Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat
inflamasi pada bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah Gastroenteritis akut adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari. Epidemiologi Gastroenteritis akut banyak terjadi pada Negara berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi lebih baik Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan UNICEF, terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis setiap tahunnya di seluruh dunia. Secara global, diperkirakan terdapat 179.000.000 insiden gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan angka pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien mengalami kematian. hasil survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai 96.278 insiden dan masih menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap di Indonesia, sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality Rate) sebesar 1,92%. Etiologi Penyebab gastroenteritis Infeksi dan Non Infeksi Infeksi disebabkan oleh : Virus :Rotavirus, Human Caliciviruses (HuCVs), Adenovirus Bakterin : Diarrheagenic Escherichia coli, campylobacter,Vibrio cholera, Salmonella Parasit : Non Infeksi disebabkan oleh Malabsorbsi Imunodefisiensi Terapi obat Diagnosis Anamnesis Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah Pemeriksaan fisik Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai adanya darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat dehidrasi pasien. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot otot kaku, sianosis Pemeriksaan Penunjang Darah: - Darah perifer lengkap - Serum elektrolit: Na+, K+, Cl- - Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull) - Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica). Feses: - Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur) Biakan dan resistensi feses (colok dubur) Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif. Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa terdiri atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik (intake kalori yg cukup ), dan memberikan terapi definitif. Terapi definitif Indikasi Pemberian Pilihan Antibiotik Antibiotik
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile disentry
Yersiniosis Umumnya dapat diterapi sebagai febrile
disentry. Pada kasus berat: Ceftriaxone IV 1 gram/6 jam selama 5 hari. Intestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5-10 hari + pengobatan kista untuk mencegah relaps. Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau paromomycin 3 x 500 mg 10 hari atau diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised: Paromomycin 3 x 500 mg selama 7 hari
Isosporisosis Cotrimoksazole 2 x 160/800 selama 7 hari