Anda di halaman 1dari 26

Laporan Asam Lemak Bebas

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pangan yang sering kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung banyak senyawasenyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Mungkin secara kasat mata kita tidak
mengetahuinya. Tetapi dengan peneltian lebih lanjut, maka kita akan menemukan bahwa dalam
suatu bahan pangan banyak terdapat senyawa-senyawa kimiayang berbahaya bila dikonsumsi terusmenerus dalam jangka waktu yang lama.
Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh senyawa
yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat bersifat berbahaya khususnya bagi tubuh apabila
bahan pangan tersebut terlalu sering untuk dikonsumsi. Penggunaan minyak goreng yang berulangulang kali dapat mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi karena mudah teroksidasi.
Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena adanya proses
pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat meningkatkan konsentrasi dari asam lemak
bebas dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk apabila proses tersebut semakin
lama dilakukan sehingga merugikan mutu dan kandungan gizi bahan pangan tersebut. Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum Analisis Asam Lemak Bebas agar kita mengetahui mutu
bahan pangan yang kita konsumsi ditinjau dari kadar asam lemaknya.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum Analisa Kadar Lemak Bebas adalah sebagi berikut.
1. Untuk mengetahui cara pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan.
2. Untuk mengetahui persentasi asam lemak bebas yang ada pada beberapa bahan pangan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai pembelajaran dan media informasi untuk
mengetahui analisa kadar asam lemak dalam suatu bahan pangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Margarin
Terbuat dari minyak nabati, yg umumnya berasal dari kelapa sawit. Teksturnya lebih padat
dan titik lelehnya lebih tinggi dari pd mentega karena ada proses hidrogenasi(penjenuhan asam
lemak). Warnanya lebih kuning dari mentega karena adanya tambahan zat pewarna alami, seperti
karotenoid (Maudy,2013).
Margarin berbeda dengan mentega dan minyak. umumnya berasal dari kelapa sawit.
Teksturnya lebih padat dan titik lelehnya lebih tinggi dari pd mentega karena ada proses
hidrogenasi(penjenuhan asam lemak). Sementara Minyak goreng bermerek dari proses produksi,
minyak goreng kemasan selalu melalui dua kali penyaringan sehingga kadar lemak dan asam
oleatnya lebih rendah (Cemerlang 2013).
B. Asam Lemak Bebas
Asam

lemak

adalah

asam

karboksilat

dengan

panjang

alifatik

ekor

(rantai), yang baik jenuh maupun tak jenuh. Kebanyakan alami asam lemak rantai telah bahkan
jumlah atom karbon dari 4 sampai 28. Asam lemak biasanya berasal dari trigliserida atau fosfolipid.
Ketika mereka tidak melekat pada molekul lain, mereka dikenal sebagai "bebas" asam lemak (Jeski,
2012).
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi
ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin
lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.Data dpartemen
perindustrian (SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar air maksimal minyak adalah 0,30%.
Syarat keadaan bau, warna dan rasa dalam keadaan normal asam lemak bebas tidak lebih dari
0,30% (Anonim, 2013).
C. Indikator PP (Phenolphtalein)

Fenolphtalein (phenolphthalein) atau biasa disingkat sebagai pp adalah suatu senyawa


organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak
bewarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia (pink) bila dalam larutan basa (Febri,2011).
Fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen
dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan.Indikator PP dengan
range pH 8,0 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutanbasa dimana indikator ini akan
merubah warna larutan dari bening menjadi merah muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat
penitrasian (Aqulfer, 2012).
D. NaOH
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia
juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua

cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar
lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonim,
2011).
Titrasi dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu yang tidak
hilang dalam 30 detik. Penggunaan NaOH digunakan untuk mengukur beberapa asam lemak yang
bebas dari minyak. Basa NaOH mampu menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak.
Asam

lemak

bebas yang terdapat dalam minyak bisa dinetralkan dengan menggunakan basa. Angka asam adalah
Mg alkali yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram lemak
atau minyak (Hadi, 2012).
E. Alkohol
Alkohol merupakan suatu senyawa organik organik yang tersusun dari atom C, H dan O
dengan rumus umum CnH2n+1OH. Ciri khas alkohol yaitu terdapatnya gugus OH pada rantai
karbon. Rantai karbon dapat berupa gugus alkil jenuh maupun tidak jenuh, gugus alkil tersubtitusi dan
dapat pula terikat pada rantai siklik. Selain alkohol dengan satu gugus OH dikenal pula alkohol yang
memiliki gugus OH lebih dari satu. Alkohol yang memiliki satu gugus OH disebut alkohol
monohodroksi, alkohol dengan dua gugus OH disebut alkohol dihidroksi dan seterusnya (Seran,
2010).
Fungsi penambahan Alkohol adalah untuk melarutkan lemak dan minyak dalam sampel agar
dapat bereaksi dengan basa alkali. Alkohol digunakan untuk melarutkan minyak sehingga konsentrasi
alkohol (etanol) yang digunakan sebaiknya berada dalam kisaran 95-96%. Fungsi Pemanasan

(refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dengan minyak tersebut bereaksi dengan
cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol larut seutuhnya (Himka, 2011).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium tentang Analisa Asam Lemak Bebas dilaksanakan
pada hari Rabu, 06 November 2013, pukul 08.00-12.00 WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Analisa Kadar asam Lemak adalah sebagai
berikut.
-

erlenmeyer 250 ml

alat penangas

timbangan analitik

batang pengaduk
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Analisa Kadar asam Lemak adalah sebagai
berikut.

margarin bluband

margarin filma

minyak curah

minyak bimoli

minyak sunco

indikator pp

NaOh 0,1 N

Alkohol 96%

C. Prosedur Praktikum
Prosedur prktikum Analisa Kadar asam Lemak adalah sebagai berikut.
1) Sampel ditimbang sebanyak 5 gram.
2) Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml alkohol netral.
3) Dipanaskan hingga mendidih.
4) Setelah sampel dingin ditambahkan 2 ml indikator pp dan titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang
telah distandarisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.
5) dihitung persentase FFA dengan rumus
%FFA = x 100%

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Hasil dari praktikum Analisa Kadar Asam Lemak Bebas adalah sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas

No

Bahan

FFA (%)

Margarin Bluband

0,4512%

Margarin Filma

0,45%

Minyak Curah

0,04%

Minyak Bimoli

0,2048%

Minyak Sunco

0,15%

Sumber:Data Sekunder Praktikum ATL, 2013.


B. Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam praktikum analisa kadar asam lemak bebas

adalah

margarinBluband, margarin Filma, minyak curah, minyak Bimoli dan minyak Sunco. Dari hasil
praktikum diperoleh bahwa kadar asam lemak bebas (FFA) pada margarin Bluband adalah sebesar
0,4512%, pada margarin filma sebesar 0,45%, pada minyak curah sebesar 0,04%, pada minyak
Bimoli sebesar 0,2048% dan pada minyak Sunco sebesar 0,15%. Dari hasil di atas dapat dilihat
bahwa kadar asam lemak tertinggi ada pada sampel margarin bluband sebesar 0,4512% dan kadar
asam lemak terendah ada pada sampel minyak sunco yaitu sebesar 0,15%. Minyk sunco memiliki
kadar asam lemak yag rendah karena minyak sunco merupakan minyak yang mengalami dua kali
penyarringan sehingga kadar asam lemaknya rendah. Hal

ini sesuai dengan (Cemerlang, 2013) yang menyatakan bahwa dari proses produksi, minyak goreng
kemasan selalu melalui dua kali penyaringan sehingga kadar lemak dan asam oleatnya lebih rendah.
Bahan yang digunakan oleh kelompok dua adalah margarin filma.

Margarin filma

adalah terbuat dari minyak nabati, yg umumnya berasal dari kelapa sawit. Teksturnya lebih padat dan
titik lelehnya lebih tinggi dari pd mentega karena ada proses hidrogenasi(penjenuhan asam lemak).
Hasil pengujian kadar FFA yang telah dilakukan, didapati bahwa margarin filma memiliki kandungan
asam lemak bebas sebesar 0.45%. Ini berarti telah melewati standar FFA yaitu sebesar 0,3%. Hal ini
sesuai

dengan

Anonim

(2011)

yang

menyatakan

bahwa

data

dpartemen

perindustrian

(SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar air maksimal minyak adalah 0,30%. Syarat keadaan
bau, warna dan rasa dalam keadaan normal asam lemak bebas tidak lebih dari 0,30%.
Sala-satu prosedur praktkum analisa kadar asam lemak bebas adalah dengan penambahan
alkohol

netral.

ditimbang

sebanyak

Sampel
5

gram

margarin
kemudian

ditambahkan

yang
50

telah
ml

alkohol

netral 96%. Penambahan alkohol bertujuan untuk melarutkan lemak dan minyak dalam sampel agar
dapat bereaksi dengan basa alkali. Hal ini sesuai dengan Himika (2011) yang menyatakan bahwa
fungsi penambahan Alkohol adalah untuk melarutkan lemak dan minyak dalam sampel agar dapat
bereaksi dengan basa alkali.
Sampel yang telah ditambahkan 50 ml alkohol netral 96% kemudian dipanaskan dengan
menggunakan alat penangas. Pemanasan dilakukan bertujuan agar alkohol dapat bereaksi cepat
dengan minyak. Hal ini sesuai dengan Himika (2011) yang menyatakan bahwa fungsi pemanasan
saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dengan minyak tersebut bereaksi dengan cepat,
sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol larut seutuhnya.
Sampel yang telah dipanaskan kemudian didinginkan lalu ditambahkan dengan indikator pp
(phenolphtlein) sebanyak 1 ml. Penambahan indikator pp ini bertujuan agar kita mengetahui apakah
larutan termasuk asam atau basa yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Hal ini sesuai
dengan
Aqulfer (2012) yang menyatakan bahwa fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui
terjadinya suatu titik ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan.
Sampel yang telah ditambahkan indikator pp, kemudian dititrasi dengan menggunakan
larutan NaOH 0,1 M. Titrasi dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah
jambu

yang

tidak

hilang

dalam 30 detik. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk mengukur asam lemak beberapa asam lemak
bebas dari minyak selain itu juga NaOH mampu menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam

lemak. Hal ini sesuai dengan Hadi (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan NaOH digunakan
untuk mengukur beberapa asam lemak yang bebas dari minyak. Basa NaOH mampu menghidrolisis
minyak menjadi gliserol dan asam lemak.
Kadar asam lemak margarin Filma yang diperoleh adalah sebesar 0,45%. Ini berarti kadar
asam lemak margarin Filma telah melewati standar asam lemak bebas yang telah di tentukan. Hal ini
sesuai

dengan

(SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar asam lemak maksimal margarin adalah 0,30%. Syarat
keadaan bau, warna dan rasa dalam keadaan normal asam lemak bebas tidak lebih dari 0,30%.
Minyak curah adalah minyak dari kelapa sawit yang hanya mengalami satu kali proses
penyaringan. Dari hasil praktikum diperoleh kadar asam lemak bebas minyak curah adalah sebesar
0,04%. Bisa disimpulkan bahwa terjadi kesalahan pada proses titrasi pada saat praktikum
berlangsung karena berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini, minyak curah justru
memiliki kadar asam lemak yang tinggi karena hanya mengalami satu kali proses penyaringan. Hal ini
sesuai dengan (Ayu, 2010) bahwa hasil pnelitian Evaluasi Sifat Fisiko-Kimia Minyak Curah
menunjukan kadar FFA Minyak goreng curah adalah sebesar 0,346%.
Kadar asam lemak bebas minyak Bimoli yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebesar
0,02048%. Ini berarti kadar asam lemak bebas minyak bimoli sudah sesuai dengan standar yang
telah di tentukan SNI. Hal ini sesuai dengan (SNI 01-3741-1995) menyatakan bahwa kadar asam
lemak maksimal margarin adalah 0,30%. Syarat keadaan bau, warna dan rasa dalam keadaan
normal asam lemak bebas tidak lebih dari 0,30%.
Kadar asam lemak bebas minyak sunco yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebesar 0,15%.
Ini berarti kadar asam lemak bebas minyak Sunco telah sesuai dengan standar SNI kadar asam
lemak yaitu sebesar 0,30%. Ini dikarenakan minyak Sunco mengalami proses dua kali penyaringan.
Hal ini sesuai dengan (Cemerlang, 2013) yang menyatakan bahwa dari proses produksi, minyak
goreng kemasan selalu melalui dua kali penyaringan sehingga kadar lemak dan asam oleatnya lebih
rendah.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum Analisa Kadar Asam Lemak ini adalah sebagai berikut.
1. Pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan metode pemanasan
kemudian dititrasi lalu menghitung jumlah kandungan asam lemak bebas bahan pangan tersebut.
2. Kandungan

asam

lemak

bebas

(ALB)

pada

margarin

Filma

adalah

sebesar 0,45%.
B. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan adalah sebaiknya sebelum memulai praktikum terlebih
dulu telah mengetahui gambaran besar mengenai prosedur percobaan agar tidak terjadi kesalahankesalahan yang nantinya menghambat keakuratan hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Natrium Hidroksida. http://www.google.co.id /tanya/thread?tid=04605636ada3cd48. Diakses pada


tanggal
07 November 2013, Makassar.
Anonim, 2013. Asam Lemak Bebas. http://thi.fp.unsri.ac.id/index.php/posting/71. Diakses pada tanggal 07
November 2013, Makassar.
Arik,

febri.
2011. Fenolphtalein http://arikfebri.wordpress
.com/2011/03/04/fenolphtalein-phenolphthalein/.
Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.

Aqulfer, 2012. Fungsi Penambahan Indikator PP. http://www.scribd.com/doc/51391404/Fungsi-penambahan-PP.


Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.
Ayu,

Dewi.
2010. Evaluasi
Sifat
Fisiko-Kimia
Minyak
Curah.http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JSG/article/download/610/603.pdf. akses pada tanggal 26
November 2013, Makassar.

Cemerlang,
2013. Minyak
Goreng
Murah
http://minyakgoreng-murah.blogspot.com/html.Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.
Emel, Seran. 2010. Arsip tag fungsi alkohol. http://wanibesak.wordpress.com/tag/fungsi-alkohol/. Diakses pada
tanggal 06 November 2013, Makassar.
Hadi,

2012. Analisa
Lipida
Gizi. http://danang-kurang-kerjaan.blogspot.com/2012/10/analisa-lipidagizi_7635.html. Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.

Himka, 2011. Laporan Kimia Organik. http://himka1polban .wordpress.com/laporan/kimia-organik/89-2/. Diakses


pada tanggal 07 November 2013, Makassar.
Maudy, 2013. Perbeaan Margarin dan Mentega Butter. http://maudikitchen.blogspot.com/2013/02/perbedaanmargarin-dan-mentega-butter.html. Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.
Ostan Jeski. 2012. Analisa Asam Lemak Bebas. http://eiffelgultom.blogspot.com/2012/11/analisa-asam-lemakbebas-ffa.html. Diakses pada tanggal 07 November 2013, Makassar.

LAPORAN PRAKTIKU UJI ASAM


LEMAK BEBAS

17DEC2012 Leave a comment

by Evhy Kumalasari in Uncategorized Tags: asam, asam


lemak, lemak, margarine,mentega, minyak

LAPORAN PRAKTIKUM
APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
ANALISA ASAM LEMAK BEBAS

OLEH :

NAMA
NIM
KELOMPOK
ASISTEN

: EVI KUMALASARI
: G311 11 012
: V (Lima )
: IRIANTY DAVID

LABORATORIUM KIMIA ANALISA DAN PENGAWASAN MUTU PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

I. PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari seringkali tidak kita ketahui mengandung
senyawa-senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Memang secara kasat mata
tampak sekilas tampilan dari bahan pangan tersebut seperti tidak mengandung apa-apa
,tapi jika di teliti lebih lanjut kebanyakan yang dikandung dari sebagian bahan pangan
adalah zat-zat ataupun senyawa-senyawa yang yang dapat bersifat toxin atau racun.
Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh
senyawa yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat bersifat berbahaya
khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut terlalu sering untuk dikonsumsi.
Asam lemak bebas adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak.

Asam lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena adanya proses
pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat meningkatkan konsentrasi dari
asam lemak bebas dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk apabila
proses tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu dan kandungan gizi
bahan pangan tersebut. Penjelasan di atas dianggap perlu untuk dilakukannya
praktikum analisa asam lemak bebas agar kita dapat mengetahui mutu dan kandungan
gizi bahan pangan yang akan di konsumsi

1. B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum Analisa Asam Lemak bebas adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan
2. Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang ada pada suatu bahan
pangan.
Kegunaan dari praktikum mengenai analisa asam lemak bebas adalah yakni sebagai
media pembelajaran dan informasi bagi mahasiswa dan pembaca dalam mengetahui dan
menganalisa asam lemak bebas yang ada pada bahan pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1. A. Margarin
Margarin merupakan emulsi yang terdiri atas lemak nabati, air dan garam dengan
perbandingan (80:18:2). Berbeda dengan minyak goreng, margarin dapat dikonsumsi
tanpa dimasak. Sifat fisik margarin pada suhu kamar adalah berbentuk padat, berwarna
kuning, dan bersifat plastis. Margarin amat handal dalam memberi cita rasa gurih pada
masakan, juga sebagai sumber energi yang melarutkan vitamin A, D, E dan K. Ia pun
berfungsi sebagai medium penghantar panas yang baik, dan mempermudah pembuatan
roti dengan memperbaiki remah, membuat roti mudah dipotong, juga menahan
kandungan air dan memperlunak kulit roti (Anonim, 2012a).
Makanan yang mengandung paling banyak asam lemak trans adalah margarin. Minyak
sayur berbentuk cair pada suhu ruangan karena mengandung banyak asam lemak tak
jenuh. di lain pihak, lemak hewan, walaupun juga merupakan sejenis minyak, berbentuk
padat pada suhu ruangan karena banyak mengandung asam lemak jenuh. margarin,
walaupun fterbuat dari minyak sayur, berbentuk padat pada suhu ruangan seperti
halnya lemak hewan. Margarin berbentuk seperti ini karena telah dihidrogenisasi dan
secara tidak alami diubah dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh. dalam
pembuatan margarin, produsen memulai dengan minyak sayur yang dihasilkan dengan
metode ekstraksi kimiawi dan oleh karena itu margarin mengandung minyak trans.
hidrogen kemudian ditambahkan, untuk secara sengaja mengubah asam lemak tak
jenuh menjadi asam
lemak jenuh (Anonim, 2012b).

1. B. Minyak curah
Minyak goreng sawit yang dikenal dengan istilah minyak gorengcurah umumnya hanya
menggunakan satu kali proses fraksinasi (pemisahan), sehingga masih mengandung
fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang
menggunakan dua kali proses fraksinasi atau pemisahan (Anonim, 2012c).

Minyak goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih keruh. Minyak goreng curah
ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitamhitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi
kesehatan. Selain itu minyak goreng yang sering digunakan secara berkali-kali sampai
minyaknya berubah warna menjadi hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan
hanya membuat nilai gizi makanan yang digoreng menjadi turun dan mempengaruhi
rasa. Vitamin A dan D dalam makanan itu sudah
hancur (Bundakata, 2007).
1. C. Minyak kelapa
Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan
baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama
sekali, tanpa bahan kimia. Penyulingan minyak kelapa dapat berakibat
kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa
murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik,
anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin
Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga
dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta
mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu sekitar lebih
dari 12 bulan (Anonim, 2012d).
Minyak kelapa sebagai produk olahan hasil perkebunan mempunyai ciri umum
berwarna lebih bening dan beraroma harum. Dalam industri minyak goreng, minyak
kelapa dianggap paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak
jagung, minyak kedelai, minyak canola serta minyak dari bunga matahari (Anonim,
2012e).
Mutu minyak goreng sangat dipengaruhi oleh komponen asam lemaknya
karena asam lemak tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan
stabilitas minyak selama proses penggorengan. Trigliserida dari suatu minyak
atau lemak mengandung
sekitar 94-96% asam lemak. Selain komponen asam lemaknya, stabilitas minyak
goreng dipengaruhi pula derajat ketidakjenuhan asam lemaknya, penyebaran ikatan
rangkap dari asam lemaknya, serta bahan-bahan yang dapat mempercepat atau
memperlambat terjadinya proses kerusakan minyak goreng yang terdapat secara
alami atau yang secara sengaja
ditambahkan (Stier, 2003).
Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan revisi dari SNI 01-37411995, menetapkan bahwa standar mutu minyak goreng seperti pada Tabel 1 berikut
ini:
Tabel 6. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng

KRITERIA UJI
Keadaan bau, warna dan rasa

SATUAN
-

SYARAT
Normal

Air

% b/b

Maks 0.30

Asam lemak bebas (dihitung


sebagai asam laurat)

% b/b

Maks 0.30

Bahan Makanan Tambahan

Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No.


722/Menkes/Per/IX/88

Cemaran Logam :
- Besi (Fe)

Mg/kg

Maks 1.5

- Tembaga (Cu)

Mg/kg

Maks 0.1

- Raksa (Hg)

Mg/kg

Maks 0.1

- Timbal (Pb)

Mg/kg

Maks 40.0

- Timah (Sn)

Mg/kg

Maks0.005

- Seng (Zn)

Mg/kg

Maks 40.0/250.0)*

Arsen (As)

% b/b

Maks 0.1

Angka Peroksida

% mg 02/gr

Maks 1

Catatan * Dalam kemasan kaleng


Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI)
1. D. Mentega
Mentega adalah ialah produk makanan susu, dibuat dengan mengaduk krimyang
didapat dari susu. Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai
perantara lemak di beberapa resep roti dan masakan, dan kadang-kadang bahan
untuk menggoreng. Pengganti mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan
memiliki sedikit lemak dan kolesterol (Anonim, 2012f).
Pada dasarnya, mentega dan margarin memiliki jumlah kalori yang sama. Mentega
biasanya mengandung lemak alami dan beragam manfaat nutrisi lainnya, seperti
vitamin A, D, E, dan K, yang larut dalam air. Manfaatnya antara lain untuk menguatkan
tulang dan fungsi-fungsi tubuh lainnya Komposisi mentega umumnya terdiri dari lemak
susu 82,5%, air 14%, garam 2,5% dan mineral 1% .Mentega dibuat dari lemak hewan dan
memiliki kandungan kolesterol diet maupun lemak jenuh yang tinggi. Kolesterol
sebenarnya diperlukan untuk perkembangan otak, elastisitas sel, dan usus yang sehat.

Namun, kandungan lemak jenuhnya yang tinggi membuat mentega tidak hanya
meningkatkan kolesterol total, tetapi juga kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang
biasanya menyumbat arteri, dan menyebabkan penyakit jantung. Menurut petunjuk
makan sehat, kita sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 10 persen kalori total seperti
lemak
jenuh (Harmandini, 2011).
1. E. FFA ( Free Fatty Acid )
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah
gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,
keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin
banyak kadar ALB yang terbentuk Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang
terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini
mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha
pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak
bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan
ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak . Asam lemak bebas terbentuk
karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan.
Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan
mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh.
Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak
tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala
diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada
pusat saraf dan memperrsingkat umur (Anonim, 2012f).
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar
dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun
intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam
lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal
ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan
jumlah atom C lebih besar
dari 14 (Ketaren, 1986).
1. F. Alkohol
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi
hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus
umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik
karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol
akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang
mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan OH. Salah satu senyawa alkohol,etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah

salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus kimianya
CH3CH2OH ( Anonim, 2011a).
Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil)
tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C, semakin
volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah panjangnya
rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alkohol
memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar,
sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang
kepolarannya (Anonim, 2010a).
G. Indikator PP (Phenolphtalein )
Indikator PP (phenolphtealin ) adalah Indikator asam-basa yang digunakan dalam
titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja karena perubahan pH larutan.
Indikator ini merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam
daerah pH tertentu akan berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan
cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 10,0
dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan
basa. Penggunaan PP dalam titrasi:
1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik
ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini
disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7,
sedangkan warna berubah pada pH 8.
2. Titrasi asam lemah oleh basa kuat. Boleh untuk digunakan karena
pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M
3. Titrasi basa lemah oleh asam kuat, tidak dapat dipakai,
4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH
tidak sesuai dengan titik ekivalen (Anonim, 2011b).
5. H. Larutan NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida
basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai
macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol,
walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH.
Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium
hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonimn, 2012g).

1. I. Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain

alcohol , dan

kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang
etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol,
atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia
famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia
memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah
istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atomkarbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan/atau atom karbon lain (Anonim, 2012h).
Alkohol juga termasuk zat pelarut organik yang sering digunakan untuk melarutkan
lemak dalam proses analisa lemak. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk
melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali.
Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol
(etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 %
merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).
Analisa asam lemak bebas biasanya pelarut yang digunakan dalam percobaan adalah
alkohol netral. Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan sampel yang
juga nonpolar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan pemanas air hal ini dikarenakan
titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Dengan menggunakan kondesor diaman
uap air akan menjadi embun kembali. Setlah itu diberi inidkator pp. Apabila alkohol
terlalu asam maka digunakanlah basa (Anonim, 2010a).

III. METODELOGI PRAKTIKUM


1. A. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17
Oktober 2012 pukul 08.30 12.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Analisa &
Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
1. B. Alat dan Bahan
Alatalat yang digunakan pada praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium adalah sebagai
berikut :
-

erlenmeyer 250 ml

alat penangas

timbangan analitik

batang pengaduk

bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium adalah


sebagai berikut :
-

alkohol netral

indikator PP (phenolpthalein )

larutan NaOH 0,1 N

1. C. Prosedur Praktikum
Prosedur Praktikum yang dilakukan adalah sebgai berikut :
1. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram
2. Sampel dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50ml alkohol netral
3. Dipanaskan hingga mendidih
4. Setelah sampel dingin ditambahkan 2 ml indikator phenolpthealin (pp) dan dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah di standarisasi sampai warna merah jambu
tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.
5. Dihitung %FFA dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% FFA = x 100 %

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. A. Hasil
Hasil praktikum Analisa asam lemak bebas yakni sebagai berikut :
Tabel. Hasil Perhitungan % FFA (Free Fatty Acid)
No
Bahan
% FFA (Free Fatty Acid)
1.
Minyak Goreng SUNCO
4%

2.

Minyak Goreng Curah

2,32 %

3.

Mentega

2,4 %

4.

Margarin

2,11 %

5.

Minyak Kelapa

3,2 %

Sumber : Data sekunder Hasil Perhitungan kandungan Asam Lemak


Bebas, 2012.
1. B. Pembahasan
Hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan adanya berbagai perbedaan
kandungan asam lemak bebas pada bahan yang dijadikan sampel. Adapun bahan yang
dijadikan sampel yaitu minyak goreng sanco, minyak goreng curah , mentega, margarin,
dan minyak kelapa kadar asam lemak bebas atau FFA yang diperoleh setelah ditetesi
indikator pp, melakukan titrasi denggan NaOH, dan melakukan perhitungan
menggunakan rumus penentuan kadar asam lemak bebas maka diperoleh kadar FFA

minyak goreng Sanco 4%, minyak goreng curah 2,32%, mentega 2,4%, margarine 2,11%
dan minyak kelapa sebesar 3,2%. Berdasarkan data tersebut bahan yang memiliki kadar
FFA paling besar adalah minyak goreng Sanco dan yang memiliki kadar paling kecil
adalah minyak goreng. Berarti pengonsumsian minyak kelapa secara terus-menurus
berbahaya bagi kesehatan. Utamanya penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah oleh lemak jahat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anonim (2011) yaitu bahan makanan yang mengandung FFA yang rendah maka bahan
makanan tersebut layak dikonsumsi, tetapi jika melebihi ambang batas, maka bahan
makanan tersebut sebaiknya tidak dikonsumsi karena dapat mempengaruhi kesehatan
karena bahan makanan yang memiliki FFA tinggi memiliki kadar LDL atau lemak
jahatnya lebih banyak dibanding kadar HDL-nya atau lemak baiknya, hal ini ditandai
ditandai dengan bau tengik dan terjadinya iritasi pada tenggorokan setelah
mengkonsumsinya. Asam lemak bebas dapat mengganggu kerja insulin dalam darah,
kolesterol berlebih dan tekanan darah yang meningkat.
1. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemah yang terbentuk akibat proses hidrolisis yang
terjadi pada lemak sehingga menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Kadar air
yang tinggi baik yang terkandung pada minyak ataupun pada bahan pangan yang akan
diolah dengan miinyak mengakibatkan semakin banyak terbentuknya asam lemak
bebas. Kandungan asam lemak bebas yang berlebihan pada minyak mengakibatkan
mutu minyak tersebut menjadi buruk, begitupula bahan makanan yang kelak akan
diolah bersama minyak tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Anonim (2012f)
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih
besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadangkadang dapat meracuni tubuh.
1. Fungsi penambahan Alkohol
Minyak kelapa tidak larut dalam air sehingga dibutuhkan alkohol untuk melarutkannya,
karena alkohol adalah pelarut untuk bahan organik. Penambahan alkohol pada minyak
kelapa yang ingin ditentukan kadar asam lemak bebasnya bertujuan untuk melarutkan
minyak kelapa saat proses pemanasan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Anonim
(2012i) yaitu fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak
dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan
adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan
konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak
yang baik (Anonim, 2012i).
1. Fungsi penambahan Indikator PP
Pemberian tiga tetes indikator pp pada praktikum ini adalah sebagai indikator
pembuktian bahwa bahan tersebut bersifat asam atau basa. Pada praktikum ini, setelah

dititrasi dengan NaOH, larutan alkohol dan Minyak kelapa yang telah ditetesi indikator
pp berubah warna menjadi merah muda. Hal ini membuktikan bahwa larutan tersebut
bersifat basa. Hal ini diperkuat oleh Anonim (2011b) yaitu jika pada percobaan larutan
NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka
trayek pH-nya sekitar 9-10 (basa).
1. Fungsi penambahan NaOH
Penggunaan NaOH saat proses titrasi adalah untuk menentukan kadar asam lemak
bebas yang terkandung dalam minyak kelapa. Jumlah volume yang digunakan untuk
menitrasi larutan minyak kelapa dan alkohol digunakan dalam proses penentuan asam
lemak bebas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim (2011)
yaitu volume yang diperoleh dari proses titrasi digunakan dalam perhitungan penentuan
kadar asam lemak bebas yang tergantung pada suatu bahan pangan.

V. PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Analisa Asam Lemak Bebas adalah sebagai
berikut :
1. Pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan
metode pemanasan kemudian dititrasi lalu menghitung jumlah kandungan asam
lemak bebas bahan pangan tersebut.
2. Kandungan atau kadar asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat diketahui
dengan menggunakan rumus asam lemak yaitu :
% FFA

= x 100 %

1. B. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikum Aplikasi Tekniki Laboratorium
selanjutnya yaitu hendaknya praktikum selanjutnya dapat berlangsung lebih efisien lagi .

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012a . Margarin. http://id.wikipedia.org/wiki/Margarin . Diakses Pada
Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012b Kandungan Margarin. http://irhash-maulana.blogspot
com/2012/02/margarin-adalah-makanan-yang-banyak.html-pukul-20.13. Diakses Pada
Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012c. Pengetahuan dan tindakan terhadap minyak goreng
curah http://sarmanpsagala.blogspot.com/2012/07/pengetahuan-sikap-dan-tindakanterhadap.html Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012d. Minyak Kelapa.http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa. Tanggal
17 Oktober Makassar. Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012e .Potensi Industri Minyak Kelapa. http://www.ciputraentrepren
eurship.com/kembangkan-uang-anda/10332-potensi-industri-minyakkelapa.html.Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012f. Mentega. http://id.wikipedia.org/wiki/Mentega
Anonim, 2012g. Asam Lemak Bebas. http://www.psychologymania.com/
2012/10/asam-lemak-bebas.html Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012h. Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org/wiki/Natriumhidroksida. Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2012i. Alkohol. id.wikipedia.org/wiki/Alkohol. Diakses Pada
Tanggal 06 oktober 2012 Makassar.
Anonim, 2012j. Laporan Kimia Organik. http://himka1polban.wordpress.
com/laporan/kimia-organik/89-2/. Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2012 Makassar.
Anonim, 2012k. Kualitas Minyak Dengan Penentuan. http://jusakben.
blogspot.com/2012/04/uji-kualitas-minyak-dengan-penentuan.html
Anonim, 2011a. Kimia Organik Alkohol. http://id.wikibooks.org/wiki/KimiaOrganik/Alkohol. Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2011b. Indikator Asam Basa. http://alchemistviolet.blogspot.com
/2011/03/indikator-asam-basa.html . Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Anonim, 2010a. Senyawa karbon dan Sifat-sifat Alkohol.http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/senyawa-hidrokarbon/sifat-sifatalkohol/ .Diakses Pada Tanggal 17 Oktober Makassar.
Bundakata, 2007. Minyak Goreng Curah dan Kemasan.
http://bundakata.blogspot.com/2012/06/minyak-gorengcurahdankemasan.html.
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, Makassar.

Harmandini, Felicitas. 2011. Apa Beda Mentega dan


Margarinhttp://female.kompas.com/read/2011/03/22/15560550/Apa.Sih.Beda.Ment
ega.dan.Margarin.
Ketaren, S. , 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.: Universitas
Indonesia, Jakarta.
Stier,R. 2003. Finding Functionalityin Fat and Oil.www.preparedFood.com.
Diakses pada tanggal 25 September 2012,Makassar.
Standar Nasional Indonesia. 1992. Mutu dan Cara Uji Minyak Kelapa, Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai