Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

“MENENTUKAN KADAR ASAM DARI MINYAK KELAPA/


KELAPA SAWIT ”

Diajukan untuk memenuhi tugas laboratorium praktikum kimia organik

Disusun Oleh :

Kelompok II (A2)

1. Majdi Anshari al Khairi (170140021)


2. Ira Sahara (170140030)
3. Wika Armadani (170140043)
4. Hijratul Izzati (170140046)
5. Sindi Qistina Asriati (170140113)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2018
ABSTRAK

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis
dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Tingginya asam lemak
bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Dalam percobaan ini digunakan
untuk mengetahui kelayakan mi8nyak untuk dikonsumsi. Tujuan dari praktikum
ini yaitu untuk menentukan kadar asam lemak bebas (FFA). Percobaan ini
dilakukan dengan metode titrasi dengan sampel minyak VCO 20gram
ditambahkan alkohol 30ml lalu dipanaskan dan ditambahkan 3 tetes indikator pp
kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Volume titrasi NaOH yang terpakai 4 ml
dan warna campuran menjadi merah muda.Dalam percobaan, kadar asam lemak
yang diproleh sesuai dengan kadar standar asam lemak bebas yaitu untuk FFA
asam palmitic 0,23%, FFA asam oleic 0,3525 %, dan FFA untuk asam lauric
0,25%.Semakin besarnya persen kadar yang didapat maka semakin besar kadar
asam lemak bebas yang terkandung didalamnya.
Kata Kunci :asam lemak bebas, minyak kelapa sawit, dan titrasi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Menentukan kadar Asam dari Minyak


kelapa/kelapa sawit.
1.2 Tanggal Praktikum : 22 Mei 2018
1.3 Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar asam lemak
bebas (FFA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Lemak Bebas (FFA)


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi
hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya
dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika
dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas.
Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa
tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat
menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Anomim, 2001).

2.2 Akibat Meningkatnya Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan
rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan
terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas
ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan
ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang
relatif tinggi dalm minyak sawit antara lain:
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
3. Penumpukan buah yang terlalu lama
4. Proses hidrolisa selama di pabrik (Fessenden, 1999).
2.3 Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam
dengan menggunakan baku basa. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni
reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna
diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh
struktur fenolphetalein (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara pH
8,4-10,4), struktur fenolphtalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH
ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH meningkat
akibatnya akan terjadi perubahan warna (Anonim,2011).

2.4 Minyak Kelapa Sawit


Salah satu tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak
adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dikenal terdiri dari empat macam tipe atau
varietas, yaitu tipe macrocarya, dura, tenera, dan pisifera. Masing–masing tipe
dibedakan berdasarkan tebal tempurung. Warna daging buah ialah putih kuning
diwaktu masih muda, dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang.
Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat
(Lebak dan Tanggerang),Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan
Aceh. Negara penghasil sawit ialah Malaysia, Amerika Tengahdan Nigeria selain
Indonesia.
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang
dinamakan minyak inti kelapa sawit dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti
kelapa sawit.
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstaksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang dicetak
kecil–kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. selain
itu, bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak
(Cadenas, 2002).
2.5 Variabel yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak Bebas
Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan
asamlemak seperti pengaruh suhu, kematangan buah, keunggulan buah, kadar
pelukaan buah, pengadukan penambahan air, penambahan CPO dan lama
penyimpanan.
a. Pengaruh Temperatur
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa kadar asam lemak yang paling
tinggi didapat pada suhu kamar (250C-270C). Enzim lipase pada buah
kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 80C dan pada
pemanasan pada suhu 500C.
b. Pengaruh Penambahan Air
Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi dan pengaruh ini pada
dasarnya membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim.
Enzim lipase aktif pada permukaan (interface) antara lapisan minyak dan
air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada
buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.
c. Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah
Pengaruh kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena
pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air,
substrat dan enzim.
d. Pengaruh Kematangan Buah
Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya
akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah
maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi,
sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
e. Pengaruh Lama Penyimpanan
Secara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya
waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan
bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas yang
terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim
lipase yang terdapat pada buah sawit.
f. Pengaruh Penambahan CPO
Pada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jikapenambahan kadar
CPO terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal
ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah jenuh atau
jumlahnya terbatas. Sementara jumlah substrat sudah sangat berlebih.
Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan
padakonsentrasi (Raymond, 1989).

2.6 Hidrogenasi Minyak Tumbuhan


Dengan melihat strukturnya apakah perbedaan trigleserida (lemak) dan
cairan trigleserida (minyak). Perbedaannya jelas dilihat dari komposisinya.
Minyak mengandung persentase asam tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan
lemak. Misalnya, kebanyakan minyak sayur (seperti minyak jagung atau kacang)
menghasilkan 80% asam tak jenuh setelah hidrolisis. Lemak (seperti lemak sapi,
talllow) hanya sedikit diatas 50%.
Pengaruh kejenuhan atau ketidakjenuhan pada titik leleh jelas apabila kita
meninjau model pengisi ruang gambar menunjukkan trigleserida jenuh, yaitu
tripalmitin. Perhatikan bahwa rantai yang tidak jenuh bentuknya memanjang,
mudah disusun secara teratur. Akhirnya, mereka bentuknya padatan pada suhu
kamar (Hart, 1990).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Erlenmeyer 1 buah
2. Hot plate 1 buah
3. Pipet volume 1 buah
4. Neraca digital 1 buah
5. Buret 1 buah
6. Gelas ukur 1 buah
7. Pengaduk 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Minyak VCO
2. Larutan NaOH 0,1 N (Natrium hidroksida)
3. Larutan metanol
4. Indikator PP (Fenolphtalein)

3.2 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja pada percobaan ini diantaranya sebagai berkut:
1. Ditimbang erlenmeyer kosong.
2. Dimasukkan minyak sebanyak 20 gram ke dalam erlenmeyer
3. Ditambahkan etanol absolut 94% sebanyak 30 ml kedalam erlenmeyer
yang sama.
4. Dipanaskan erlenmeyer dengan hot plate hingga mendidih.
5. Ditambahkan 3 tetes indicator PP, lalu di titrasi dengan larutan standar
NaOH0,1 Nsampai berubah warna dan catat volume titrasinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ini dapat diperoleh hasil pengamatan antara lain:
Tabel 4.1Hasil percobaan menentukan kadar asam dari minyak kelapa sawit.

No. Cara Kerja Hasil pengamatan


1. Erlenmeyer diisi dengan  Warna minyak putih kekuningan
minyak CPO 20 gram.  Terdapat 2 lapisan yaitu :
2. Ditambahkan dengan 30 ml - Lapisan atas alkohol (metanol)
etanol - Lapisan bawah minyak
3. Dipanaskandengan hot plate  Berwarna putih kekuningan
sampai suhu 50°C  Campuran tidak bercampur
4. Ditetesi dengan 3 tetes  Larutan menjadi warna putih
indikator pp
5. Dititrasi dengan larutan  Larutan berubah warnanya menjadi
NaOH 0,1 N sambil terus merah muda
dikocok tiap tetesannya.  Volume awal titrasi 25 ml
 Volume akhir titrasi 22,5 ml
 Volume titrasi yang terpakai 2,5 ml
6. % FFA Palmatic  % FFA asam palmitic = 0,32 %
% FFA Oleic  % FFA asam Oleic = 0, 3525%
% FFA Lauric  % FFA asam Lauric = 0,25 %

4.2 Pembahasan
Percobaan tentang menentukan kadar asam dari minyak kelapa/kelapa
sawit, dapat diketahui pada saat dimasukkan 20 gr minyak ditambahkan 30 ml
etanol, minyak dan metanol tidak bercampur dan terdapat dua lapisan yaitu,
lapisan atas terdapat etanol dan lapisan bawah terdapat minyak VCO. Hal ini
terjadi karena minyak/lipid berada pada bagian bawah larutan karena massa jenis
etanol lebih kecil dari pada massa jenis minyak. Jadi etanol merupakan pelarut
polar sehingga lipid (minyak VCO) tidak dapat larut. Pada saat dipanaskan,
campuran tetap terdapat dua lapisan dan pada saat sudah mendidih dan mencapai
titik didih paling tinggi minyak menjadi pecah
Setelah ituditambahkan 3 tetes larutan PPlarutan yang awalnya berwarna
putih menjadi keruh. Karena larutan PP adalah salah satu indikator untuk
menentukan tingkat keasaman larutan. Fungsi penambahan indikator PP untuk
mengetahui terjadinya suatu titik ekuivalen dalam proses titrasi dengan terjadinya
perubahan warna pada larutan. Sehingga minyak dan etanol yang sudah
dipanaskan dan ditetesi indikator PP tejadi perubahan warna.
Setelah itu larutan di titrasi dengan menggunakan larutan standar NaOH
0,1 N. Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Dalam titrasi, titik akhir dari titrasu
adalah titik pada saat pH hampir mencapai 7 dan ditandai dengan perubahan
warna. NaOH 0,1 N yang digunakan termasuk basa kuat sehingga volume titrasi
mencapai 2,5 ml mengakibatkan larutan yang awalnya keruh berubah menjadi
merah muda. Hal ini menandakan titik ekuivalen titrasi telah tepat, sehingga
proses titrasi dihentikan. Jumlah volume yang digunakan untuk titrasi sampel
digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. Dan pada saat didiamkan
larutan mengendap, dan yang mengendap itu adalah asam lemak bebas yang
terdapat dalam larutan tersebut.
Dari percobaan ini, didapat kadar FFA asam palmitic sebesar 0,32%, kadar
FFA asam Oleic sebesar 0,3525% dan kadar FFA asam lauric sebesar 0,25%.
Sehingga kadar FFA yang paling banyak didapat pada asam oleic sebesar
0,3525%. Semakin besarnya persen kadar yang didapat maka semakin besar kadar
asam lemak bebas yang terkandung didalamnya. Besar kecilnya kadar FFA
menunjukkan kelayakan minyak tersebut dapat dikonsumsi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam praktikum ini, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Minyak bersifat non polar sehingga sukar bereaksi dengan pelarut yang
bersifat polar.
2. Pada saat melakukan titrasi, volume titran yang digunakan adalah 2,5ml.
3. FFA% asam palmitic adalah sebesar 0,32%.
4. FFA% asam oleic adalah sebesar 0,3525%.
5. FFA% asam lauric adalah sebesar 0,25%.
6. Kadar FFA asam lemak bebas yang paling banyak terdapat pada kadar
FFA asam oleic sebesar 0,3525%.

5.2 Saran
Pada saat melakukan percobaan ini, kita harus benar-benar teliti saat
melakukan penimbangan minyak, mencampurkan larutan, memanaskan, dan
mentitrasi. Karena harus diamati perubahan warna, dan bentuk kedua larutan
menjadi menyatu atau tidak. Dan gunakan peralatan dan bahan yang masih dalam
kondisi baik agar percobaan mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Asam lemak bebas (http://anonim.blogspot.com)


Cadenes E, Packer L. 2002. Handbook of Antioxidant. Ed ke-2
Fessenden. 1999. Kimia Organk Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga
Raymond. 1989. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Seminar. Hart. 1990. Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

Dik : N = 0,02%
: V = 4,2 ml
: W = 20 ml
Dit : a. FFA % sebagai asam palmitic?
b. FFA % sebagai asam oleic?
c. FFA % sebagai asam lauric?
25,6× N ×V 25,6× 0,02 ml x 4,2ml
Jawab : a. ¿ ¿
W 20 ml
¿ 0,10 %

28,2× N × V 28,2× 0,02× 4,2 ml


b. ¿ ¿
W 20 ml
= 0,11%

20× N × V 20× 0 , 02× 4,2 ml


c.¿ ¿
W 20 ml
= 0,28%
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buat rumus bangun minyak yang terhidrolisis oleh air dan hasil reaksinya!
2. Apa penyebab minyak makan berbau tengik?
3. Sebutkan sifat–sifat fisik dan kimia dari minyak khusus minyak nabati!

Jawaban :
1. CH2 O C R CH2 OH
O O

CHO C R2 +3 H2O CH2 OH + 3R C OH

CH2 O C R3 CH OH ASB
Fliserol

2. Penyebabnya adalah terpengaruhinya perkembangan reversion yang


disebabkan oleh faktor suhu, cahaya, tersedianya oksigen, dan adanya
logam – logam yang bersifat sebagai katalis pada proses oksidasi.
3. Sifat – sifat kimia minyak nabati antara lain :
 Warna
 Bau
 Kelarutan
 Titik cair
 Titik didih
 Berat jenis
 Indeks bias
 Titik kekeruhan
 Titik asap
 Titik nyala
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Alat Fungsi

1. Gelas ukur
 Untuk mengukur volume
larutan

2. Corong
 Digunakan untuk memasuk
kan dan memindahkan
larutan

3. Hot plate
 Untuk memanaskan larutan.
4. Neraca analik
untuk menimbang sejumlah
bahan dalam ukuran
miligram

5. Seperangkat alat titrasi


 Untuk melakukan titrasi

.6 Pipe volume untuk memindahkan suatu


volume cairan dari satu tempat
ke tempat yang lain

7. erlenmeyer Tempat membuat larutan


8. Batang pengaduk
 Untuk mencampur cairan
dengan bahan kimia

Anda mungkin juga menyukai