Anda di halaman 1dari 21

edi

juna
u na
w ig
dr a 50 66
han 241
dy c 1 10
Den 19 1
Apa itu steril dan sterilisasi??
- Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun non
patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material.
- Sedangkan Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, non
patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material. Hal tersebut dapat dicapai
melalui beberapa cara penghilangan secara fisika semua organisme hidup, misalnya melalui
penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia, atau dengan cara lainnya.
Sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah transmisi penyakit, mencegah pembusukan material oleh
mikroorganisme, dan untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga
memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri atau untuk metabolitnya
(Agoes, 2009).
Contoh-contoh produk steril yang terdapat pada jurnal
review

jurnal 1 : Evaluasi sediaan steril racikan secara keseluruhan pH sediaan Ceftriaxone & Cefotaxime

Jurnal 2 : Hasil penelitian diperoleh sampel 110 tindakan pencampuran (98 di ICU dan 12 di NICU),
dan 15 responden mengisi angket pengetahuan aseptic dispensing.
Jurnal 3 : autoklaf uap alkohol dengan autoclave bathsteam pembersih ultrasonik (grup B-D).

jurnal 4 : produk filtrasi dan ekstrasi sesuai dengan EN ISO 11737-1(11)


Metode – metode yang digunakan

jurnal 1 : Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan


crosssectional dan cara pengambilan sampel incidental sampling. Data diambil
menggunakan lembar checklist yang dibuat berdasarkan Pedoman Pencampuran Obat
Suntik dan Sitostatika 2009. Pengambilan data dilakukan secara prospektif di bangsal
rumah sakit “X” dengan nomor ijin 748.3/X/LP/DIKLAT/VII/2017. merupakan gabungan
antara metode observasi prospektif di rumah sakit dan pembuktian di laboratorium.
Objek penelitian yang dibutuhkan adalah resep dokter yang didalamnya terdapat
sediaan racikan steril untuk pasien pediatri, proses peracikan sediaan steril, serta
racikan sediaan steril dari Rumah Sakit “X” di kota Semarang. Penelitian ini, terdiri dari
2 bagian, yaitu observasi proses peracikan dan evaluasi kualitas hasil racikan sediaan
steril.
Jurnal 2 : Penelitian dilakukan secara observasional dengan analisa deskriptif
kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang bulan April-Mei 2015. Penelitian ini sudah mendapatkan izin etik
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dengan No 160/EC/KEPK-S1-FARM
/02/ 2015. Sampel inklusi adalah pencampuran sediaan parenteral yang dilaksanakan di
ICU dan NICU bulan April-Mei 2015 pada pukul 7.00-9.00 dan 15.00-17.00 WIB dan dapat
diamati oleh peneliti secara langsung, sedangkan kriteria eksklusi adalah
pencampuran yang dilaksanakan di luar jadwal pengambilan sampel. Besar sampel
yang ditetapkan adalah 110 sampel. Teknik pengambilan sampel non random sampling
dengan menggunakan instrumen Buku Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril
Depkes RI Tahun 2009, lembar pengumpul data prosedur aseptic dispensing dan
lembar borang khusus keadaan tidak terdapat LAF-BSC serta angket yang diberikan ke
tenaga pendispensing sebagai data pendukung tingkat pengetahuan SDM yang
mendukung pelaksanaan aseptic dispensing. Lembar pengumpul data terbagi atas 4
tahap (penyiapan, pencampuran, penyimpanan, dan pembuangan). Angket terdiri atas
8 pertanyaan pengetahuan SDM tentang aseptic dispensing.
Jurnal 3 : Pada penelitian ini, ada 128 band molar yang datang dari 32 pasien di mana
masing-masing menggunakan 4 band. Keempatnya pita molar yang berasal dari pasien
pertama dibagi rata menjadi dua kelompok. Dua kelompok pertama telah disterilkan
sebelumnya. menggunakan alkohol, satu pita molar kemudian disterilkan
menggunakan kering panaskan oven pada suhu 150⁰ C selama 20 menit (grup A),
Sedangkan yang kedua adalah menggunakan autoklaf uap dengan suhu pada 130⁰ C
selama 1 jam (grup B). Dua kelompok terakhir adalah pra-disterilkan menggunakan
mandi pembersih ultrasonik, satu molar band kemudian disterilkan menggunakan oven
panas kering pada suhu 150⁰ C selama 20 menit (kelompok C), dan yang lainnya
menerapkan uap autoklaf pada suhu 130⁰ C selama 1 jam (grup D).
Jurnal 4 : Pembentukan Dosis Sterilisasi, yaitu. dosis radiasi gamma yang diperlukan
untuk mencapai Tingkat Jaminan Sterilitas (SAL) dari 10-6 adalah berdasarkan metode
pembuktian VDmax sebesar 25 kGy Dijelaskan dalam Standar Internasional EN ISO
11137-2 (15).
Metodologi eksperimental dibagi menjadi tiga Fase:

A) Validasi penentuan bioburden Metode.

B) Penentuan frekuensi bioburden.

C) Pembentukan Dosis Sterilisasi


hasil yang didapatkan dari metode metode tersebut

Jurnal 1 : Hasil penelitian menunjukkan bahwa personil peracik, sarana prasarana serta prosedur
pencampuran sediaan steril injeksi di bangsal anak rumah sakit “X” belum sesuai dengan Pedoman
Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sitostatika 2009. Evaluasi sediaan steril racikan secara
keseluruhan yaitu pH sediaan Ceftriaxone & Cefotaxime sesuai literature dan pH sediaan Omeprazole
tidak sesuai literature, tidak terjadi inkompatibilitas, sediaan bebas dari pertumbuhan bakteri dan
stabilitas fisik obat rendah jika dilihat dari nilai transmitan yang diperoleh.

Jurnal 2 : Hasil penelitian diperoleh sampel 110 tindakan pencampuran (98 di ICU dan 12 di NICU),
dan 15 responden mengisi angket pengetahuan aseptic dispensing. Persentase kesesuaian aseptic
dispensing menurut Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril Depkes RI Tahun 2009 yaitu tertinggi
pada tahap pembuangan sebanyak 108 pencampuran (98,18%) dan kesesuaian terendah pada tahap
pencampuran yakni 54 pencampuran (49,09%)
hasil yang didapatkan dari metode metode tersebut

Jurnal 3 : Dari 5 band molar baru yang diambil langsung dari kotak, jumlah bakteri yang ditemukan
adalah 0 CFU / ml minimal, sedangkan maksimal 2 CFU/ ml. Jumlah bakteri pada pita molar, yang
diambil langsung dari pasien tanpa melakukan proses dekontaminasi, minimal 32 CFU / ml, dan
maksimum adalah 49 CFU / ml

Jurnal 4 : Faktor pemulihan adalah nilai numerik yang diterapkan pada mengkompensasi
penghapusan yang tidak lengkap dari produk dan / atau kultur mikroorganisme, dalam pemulihan
penelitian ini penentuan faktor dilakukan untuk mengkompensasi dalam menghilangkan
mikroorganisme sepenuhnya dari produk selama filtrasi dan ekstraksi sesuai dengan dengan EN ISO
11737-1 (11)
Hasil dan Pembahasan
Jurnal 1 : Inkompatibilitas secara fisik yang terjadi dalam suatu sediaan bisa diamati secara visual,
seperti ada tidaknya partikel yang tidak larut, adanya kekeruhan, perubahan warna, endapan dan
pembentukan kristal21 . Dari hasil observasi 114 racikan sediaan steril (Gambar 2), terdapat sekitar 10
peracikan sediaan steril (8,77%) yaitu Ceftriaxone (4 peracikan) dan Omeprazole (6 Evaluasi Peracikan
Sediaan Steril untuk Pasien Pediatri
Lanjutan
peracikan) yang dihasilkan tidak jernih melainkan masih terdapat partikel yang tidak larut setelah
proses rekonstitusi obat. Obat dengan resiko tinggi mengalami medication error adalah obat yang
tidak diadministrasikan dengan segera setelah preparasi dan resiko dapat meningkat apabila label
yang diberikan tidak cukup jelas22. Dari hasil observasi hampir seluruh sediaan racikan steril untuk
pasien anak diberi label (93,86%), namun hanya terdiri dari Nama pasien, No. RM, No. bed, dan dosis
pemberian. Hasil sediaan racikan obat suntik yang diberi etiket/label, seluruhnya tidak menyertakan
keterangan BUD dan kondisi penyimpanan sediaan. Hal tersebut dapat menyebabkan perawat tidak
mengetahui kapan obat masih dalam keadaan stabil atau tidak untuk kemudian di administrasikan
pada pasien23 . Di rumah sakit penyimpanan obat yang belum di administrasikan ke pasien
diletakkan pada meja preparasi dengan suhu ruang (25°- 30°C), sedangkan untuk sisa obat dalam vial
yang belum digunakan disimpan pada lemari pendingin dengan dijaga suhunya pada ± 4°C.
Berdasarkan pengamatan obat suntik racikan untuk pasien pediatri, penyimpanan obat yang teramati
seluruhnya sudah sesuai dengan literatur (Handbook of Injectable Drug).
Jurnal 2
Pada Pada hasil penelitian diperoleh sebanyak 110 sampel tindakan pencampuran sediaan parenteral.
Kesesuaian tertinggi pencampuran di tahap pembuangan sebesar 98,18% didukung fasilitas
pembuangan yang memadahi di ICU dan NICU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Kesesuaian terendah
pada tahap pencampuran sebesar 49,09% karena terkendala oleh tidak adanya fasilitas passbox dan
LAF-BSC di ruangan. Tahap penyiapan 87,77% dan tahap penyimpanan 80% sudah sesuai karena
fasilitas dan kompetensi SDM sudah bagus. Persentase kesesuaian lebih tinggi di NICU daripada di
ICU karena di NICU terdapat ruang pencampuran obat terpusat yang sudah dikondisikan menyerupai
LAF-BSC dan pencampuran dilakukan oleh tenaga kesehatan khusus. Pada tahap penyiapan
diperoleh hasil kesesuaian melakukan cuci tangan sesuai dengan SPO sebanyak 100% dan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan SPO sebanyak 74,54%. Fungsi cuci tangan
adalah upaya untuk mencegah infeksi nosokomial. Kesesuaian prosedur cuci tangan didukung
dengan fasilitas wastafel dan hand rub. Hand rub basis alkohol lebih efektif untuk daripada cuci
tangan manual, lebih cepat, rendah risiko iritasi, dan meningkatkan kepatuhan dalam hand hygiene.
Pedoman cuci tangan di RSSA dibuat oleh Komite PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi) sudah
tertera di setiap sudut strategis.
Lanjutan....
Pada tahap menggunakan APD sesuai dengan SPO terdapat kesesuaian tertinggi pada nomor 1,2,3
sebanyak 110 pencampuran (100%) dan terendah pada nomor 6 sebanyak 11 pencampuran (10%).
Kesesuaian didukung dengan fasilitas ruang ganti dan istirahat yang memadahi. Perilaku disiplin
menggunakan APD dipengaruhi oleh pengawasan dari K3, faktor pendorong yaitu dimana perilaku
dipengaruhi oleh senior atau orang yang berpengalaman sebagai role model dalam mematuhi SPO
dan dapat ditiru serta teori Health Belief Model dimana perilaku kesehatan ditentukan atas keyakinan
diri apabila tidak disiplin akan muncul bahaya.9 Faktor yang memicu ketidakpatuhan menggunakan
APD adalah adanya rasa malas dan ketidakcukupan sarana yang tersedia. APD yang sering
digunakan adalah masker dan sarung tangan.
Jurnal 3
Hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok dan ada satu kelompok yang
memiliki non-signifikan perbedaannya, itu adalah kelompok yang menerapkan metode autoklaf uap
alkohol dengan autoclave bathsteam pembersih ultrasonik (grup B-D). Yang berarti, kedua kelompok
metode sterilisasi memberikan hasil yang sama baiknya dalam
Lanjutan....
Di antara 4 kelompok yang telah menjalani proses dekontaminasi, jumlah minimal bakteri dari 0 CFU /
ml, ditemukan dalam kelompok alkohol autoklaf uap (kelompok B) dan mandi pembersih ultrasonik
dengan uap kelompok autoklaf (grup D), yang menunjukkan hasil yang sama dengan pita molar baru
yang dikeluarkan langsung dari kotak. Sedangkan jumlah bakteri yang maksimal, ditemukan dalam
kelompok oven panas kering alkohol (kelompok A), bahwa adalah 31 CFU /ml (Tabel 2), tidak banyak
perbedaan ketika dibandingkan dengan jumlah minimal bakteri pada molar
band yang belum Ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok metode sterilisasi, antara
kelompok A dan B, antara kelompok A dan C, antara kelompok A dan D, antara kelompok B dengan C,
dan antara kelompok C dengan D. Sementara ada tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan
antara kelompok autoklaf alkohol (kelompok B) dengan pembersihan ultrasonik autoklaf mandi-uap
(grup D). Hal ini disebabkan oleh dua kelompok menggunakan metode sterilisasi autoklaf uap yang
memiliki jumlah minimum bakteri 0 CFU / ml. melalui proses dekontaminasi dari 32 CFU/ml (Tabel 1).
Jurnal 3
Jumlah rata-rata mikroorganisme dalam darah Sampel tabung setara dengan sampel
buatankonsentrasi inokulasi → Bioburden metode penentuan divalidasi Bioburden rata-rata diamati
dalam 30 sampel(dikumpulkan dari tiga batch) set tabung darah adalah ditemukan sebagai 1,63 CFU.
Tingkat Bioburden maksimum dari 30 sampel ini adalah 4 CFU / perangkat. Minimum tingkat
bioburden adalah (0). Pembagian standar adalah 1.1, hasil bioburden dari tiga batch biasanya
Didistribusikan.
Lanjutan....
Satu koloni diisolasi dan diidentifikasi oleh gram pewarnaan dan API. Koloni yang terisolasi
diidentifikasi sebagai gram positif. Takson adalah gram positif cocci; Tes kataase perfomred dengan
menggunakan 3% hidrogen peroksida H2O2, takson terisolasi adalah katalase positif. Isoalted
taxonwas identifed oleh menggunakan API STAPH,Identifcatio dari koloni terisolasi diperoleh dari
Tabel 1. Untuk estimasi dosis verefikasi, 10 sampel set tabung darah dipilih secara acak dari batch
digunakan dalam percobaan Bioburden dan disterilkan pada 3,4kGy (Verifikasi dosis 10-1) untuk
memiliki kemandulan akhir tingkat jaminan 10-6 (SAL 10-6). Tes sterilitas 10 Sampel iradiasi dilakukan.
Hasil menunjukkan bahwa non dari set tabung darah yang diperiksa adalah non mandul. Dosis
maksimum dan minimum adalah direkam dan ditampilkan dalam Tabel, data diperoleh dari 18 film
dosimeter. Minimum dan dosis maksimum dilaporkan ke 4,22 dan 5,22 masing-masing dalam batas
yang ditentukan (4,8 kGy +10%= 5,28 kGy). Proses adalah kontrol dan mampu (Cpklebih besar dari
satu). Jika tidak lebih dari satu tes positif dari kemandulan diperoleh dari 10 tes yang dilakukan, dosis
verefikasi diterima, Dosis verifikasi diterima. (8). Hasil uji sterilitas diterima, 10 sampel steril.
Resume
Dari beberapa jurnal di atas dapat di simpulkan bahwa metode sterilisasi mempunyai berbagai cara
maupun metode seperti analitik observasional dengan rancangan crosssectional dan cara
pengambilan sampel incidental sampling, observasional dengan analisa deskriptif kuantitatif dan
pendekatan cross sectional, Validasi penentuan bioburden Metode,Penentuan frekuensi bioburden,
Pembentukan Dosis Sterilisasi dan masih banyak lagi. Hal ini menandakan bahwa Sterilisasi perlu
dilakukan untuk mencegah transmisi penyakit, mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme,
dan untuk mencegah kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur
organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri atau untuk metabolitnya.
Maka jelas bahwa proses sterilisasi sendiri jadi bagian penting dalam bidang mikrobiologi, bahkan
bisa dikategorikan sebagai aspek wajib untuk dipelajari dan dipahami. Baik itu berbicara tentang
alatnya atau mediumnya. Sterilisasi menjadi begitu penting saat alat-alat atau media terbukti tidak
steril. Akan terjadi kesulitan dalam menentukan status mikroba sebagai hasil atau kontaminan dalam
sebuah percobaan.

Apalagi bila mengingat bahwa risiko bekerja di laboratorium mikrobiologi ini cukup tinggi, sehingga
seorang laboran harus selalu skeptis dan berasumsi bahwa pada setiap mikroorganisme terdapat
potensi patogen. Itu sebabnya diperlukan kewaspadaan agar tidak terjadi infeksi oleh bakteri. Di
sinilah peran penting dari sterilisasi itu sendiri. Pada akhirnya, sterilisasi dapat menjamin keamanan
dan keselamatan selama bekerja di laboratorium mikrobiologi.
Daftar pustaka
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai