Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI LANJUTAN

“infeksi saluran kemih”

DI SUSUN :

Nama : Dendy chandra wiguna junaedi

Nim : 1911102415066

Kelas : A (B praktek)

Dosen Pengampu : Apt., Muthia Dewi M.,A.,M.,Farm

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022
A. JUDUL : infeksi saluran kemih
B. TUJUAN
Pada praktikum ini, mahasiswa mampu menganalisa kasus
penyakit dan pengobatan pada penyakit syaraf, hati dan infeksi
saluran kemih.
C. BATASAN KLINIS
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih
manusia. Saluran kemih manusia merupakan organ-organ yang
bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang
mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih
dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases
Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit
infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan
disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya E.coli,
klebsiella sp, proteus sp,providensiac, citrobacter, P.aeruginosa,
acinetobacter, enterococu faecali,dan staphylococcus
saprophyticus namun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan
oleh E.coli. Infeksi saluran kemih disebabkan invasi
mikroorganisme ascending dari uretra ke dalam kandung kemih.
Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah dengan
refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula kuman darianal
berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui
uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan
seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi.(Rani,2018)

D. ETIOLOGI/ FAKTOR RESIKO


Banyak faktor yang disebut sebagai faktor risiko terjadinya
persalinan preterm, antara lain infeksi, inflamasi, perdarahan,
regangan dinding uterus yang berlebih (misalnya kehamilan
multipel, poli- hydramnion), trauma, stress, proses imunologis dan
inkompetensi serviks.1 Meskipun demikian, mekanisme terjadinya
persalinan preterm sampai saat ini masih belum sepenuhnya
dapat dipahami. Penyebab utama ISK adalah bakteri E. Coli 60-90
persen. Selan itu penyebab lainnya adalah klebsiella pneumonia,
staphyloccocus sp, enteracoccus sp, pseudomonas aeruginisa.
(sugianto,2020)

E. PATOFISIOLOGI
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke
dalam saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri
dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal.Sejauh ini
diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di
dalam media urin.Mikroorganisme penyebab ISK umumnya
berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman
yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung
kemih dan dapat sampai ke ginjal.(sugianto,2020)

F. TATA LAKSANA ( Terapi farmakologi dan non farmakologi)


Terapi farmakologi
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor
pasien, faktor mikrobiologis dan data hasil klinis.Antibiotik
(antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau
yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh
bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya).
Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat menembus membran
agar dapat mencapai tempat bakteri berada.Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat menyebabkan kekebalan bakteri,
munculnya bakteri-bakteri yang resisten Tatalaksana terapi dapat
diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis
dan data hasil klinis.Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang
diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa
nonorganik yang dapat membunuh bakteri patogen tanpa
membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat
selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada.Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri
yang resisten. Pilihan antibiotika yang tepat sebelum dapat hasil
kultur (empiris), pilihan antibiotika yang tepat setelah ada hasil
kultur.(hariati,2019)

Terapi non farmakologi


Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi ginjal normal
sertamenjaga higienitas genitalian eksterna. Tidak menahan
buang air kecil.(hariati,2019)
G. SOAP

No. Problem S O A P
Medik
1. Infeksi - 4 hari - hasil -obat tidak -
saluran mengeluh pemeriksaan efektif direkomendasikan
kemih nyeri pada fisik : pasien alergi untuk co
bagian TD = 140/100 terhadap amoxiclav diganti
bawah. Jika mg golongan dengan gentamicin
buang air Suhu = 39,8 C penisilin 5 mg/kg
kecil sakit. RR : 20
Frekuensi kali/menit -indikasi -di
berkemih Nadi = 60 tanpa obat rekomendaasikan
sering kali/menit pasien untuk menurunkan
namun Pemeriksaan mengalami penggunaan
hanya lab demam acyclovir 200mg 4x
sedikit Hb = 10 g/dl tetapi belum sehari
Gds = 267 di terapi
mg/dl -tetap melanjutkan
Leukosit = neurodet 1 x sehari
13,5 ribu/mm
Eritrosit = 3,8 -di berikan
juta/mm paracetamol untuk
menurunkan
demam 500mg 3 x
sehari
Referensi :
Hendrawan
wayan.DKK.2017
venereologi
G2PIAOHO 32 –
33 minggu dengan
herpes genitas
VOL : 6 No. 1

H. KASUS
Kasus dan Lembar Soap Ibu Gn (24 th), BB 61 kg, TB 161 cm,
sekarang sedang hamil 5 bulan. Sudah 4 hari ini mengeluh nyeri
pada bagian bawah. Jika buang air kecil sakit. Frekuensi
berkemih sering namun hanya sedikit. Satu tahun yang lalu
menderita kelainan yang sama tetapi tidak ingat diberi obat apa.
Memiliki riwayat alergi obat golongan penisilin. Selain itu pasien
juga mengeluhkan gatal pada area perut, bintik berair dan terasa
panas. Hasil pemeriksaan dokter : Herpes. Dokter meresepkan
Co Amoxiclav 3 x 500 mg, acyclovir 200 mg 7 x sehari dan
Neurodex.

Hasil pemeriksaan fisik:



TD : 140/100 mmHg


Suhu : 39,8oC


RR : 20 kali/menit


Nadi : 60 kali/menit

Pemeriksaan laboratorium:


Hb : 10 g/dL


Hct : 40 %


GDS : 267 mg/dl

Leukosit : 13,5 ribu/mm3


Eritrosit : 3,8 juta/mm3
Pemeriksaan urin: Leukosit (+) Eritrosit (+) Protein ( )
Bakteri (+4) Sedimen negatif

I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang Infeksi saluran kemih
(ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi
diparenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteri
urin tertentu. pada kasus tersebut ibu Gn (24 th), berat badan 61
kg, tinggi badan 161 cm, sekarang sedang hamil 5 bulan. Sudah 4
hari ini mengeluh nyeri pada bagian bawah. Jika buang air kecil
sakit. Frekuensi berkemih sering namun hanya sedikit. Satu tahun
yang lalu menderita kelainan yang sama tetapi tidak ingat diberi
obat apa. Memiliki riwayat alergi obat golongan penisilin. Selain itu
pasien juga mengeluhkan gatal pada area perut, bintik berair dan
terasa panas.
Hasil pemeriksaan dokter: Herpes. Pada hasil pemeriksaan fisik:
TD 140/100 mmHg, suhu 39,8oC, RR 20 kali/menit, nadi 60
kali/menit. Pada pemeriksaan laboratorium: Hb 10 g/dL, Hct 40 %,
GDS 267 mg/dl, leukosit 13,5 ribu/mm3, eritrosit 3,8 juta/mm3 dan
pemeriksaan urin: leukosit (+), eritrosit (+), protein ( ), bakteri (+4),
sedimen negative. Dokter meresepkan Co Amoxiclav 3 x 500 mg,
acyclovir 200 mg 7 x sehari dan Neurodex. Terdapat terapi obat
yang tidak tepat indikasi. Direkomendasikan untuk mengganti obat
co amoxiclav menjadi sefaleksin 500mg/ 2x sehari karena pasien
mengalami alergi terhadap obat golongan penicilin. Untuk obat
acyclovir tetap dilanjutkan tetapi dengan mengganti dosis dengan
200 mg 4x sehari. Neurodex tab tetap dilanjutkan 1x sehari 1
tabuntuk mencegah anemia dan kekurangan vitamin B komplek,
Terapi Paracetamol 500mg 3x sehari karena pasien memiliki

demam 39,8oC.untuk tekanan darah pasien diberikan obat


labetolol dengan dosis 10 mg perhari.
Terapi non farmakologi pada pasien adalah dengan meminum air
putih secara teratur. Tidak menahan jika ingin buang air kecil.
Olahraga secara teratur.
J. DAFTAR PUSTAKA
Hariati. Dkk. 2019. Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih Akibat
Penggunaan Kateter. Vol : 4 No. 9
Sari Purnama Rani. Dkk. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih
Dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Karyawan Wanita
Diuniversitas Lampung. Vol : 7 No.1
Sugianto. Dkk. 2020. Infeksi Saluran Kemih Sebagai Faktor Resiko
Terjadinya Persalinan Preterm. Vol : 11 No. 2
Kemenkes RI, 2011, Pedoman Nasional Interpretasi Data Klinik,
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan, Jakarta.
Sudung, O. 2018. Infeksi Pada Ginjal Dan Saluran Kemih Pada
Anak : Manifestasi Dan Tatalsana. Sari Pedriatri Vol 19 No.6.

Anda mungkin juga menyukai