukan dapat berupa
pengoptimalan kondisi bahan sebelum proses degumming, penambahan perlakuan
pada lesitin hasil, atau merubah agen pemurnian yang digunakan dalam pemisahan
atau pemurnian minyak.
Kelebihan Penelitian yang dilakukan dalam pembuatan jurnal memiliki kelebihan berupa
ketelitian yang tinggi. Dimana metode eksperimental bertahap memungkinkan
untuk mendapatkan angka kondisi optimal acid degumming CPO untuk
mendapatkan lesitin yang terbaik. Selain itu hasil perhitungan dan eksperimen dari
kondisi optimum dihitung validasinya sehingga sangat memungkinkan untuk
mengetahui bahwa pada kondisi optimum tersebut berapa besar persen kesalahan
yang dapat terjadi. Selain itu, angka validasi juga dapat menunjukkan hasil mana
yang kurang sesuai, sehingga dapat ditentukan langkah yang perlu diambil
selanjutnya agar mendapati produk lesitin yang diinginkan.
Kelemahan Untuk kelemahannya sendiri, penelitian ini dilakukan berulang kali sehingga
memerlukan waktu yang lama dan beberapa perhitungan rumit. Selain itu seperti
tertera pada jurnal, kemungkinan terjadinya kesalahan atau hasil yang kurang
diinginkan masih ada walaupun selisihnya sangat kecil, hal tersebut menunjukkan
perlunya ada trial and error atau penelitian lanjutan hingga mendapatkan hasil
produk lesitin yang sesuai.
Lampiran Meliana, Nadya., Putri, Selly Harnesa., & Mardawati, Efri. (2019). Optimasi
Kondisi Acid Degumming pada Proses Produksi Lesitin dari CPO. Jurnal
Industri Pertanian. Universitas Padjadjaran.
JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019. HALAMAN 70 – 76

http://jurnal.unpad.ac.id/justin

JURNAL INDUSTRI PERTANIAN


ISSN (Online) 2656-6559

Lesitin

OPTIMASI KONDISI ACID DEGUMMING PADA PROSES PRODUKSI


LESITIN DARI CPO
Nadya Meliana1, Selly Harnesa Putri2, Efri Mardawati3
1
Teknologi Industri Pertaniann, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, nadyameliana94@gmail.com
2
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, selly.h.putri@unpad.ac.id
3
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, efri.mardawati@unpad.ac.id

ABSTRAK
Potensi crude palm oil (CPO) sangat berkembang pesat di Indonesia. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan lesitin. Lesitin merupakan salah satu emulsifier alami yang penggunaannya banyak diaplikasikan dalam
berbagai industri. Sumber utama lesitin nabati adalah kedelai dan sumber utami lesitin hewani adalah otak sapi atau babi
sehingga kehalalannya perlu diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam, waktu dan temperatur
optimum pada proses acid degumming yang dapat memberikan hasil paling baik dalam memproduksi lesitin. Metode optimasi
yang digunakan adalah Response Surface Methode (RSM) Box–Behnken Design (BBD) dengan tiga faktor yaitu temperatur
proses (70°C, 80°C, 90°C), waktu proses (20 menit, 30 menit, 40 menit) serta konsentrasi asam (1%, 1,75% dan 2,5%).
Kondisi optimal acid degumming pada proses produksi lesitin dari CPO berada pada temperatur 70°C, waktu 20 menit dan
konsentrasi asam sebesar 1,637%. Nilai validasi yang didapatkan sebesar 91,0949% untuk acetone insoluble, 68,4135%
untuk respon toluene insoluble dan 87,1963% untuk respon bilangan asam.

Kata Kunci: Crude Palm Oil, Lesitin, Acid Degumming, Optimasi, Response Surface Methode

1. PENDAHULUAN memiliki dua kutup polar dan non-polar serta


mengandung komponen hidrofobik dan
Indonesia merupakan salah satu produsen hidrofilik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
minyak sawit terbesar di dunia dan industri ini emulsifier dan food suplemen. Proses
merupakan sektor ekspor pertanian yang paling
degumming dalam perbuatan lesitin terdiri dari
tinggi nilainya selama dasawarsa terakhir. water degumming, acid degumming dan
Industri kelapa sawit berkontribusi dalam enzymatic degumming (Hamad, Septhea, &
pembangunan daerah (Pusat Data dan Sistem Ma'ruf, 2016).
Informasi Pertanian, 2014). Minyak sawit
mengandung komponen utama trigliserida Proses acid degumming dipilih karena CPO
(94%), asam lemak (3 – 5%) dan komponen mengandung fosfatida nonhydratable yang
yang jumlahnya sangat kecil (1%), termasuk mempengaruhi kualitas dari minyak, sehingga
karotenoid, tokoferol, tokotrienol, triterpen fosfatida nonhydratable tersebut harus diubah
alkohol, fosfolipida, glikolipida dan berbagai menjadi hydratable dengan penambahan asam
komponen lainnya. Pengolahan minyak sawit fosfat. Terdapat beberapa faktor yang
kasar atau CPO (crude palm oil), penghilangan mempengaruhi ekstraksi lesitin seperti
fosfolipid atau gum dari minyak sawit kasar temperatur, waktu dan penambahan pelarut
dilakukan dengan proses degumming, saat proses degumming.
kemudian gum akan dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan lesitin. Status kehalalan lesitin dapat dikategorikan
syubhat (belum jelas kehalalannya) karena
Lesitin merupakan salah satu emulsifier yang pada beberapa cara ekstraksi melibatkan
berperan secara aktif menurunkan tegangan enzim fosfolipase A yang berasal dari pankreas
permukaan dalam pembuatan emulsi. Lesitin babi (Kurniati, 2017). Secara komersial, produk

70
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

lesitin tidak diberi label pembeda antara satu 2.3. SPESIFIKASI KEMURNIAN LESITIN
dan lainnya sehingga hak perlindungan Berikut beberapa atribut yang digunakan untuk
konsumen muslim untuk mendapatkan produk menentukan kemurnian lesitin:
halal tidak tercapai dimana Indonesia
merupakan negara yang mayoritas 2.3.1. Acetone Insoluble
penduduknya beragama Islam. Indikasi aproksimat dari jumlah fosfolipid,
glikolipid dan karbohidrat pada lesitin yang tidak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk larut dalam aseton. Sifat pembasah dan
menentukan konsentrasi asam, waktu dan emulsifikasi dari lesitin tergantung dari
temperatur optimum pada proses acid persentase nilai AI. Umumnya dinyatakan
degumming yang dapat memberikan hasil dalam persentase dan berada diatas 50%.
paling baik dalam memproduksi lesitin.
2.3.2. Toluene Insoluble
2. TINJAUAN PUSTAKA TI merupakan jumlah residual bahan non lemak
2.1. CRUDE PALM OIL yang tidak larut baik toluen. Umumnya
dinyatakan dalam persentase dan berada
CPO tersusun dari gliserida yang terdiri dari
dibawah 0,3%.
serangkaian asam lemak. Komponen
utamanya berupa trigliserida dengan sebagian 2.3.3. Bilangan Asam
kecil monogliserida dan digliserida. Minyak
Bilangan asam merupakan salah satu
sawit kasar juga memiliki komponen minor
parameter yang diuji untuk mengetahui kualitas
lainnya seperti asam lemak bebas dan
minyak atau lemak baik yang berasal dari hasil
komponen non-gliserida. Komponen pada non
ekstraksi, transesterifikasi dan transesterifikasi
trigliserida pada minyak sawit kasar
insitu. Bilangan asam dinyatakan sebagai
menyebabkan bau dan rasa tidak enak,
jumlah miligram basa yang diperlukan untuk
mempengaruhi warna minyak serta
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
mempercepat proses ketengikan pada minyak.
dalam satu gram minyak atau lemak. Umumnya
Beberapa fosfatida utama didalam minyak yang dinyatakan dalam MgKOH/g dan berada
berasal dari tanaman adalah lesitin atau dibawah angka 36.
phosphatidylcholine (PC), sefalin atau
2.4. ACID DEGUMMING
phosphatidyletholamine (PE), phosphatidic acid
Proses degumming dengan menggunakan
(PA), nacylphosphatidyethanoamine (NAPE)
asam an-organik adalah proses lazim yang
dan lain – lain.
dilakukan, pengaruh yang ditimbulkan oleh
2.2. LESITIN asam adalah terbentuknya gumpalan sehingga
Lesitin merupakan substansi yang tidak mempermudah pengendapan kotoran. Acid
berwarna, jernih seperti parafin. Apabila ada degumming CPO dengan asam fosfat
panas atau cahaya maka lesitin cepat dimaksudkan untuk memisahkan fosfatida yang
mengalami perubahan warna menjadi orange merupakan sumber rasa dan warna yang tidak
atau coklat gelap. Lesitin banyak digunakan diinginkan.
dalam produk pangan, farmasi, kosmetik dan
2.5. FAKTOR – FAKTOR YANG
pada produk industri lainnya. MEMPENGARUHI ACID DEGUMMING

Kegunaan lesitin pada produk makanan adalah Berikut beberapa faktor yang berpengaruh
memberikan tambahan gizi dan juga dapat pada proses ekstraksi lesitin, diantaranya:
berperan sebagai zat pengemulsi, zat aktif
2.5.1. Konsentrasi Asam
muka, zat anti-percik, zat penstabil, zat penurun
Semakin tinggi konsentrasi asam fosfat maka
kekentalan dan antioksidan.
konsentrasi gum sisa pada minyak akan

71
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

semakin berkurang. Hal ini dikarenakan asam 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


fosfat akan bereaksi dengan gum dan terpisah
dari minyak. Penggunaan asam fosfat yang 4.1. HASIL OPTIMASI BOX-BEHNKEN DESIGN
(BBD)
terlalu banyak dapat merusak minyak, karena
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan
sisa asam fosfat yang tidak bereaksi
analisis pemilihan model terlebih dahulu. Hasil
mengakibatkan kenaikan nilai FFA pada
analisis pemilihan model pada program Design
minyak.
Expert 11.1.2.0 menunjukkan bahwa model
2.5.2. Temperatur Proses yang paling cocok untuk kondisi optimasi ini
Semakin tinggi temperatur maka gum yang adalah model 2FI (interaksi dua faktor) untuk
terambil dari minyak akan semakin besar acetone insoluble, sedangkan untuk toluene
sehingga konsentrasi gum sisa pada minyak insoluble adalah linier dan bilangan asam
semakin berkurang model yang paling optimal adalah model
quadratic.
2.5.3. Waktu Pengadukan
Persamaan yang dihasilkan dari masing-
Waktu pengadukan yang ditingkatkan dapat
masing model terhadap respon terlihat pada
menyebabkan peningkatan efisiensi penurunan
Tabel 2. Konstanta positif memberi nilai yang
jumlah fosfatid sebagai akibat dari peningkatan
setara dengan respon, sedangkan konstanta
waktu reaksi.
negatif memberikan pengaruh yang
3. METODOLOGI berkebalikan dengan respon. Konstanta positif
menunjukkan bahwa semakin besar nilai
Pengambilan gum dari CPO dilakukan dengan variabel maka akan semakin besar
cara mengambil 300 ml minyak wijen dengan pengaruhnya terhadap respon. Berdasarkan
asam fosfat kemudian dipanaskan dengan persamaan polinomial tersebut, dapat
suhu tertentu yang dijaga konstan dan diaduk disimpulkan bahwa konsentrasi asam,
selama waktu tertentu (Tabel 1). Kemudian temperatur dan waktu memiliki pengaruh
ditambahkan air sebanyak 25mL dengan suhu terhadap ketiga respon. Hal ini ditunjukkan dari
95ºC, lalu dilakukan pemisahan menggunakan nilai konstanta yang positif (lebih besar dari 0).
centrifuge dengan percepatan 6000 rpm: 30
menit. Setelah dilakukan pemisahan minyak Hasil perhitungan data pada analisis ANOVA
dan gum kemudian dikeringkan menggunakan menunjukkan bahwa nilai R-Square sebesar
oven dengan suhu 75ºC selama 1 jam dan 0,7554 pada pengujian AI yang menandakan
dilakukan proses pemurnian menggunakan bahwa interaksi antar variabelnya memiliki
aseton. pengaruh sebesar 75,54%, 0,3842 pada
pengujian TI yang menandakan bahwa
Optimasi dilakukan dengan rancangan interaksi antar variabel memiliki pengaruh
percobaan Response Surface Methodology sebear 38,42% dan 0,7419 pada pengujian
(RSM) dengan jenis Box-Behnken Design bilangan asam yang menandakan bahwa
(BBD). Penelitian ini menggunakan tiga interaksi antar variabel memiliki pengaruh
numeric factor atau variabel bebas yang terdiri sebesar 74,19%.
dari waktu pengadukan (20 menit, 30 menit, 40
menit), temperatur (70°C, 80°C, 90°C) dan 4.2. HASIL OPTIMASI
konsentrasi asam (1%, 1,75% dan 2,5%) yang Berdasarkan proses optimasi, program
digunakan pada proses produksi lesitin. Software Design Expert 11.1.2.0 memberikan
54 solusi formula dengan kondisi paling optimal
yang disarankan di Tabel 4. Kondisi proses
dengan konsentrasi temperatur 70°C, waktu 20
menit dan konsentrasi asam sebesar 1,637%
direkomendasikan sebagai solusi formula yang

72
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

optimal, karena kondisi proses ini memiliki nilai 53,632%, toluene insoluble 1,393% dan
desirability tertinggi yaitu sebesar 0,402. nilai bilangan asam sebesar 30,296 MgKOH/g.
desirability berguna untuk menentukan derajat Percobaan yang dihasilkan menghasilkan nilai
ketepatan hasil solusi optimal. Nilai desirability acetone insoluble 48,856%, toluene insoluble
yang mendekati satu maka semakin tinggi atau 0,953% dan bilangan asam sebesar 26,417
baik nilai ketepatan optimasi. MgKOH/g.

Kondisi proses dengan temperatur 70°C, waktu Berdasarkan tabel 5 tersebut, hasil pengukuran
20 menit dan konsentrasi asam sebesar mendekati perhitungan model dengan tingkat
1,637% akan menghasilkan lesitin yang validasi sebesar 91,0949% untuk acetone
memiliki karakteristik yang sesuai dengan insoluble, 68,4135% untuk respon toluene
target optimasi sebesar 40,2%, dan diprediksi insoluble dan 87,1963% untuk respon bilangan
menghasilkan produk lesitin dengan nilai asam. Pengujian TI memiliki nilai yang rendah
acetone insoluble 53,632%, toluene insoluble karena nilai yang didapatkan dari penelitian
1,393% dan bilangan asam sebesar 30,296 memiliki nilai yang berbeda jauh dibandingkan
MgKOH/g. dengan RSM, namun hasil penelitian tetap tidak
sesuai dengan standar yang berlaku di
4.3. VALIDASI MODEL FAO/WHO dan European Union yang
Kombinasi perlakuan yang telah didapatkan menetapkan nilai TI dari lesitin harus berada
dilakukan uji validasi model RSM dengan dibawah 0,3%.
membandingkan nilai yang diperoleh dari hasil
pengamatan dengan hasil perhitungan oleh Oleh karena itu, model dan solusi yang
model (disajikan dalam Tabel 5). dihasilkan oleh program Design Expert 11.1.2.0
dapat diterima dengan kata lain kombinasi
Berdasarkan hasil validasi kondisi optimum perlakuan yang optimum untuk menghasilkan
yang direkomendasikan Software Design lesitin dari CPO terbaik adalah dengan
Expert 11.1.2.0 dengan Box-Behnken Design kombinasi temperatur 70°C, waktu 20 menit
(BBD), diperoleh nilai acetone insoluble dan konsentrasi asam sebesar 1,637%.

Tabel 1. Hasil Pengujian Lesitin Crude Palm Oil


Acetone Toluene
Temperatur Waktu Konsentrasi Bilangan Asam
Run Insoluble Insoluble
(ºC) (Menit) Asam (%) (MgKOH/g)
(%) (%)
1 80 20 1 57,593 1,665 31,113
2 90 30 2,5 58,21 2,488 36,776
3 90 20 1,75 60,688 1,547 34,291
4 70 40 1,75 58,567 2,352 33,378
5 90 40 1,75 45,936 3,336 34,96
6 80 30 1,75 55,419 1,241 33,384
7 80 30 1,75 58,079 2,029 34,078
8 80 40 1 59,029 2,458 31,896
9 70 30 2,5 49,213 2,024 35,133
10 80 20 2,5 57,997 1,329 35,925
11 80 40 2,5 51,085 1,016 34,619
12 70 30 1 57,315 1,979 35,848

73
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

13 80 30 1,75 57,47 1,884 34,639


14 90 30 1 59,501 2,527 34,463
15 70 20 1,75 55,572 1,646 28,849

Tabel 2. Persamaan Polinomial terhadap Respon


Respon Model Persamaan Polinomial
(-25,46157) + (0,979567 x A) + (3,82095 x B) – (12,63683 x
Acetone Insoluble 2FI C) – (0,044368 x A x B) + (0,227033 x A x C) – (0,278267 x
B x C)
(-0,527725) + (0,023712 x A) + (0,037187 x B) – (0,295333
Toluene Insoluble Linear
x C)
32,29677 – (0,598175 x A) + (1,95157 x B) - (10,81043 x C)
Bilangan Asam Quadratic – (0,009650 x A x B) + (0,100933 x A x C) – (0,069633 x B
x C) + (0,005013 x A2) – (0,016655 x B2) + (1,81341 x C2)

Tabel 3. Analisis ANOVA untuk Optimasi Respon Pengujian Lesitin


Sum of Mean F p value
Response Source Df
Squares Square Value prob > F
Model 182,40 6 30,40 4,12 0,0348 significant
A-Temperatur 1,68 1 1,68 0,2278 0,6459
B-Waktu 37,12 1 37,12 5,03 0,0552
C-Konsentrasi
35,84 1 35,84 4,86 0,0587
Asam
AB 78,74 1 78,74 10,67 0,0114
Acetone
AC 11,60 1 11,60 1,57 0,2454
Insoluble
BC 17,42 1 17,42 2,36 0,1630
Residual 59,06 8 7,38
not
Lack of Fit 55,17 6 9,20 4,73 0,1846
significant
Pure Error 3,88 2 1,94
R-Square 0,7554
not
Model 1,95 3 0,6496 2,29 0,1352
significant
A-Temperatur 0,4498 1 0,4498 1,58 0,2342
Toluene
B-Waktu 1,11 1 1,11 3,90 0,0740
Insoluble
C-Konsentrasi
0,3925 1 0,3925 1,38 0,2645
Asam
Residual 3,12 11 0,2839

74
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

not
Lack of Fit 2,77 9 0,3079 1,75 0,4160
significant
Pure Error 0,3518 2 0,1759
R-Square 0,3842
not
Model 43,15 9 4,79 1,60 0,3151
significant
A-Temperatur 6,63 1 6,63 2,21 0,1974
B-Waktu 2,73 1 2,73 0,9100 0,3839
C-Konsentrasi
10,43 1 10,43 3,47 0,1214
Asam
AB 3,72 1 3,72 1,24 0,3160
AC 2,29 1 2,29 0,7636 0,4222
Bilangan
BC 1,09 1 1,09 0,3634 0,5729
Asam
A² 0,9279 1 0,9279 0,3091 0,6022
B² 10,24 1 10,24 3,41 0,1240
C² 3,84 1 3,84 1,28 0,3093
Residual 15,01 5 3,00
not
Lack of Fit 14,22 3 4,74 11,99 0,0779
significant
Pure Error 0,7905 2 0,3952
R-Square 0,7419

Tabel 4. Variasi Optimal yang Disarankan dari Tahapan Optimasi


Solusi Respon
Solusi
Faktor Bil. Asam Desirability (%)
Faktor AI (%) TI (%)
(MgKOH/g)
Temperatur (ºC) 70
Waktu (menit) 20 53,632 1,393 30,296 0,402
Konsentrasi Asam (%) 1,637

Tabel 5. Variasi Optimal yang Disarankan dari Tahapan Optimasi


Kondisi Optimum
Predicted Hasil Perbandingan
Solusi Response
Faktor Value (RSM) Percobaan Validasi (%)
Faktor
Temperatur Acetone
70 53,632 48,856 91,0949
(ºC) Insoluble (%)
Toluene
Waktu (menit) 20 1,393 0,953 68,4135
Insoluble (%)

75
NADYA MELIANA - JURNAL INDUSTRI PERTANIAN – VOLUME 01. NOMOR 03. TAHUN 2019.

Bilangan
Konsentrasi
1,637 Asam 30,296 26,417 87,1963
Asam (%)
(MgKOH/g)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.


5. SIMPULAN DAN SARAN (2014). Outlook Komoditi Kelapa Sawit,
ISSN 1907-1507. Outlook Kelapa Sawit
Kondisi optimal acid degumming pada proses
2014, 3-5.
produksi lesitin dari CPO (Crude Palm Oil)
berada pada temperatur 70°C, waktu 20 menit 8. NOMENKLATUR
dan konsentrasi asam sebesar 1,637%. Nilai
validasi yang dihasilkan sebesar 91,0949% A Temperatur
untuk acetone insoluble, 68,4135% untuk
respon toluene insoluble dan 87,1963% untuk B Waktu
respon bilangan asam. Secara keseluruhan
nilai toluene insoluble lesitin belum sesuai C Konsentrasi asam
dengan standar yang telah ditetapkan oleh
FAO/WHO dan European Union dimana nilai TI AB Temperatur x Waktu
harus berada dibawah 0,3%.
AC Temperatur x Konsentrasi Asam
Saran dari penelitian ini adalah lesitin dari CPO
yang dihasilkan memiliki karakterisasi yang BC Waktu x Konsentrasi Asam
belum optimal yaitu toluene insoluble yang
memiliki nilai diatas standar. Perlu beberapa A² (Temperatur)²
perbaikan agar dapat diperoleh kualitas lesitin
CPO yang lebih baik, seperti pengoptimalan B² (Waktu)²
kondisi bahan sebelum diekstraksi,
penambahan faktor perlakuan pada ekstraksi C² (Konsentrasi Asam)²
lesitin, pemurnian lesitin menggunakan bahan
yang baik untuk menghilangkan residu minyak
(Kurniati, 2017).

6. UCAPAN TERIMA KASIH


Saya sangat berterima kasih kepada Ibu Selly
Harnesa Putri, STP., M.P. dan Ibu Dr. Efri
Mardawati, STP., M.T. yang telah bersedia
membimbing dengan sabar dan selalu
memberikan saran dan masukan mengenai
penelitian ini, terima kasih juga kepada
keluarga dan teman-teman yang selalu ada
untuk memberikan motivasi dalam
melaksanakan penelitian ini.

7. DAFTAR PUSTAKA
Hamad, A., Septhea, A., & Ma'ruf, A. (2016).
Kemampuan Daya Emulsifier Corn Lecithin
yang Dihasilkan dari Water Degumming
Process Minyak Jagung. Purwokerto:
Universitas Muhammadiyah.

Kurniati, K. (2017). Karakterisasi Lesitin dari


Kedelai Kuning Varietas Argomulyo
Menggunakan Metode Water Degumming .
Jatinangor: Universitas Padjadjaran.

76

Anda mungkin juga menyukai