Anda di halaman 1dari 9

Review jurnal kromatografi

Nama : Dendy chandra wiguna junaedi

Nim : 1911102415066

Kelas : A

Review 1

Optimization Method for Analysis Fragrant Lemongrass Oilby Gas


Chromatography
a. Dasar teori
Minyak atsiri adalah minyak yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dikenal
juga dengan nama lain minyak eteris atau minyak terbang (ethereal oil,
volatile oil) yang biasanya dihasilkan oleh tumbuhan. Komponen yang mudah
menguap sehingga membuat minyak atsiri biasa disebut sebagai minyak
terbang. Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis tanaman memiliki potensi
besar untuk diolah menjadi minyak atsiri. Metode kromatografi gas yang
digunakan ini harus bisa menjamin pemisahan berbagai komponen yang
terdapat dalam minyak sereh wangi. Banyak metode kromatografi gas yang
dapat diterapkan dalam pengujian minyak atsiri sereh wangi, tetapi sering kali
hasil yang didapat tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor lingkungan, faktor alat yang berbeda, dan faktor pembuatan
minyak atsiri itu.

b. Metode penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antaralain Instrumen Kromatografi
Gas Thermo Scientific Trace 1300, Syringe, dan alat gelas. Bahan yang
digunakan adalah sampel minyak atsiri sereh wangi dan kertas saring.
Sampel minyak yang diperoleh dari hasil pembelian disaring menggunakan
kertas saring sehingga diperoleh sampel minyak yang bebas dari pengotor.
Sampel minyak atsiri diambil sebanyak 1 ul diinjeksikan ke dalam sistem
kromatografi gas dengan variasi pengaturan split ratio 150, 153,156,159,162
mL/min dan variasi kenaikan suhu oven 2,5,8,10,15 °C.
c. Hasil dan pembahasan

Kromatografi gas merupakan salah satu teknik pemisahan dimana solut yang
mudah menguap dan stabil terhadap panas, berpindah melalui kolom sebagai
fase diam dengan kecepatan tertentu. Hasil penelitian tentang metode analisis
minyak atsiri sereh wangi menggunakan kromatografi gas diperoleh data
kromatogram dari setiap metode uji yang berbeda. Hasil analisis yang
diperoleh menunjukkan hasil yang berbeda-beda yang kemudian akan
dibandingkan dengan hasil analisis dengan menggunakan kromatografi gas
spektroskopi massa sebagai acuan jumlah puncak. Perhitungan untuk
mengevaluasi metode yang memberikan hasil pemisahan yang paling baik.
Parameter hitung yang digunakan ini adalah parameter resolusi yang
menyatakan keterpisahan antara dua puncak yang berdekatan.

Hasil kromatogram yang dihasilkan menunjukkan 20 puncak yang


teridentifikasi dengan tiga puncak yang paling dominan. Variasi split puncak
utamanya terdapat pada puncak 3, puncak 5 dan puncak 7 sedangkan pada
variasi kenaikan suhu oven puncak utamanya terdapat pada puncak 3, puncak
5 dan puncak 6. Jumlah puncak yang dihasilkan ini sesuai dengan jumlah
puncak yang dihasilkan dari hasil analisis kromatografi gas-spektroskopi
massa (GC-MS), sehingga secara umum metode yang diterapkan untuk
analisis sudah sesuai.

d. Kesimpulan
Kondisi optimum metode analisis minyak sereh wangi secara kromatografi gas
berdasarkan penilitian yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan
variasi split 156 mL/min atau 159 mL/min dan variasi kenaikan suhu oven
sebesar 2 °C.
Review 2
Identifikasi Senyawa Kimia dalam Buah Kundur (Benincasa hispida (Thunb)
Cogn.) dengan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KGSM)
a. Dasar teori
Salah satu jenis tanaman Cucurbitaceae adalah buah kundur (Benincasa
hispida). Buah kundur telah dimanfaatkan sebagai sayuran dan obat
b. tradisional. Buah kundur dimanfaatkan sebagai obat
pembersih usus dan penyembuh penyakit fisik seperti penyakit kulit dan
demam.
Pemanfaatan buah kundur telah banyak diketahui namun pengetahuan
tentang kandungan kimia yang sudah dipelajari pada buah kundur masih
sangat terbatas. Buah kundur mengandung protein, lemak, karbohidrat,
mineral, thiamin, riboflavin. Sheemole et al. (2016)

b. Metode penelitian
Buah kundur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah
Kabupaten Sragen. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari E merck yaitu petroleum eter, etanol, heksana dan silika gel 60
dan silika gel G254.Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu
set alat soxhlet, satu set alat destilasi, satu set alat kromatografi kolom,
oven, rotary evaporator dan lampu UV 254 dan UV 365 nm.
c. Hasil dan pembahasan
Kromatogram hasil analisis KG-SM dari fraksi I menunjukkan 8 puncak
yang terpisahkan. Kromatogram hasil KG-SM untuk fraksi II dan III tidak
menunjukkan adanya puncak yang menonjol. Senyawa-senyawa yang
termasuk dalam golongan tanin, saponin dan antrakuinon diperkirakan
berada pada fraksi II dan III yang tidak terdeteksi dengan KG-SM karena
titik didihnya lebih tinggi dari 300 °C Analisis spektrofotometer massa
dilakukan terhadap 5 puncak yang tertinggi dari 8 puncak yang dihasilkan
dari pemisahan KG-SM fraksiI.
Analisis senyawa pertama dilakukan terhadap fragmentasi tiap senyawa
dibandingkan dengan spektra massa standar tetapi karena indeks
kesamaan atau similarity indeks (SI) yang rendah maka spektra massa
tidak dapat digunakan. Data pendukung lain dicari melalui penelusuran
spektra -spektra massa dari data sekunder hasil penelitian yang ada, tetapi
karena penelusuran melalui data sekunder juga belum ditemukan maka
analisis lebih lanjut dilakukan dengan studi literatur terhadap pola
fragmentasi. Studi literatur terhadap pola fragmentasi ditekankan pada
penelusuran base peak (puncak dasar) dan puncak-puncak yang khas dari
suatu senyawa kemudian dibandingkan dengan spektra massa dari
senyawa yang akan ditentukan.
d. Kesimpulan
Isolasi dengan kromatografi kolom menghasilkan 3 fraksi, yaitu fraksi I
berbentuk padatan berwarna kuning dengan bau mirip rempah-rempah,
fraksi II berbentuk padatan berwarna kuning kecoklatan dengan bau
menyengat dan fraksi III berbentuk cairan dengan bau yang kurang tajam.
Analisis spektra KG-SM pada fraksi I menunjukkan senyawa-senyawa
yang teridentifikasi diperkirakan adalah tridekananitril, pentadekananitril,
dan
Review 3
Gas chromatogrhapy analysis of medium chain fatty acids in coconut oils

a. Dasar teori
Minyak kelapa mengandung banyak (hingga 50 persen) asam laurat selain
kaprilat dan asam kaprat. Asam lemak inilah yang membawa produk minyak
kelapa seperti virgin. Analisis kromatografi gas minyak kelapa telah dilaporkan
untuk berbagai tujuan menggunakan berbagai metode derivasi termasuk
katalisasi basa, katalisasi asam dan katalisasi asam trifluorida, tetapi tidak ada
yang memberi perhatian khusus pada derivatisasi metode. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mempelajari metode terbaik untuk penentuan rantai lemak
medium asam dalam minyak kelapa.
b. Metode penelitian
50 mg sampel aliquot ditimbang di masing-masing dua tabung reaksi tutup berulir
(10 mL) dan ditambahkan 400 µL dari 1% methanol H2SO4. Campura dipanaskan
o
pada suhu 50 C selama 2 sampai 4 jam. Setelah didinginkan, ditambahkan 1 mL

NaCl 15%, lalu ditambahkan 1 mL heksana secara berurutan. Campuran itu


diaduk kemudian didiamkan selama beberapa menit. Kemudian campuran
tersebut membentuk dua lapisan. Lapisan atas dikumpulkan untuk analisis
kromatografi gas lanjutan . Analisis kromatografi dilakukan dengan Shimadzu Gas
Chromatography (GC-2014) (FID).Suhu kolom Diatur sebagai isotermal 120 ºC
selama 7 menit, secara bertahap naik 10ºC per menit selama 26 menit hingga 240
ºC kemudian isotermal selama 12 menit. Ruang injeksi dipanaskan 240 ºC. Mode
injeksi ditetapkan sebagai mode split dengan 1/10 dan tekanan gas helium
ditetapkandiatur pada 75 kPa. Satu mililiter sampel diinjeksikan ke dalam port
injeksi.
c. Hasil dan pembahasan
Menggunakan program kromatik gas yang dikembangkan, metil ester asam
lemak dari minyak kelapa dianalisis. Total waktu elusi sekitar 20 menit. Metil ester
asam lemak dipisahkan dengan sangat baik.Efisiensi derivatisasi Transesterifikasi
menghasilkan transesterifikasi terendah yaitu 15,1 dan 21,4 mg / mL atau 30 dan
43 %, masing-masing untuk waktu derivatisasi 2 dan 4 jam. yang dikatalis
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan transesterifikasi dengan
katalis dasar. Mendasarkan derivatisasi yang dikatalis memberikan efisiensi
konversi tertinggi (112%) dan paling pendek waktu derivatisasi (20 detik). Konversi
lebih tinggi dari 100 persen mungkin karena penguapan pelarut selama transfer
larutan.
d. Kesimpulan
Mendasarkan derivatisasi yang dikatalis memberikan efisiensi konversi tertinggi
(112%) dan paling pendek waktu derivatisasi (20 detik). Konversi lebih tinggi dari
100 persen mungkin karena penguapan pelarut selama transfer larutan.
Lampiran
.

Anda mungkin juga menyukai