Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER FENOMENA PERPINDAHAN

ANALISIS KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA PADA EKSTRAKSI ASAM LEMAK


BEBAS DARI MINYAK DEDAK PADI MENGGUNAKAN ETANOL-AIR DALAM
TANGKI BERPENGADUK

Dosen Pengampu:
Rizki Fitria Darmayanti, S.T., M.Sc., Ph.D.

Disusun oleh:
Puput Suryaningrum 201910401002
Risa Dwi Rachmawati 201910401025
Ika Putri Nikmatur Rohmah 201910401026
Gusti Ayu Lunia Kandiva Hughy Desta 201910401079
Monika Jelita Siregar 201910401093
Nyimas Adhelia Mamay Fauziah 201910401104
Sekar Jasmin Azzahra 201910401117

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
Desember, 2022
LATAR BELAKANG
Dedak padi adalah hasil luaran dari olahan padi menjadi beras, dimana kualitas
dedak padi akan bermacam-macam tergantung dari jenis padi. Dedak padi merupakan salah
satu hasil pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras atau gabah. Kualitas
dedak padi sangat beragam baik dari tekstur, komposisi maupun bau. Keberagaman dedak padi
disebabkan oleh varietas padi, penggilingan, dan pemalsuan seperti penambahan serbuk gergaji,
tepung tongkol jagung, dan tepung kulit kacang (Nugroho, et al, 2022). Proses penggilingan
gabah umumnya berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, kulit luar dipisahkan dari
biji padi menghasilkan beras coklat dan sekam. Beras coklat selanjutnya digiling pada tahap
kedua menjadi beras putih dan dedak padi. Beras, sekam, dan dedak masing-masing
menyumbang kira-kira 70%, 20% dan 10% berat gabah kering. Dedak padi atau bekatul
merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi dan penyosohan beras. Dari
32 juta ton beras diperoleh hasil sampingan berupa dedak padi sekitar 2,5 juta
ton. Dalam dedak padi, terkandung minyak lebih dari 15%. Minyak dedak padi mengandung
beberapa jenis lemak, yaitu 47% lemak monounsaturated, 33% polyunsaturated, dan
20% saturated yang menyebabkan minyak dedak padi sulit dimurnikan (Handayani, et al,
2021).
Minyak dedak atau lebih dikenal dengan rice branc oil dengan rumus kimia CH 3OH
merupakan minyak hasil ekstraksi dari dedak padi. Minyak ini dapat dikonsumsi dan
mengandung vitamin, antioksidan serta nutrisi yang diperlukan untuk tubuh manusia. Minyak
dedak padi terdiri dari lemak tak jenuh ganda 33% (mengandung asam lemak esensial), lemak
jenuh 20% dan lemak tak jenuh tunggal 47%. Proses produksi MDP terdiri dari dua tahap,
ekstraksi dedak padi dengan pelarut mudah menguap menghasilkan minyak mentah dan
pemurnian minyak mentah. Seperti minyak pangan lainnya, pengotor-pengotor yang harus
disingkirkan meliputi senyawa getah/lilin, asam lemak bebas (ALB), warna dan bau. MDP
memiliki keunikan dalam kadar ALB. Karena aktivitas enzim lipase dalam dedak padi, kadar
ALB minyak hasil ekstraksi relatif lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Kadar ALB
mencapai 10-40%, tergantung pada umur penyimpanan dedak padi (Putrawan, et al, 2017).
Metode konvensional penyingkiran ALB dari minyak nabati meliputi kimia, fisika dan
misel. Metode kimia mengakibatkan kehilangan sejumlah besar minyak netral dan komponen
minor berharga. Kehilangan minyak netral mencapai 2-3 kali kadar ALB. Tambahan pula,
metode ini menimbulkan masalah lingkungan jika sabun hasil reaksi tidak dimanfaatkan. Metode
fisika, berupa distilasi pada temperatur 240-250°C, menyebabkan kerusakan nutrisi dan
menuntut perlakuan awal yang ketat. Jika perlakuan awal menyisakan pengotor yang tidak
dikehendaki, metode ini menghasilkan warna gelap yang sulit disingkirkan. Metode misel
merupakan metode kimia yang diterapkan terhadap ekstrak, sebelum pelarut disingkirkan. Oleh
karena itu, metode ini menuntut fasilitas tertutup dengan tingkat keamanan yang tinggi. Dalam
praktek, ketiga metode konvensional tidak dapat diterapkan untuk minyak nabati dengan kadar
ALB melebihi 10%. Alternatif yang masih dalam tahap pengembangan meliputi metode biologis,
re-esterifikasi membran, ekstraksi fluida superkritik, dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair
memiliki peluang yang besar karena beroperasi pada kondisi ruangan dan menggunakan pelarut
terbarukan. Metode ini memanfaatkan perbedaan kemudahan melarut antara ALB dan minyak
netral. Ada dua masalah dasar dalam ekstraksi cair-cair, yakni kesetimbangan dan perpindahan
massa (Putrawan, et al, 2017).
Berkaitan dengan ekstraksi asam lemak bebas dalam minyak dedak padi, kajian yang
diperlukan antara lain
1. Kesetimbangan cair-cair sistem minyak nabati-asam lemak bebas-etanol
2. Perpindahan massa dalam ekstraksi asam lemak bebas
Beberapa penelitian yang mengkaji kesetimbangan cair-cair sistem minyak nabati-
pelarut asam lemak bebas yaitu minyak kedelai menggunakan etanol, N-methylformamide,
formamide, dimethylsulfoxide, 1,2-butanediol, dan 2-butene-1,4-diol. Minyak kanola juga telah
dikaji menggunakan pelarut metanol, etanol, propanol, dan isopropanol. Untuk kasus yang akan
dikaji dalam pembahasan ini adalah ekstraksi minyak dedak padi dengan pelarut etanol-air.
Penelitian sebelumnya tentang asam lemak bebas pada ekstraksi minyak dedak padi dengan
pelarut etanol air diperoleh menggunakan asam lemak bebas murni seperti asam palmiat, asam
oleat, asam stearat, atau asam linoleat. Dalam lain hal, asam lemak bebas juga dapat berupa
campuran (Elma, 2018).
Ekstraksi cair-cair dapat terjadi dalam tangki berpengaduk dan dalam kolom ekstraksi.
Ekstraksi cair-cair dalam tangki berpengaduk telah diterapkan secara luas untuk mencapai laju
perpindahan massa tertentu. Laju perpindahan dalam beberapa proses perpindahan dipengaruhi
oleh luas kontak, efektivitas gaya penggerak, dan koefisien perpindahan. Koefisien perpindahan
massa dipengaruhi oleh sifat fisis sistem, bentuk geometri tangki, geometri pengaduk, dan
kecepatan pengadukan. Perpindahan massa dibutuhkan ketersediaan korelasi koefisien
perpindahan. Koefisien perpindahan massa merupakan tingkat kemudahan suatu massa senyawa
untuk berpindah dari suatu larutan ke larutan lain. Koefisien perpindahan massa dapat dibagi
menjadi tiga yaitu koefisien perpindahan massa keseluruhan, koefisien perpindahan massa fasa
kontinyu, dan koefisien perpindahan massa fasa terdispersi. Koefisien perpindahan massa
keseluruhan merupakan fungsi kompleks dari koefisien perpindahan massa fasa kontinyu dan
koefisien perpindahan massa fasa terdispersi. Koefisien perpindahan massa keseluruhan dapat
ditentukan dengan dua cara yaitu dari perhitungan dan percobaan ekstraksi cair-cair (Mirwan,
2013).

TUJUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengukur dan mengkorelasikan koefisien
distribusi dan koefisien perpindahan masa dalam sistem MDP-ALB-etanol-air. Tangki yang
dipilih adalah tangki berpengaduk sebagai ekstraktor. Percobaan ekstraksi cair-cair akan
dilakukan untuk mengukur koefisien distribusi ALB menggunakan ALB campuran yang
diturunkan dari MDP (ALB-MDP). Gabungan data campuran akan diringkas dalam bentuk
korelasi empiris. Percobaan ekstraksi cair-cair dilakukan untuk mengukur koefisien perpindahan.
Data akan dikorelasikan dalam bentuk persamaan tak berdimensi.

METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan percobaan terdiri dari etanol, MDP dan ALB. Etanol berupa etanol pro analisis
(> 99,9%). MDP diperoleh dari pasar. ALB murni berupa asam oleat (> 90%). ALB MDP
diperoleh melalui penyabunan MDP.
Percobaan
Kesetimbangan cair-cair diukur dengan sebuah sel kesetimbangan tertutup. Campuran
MDP-ALB dan etanol-air dengan perbandingan tertentu dicampur dan diaduk dalam sel
kesetimbangan. Sel kesetimbangan kemudian direndam dalam bak air sambil digoyang selama
24 jam. Temperatur dikendalikan pada 25°C dengan sebuah pengendali temperatur yang
dilengkapi pemanas dan pendingin. . Konsentrasi ALB pada kondisi kesetimbangan, baik dalam
rafinat (fasa minyak) dan ekstrak (fasa etanol) diperoleh melalui pengukuran angka asam.
Koefisien distribusi didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi solut dalam ekstrak terhadap
rafinat dirumuskan:

( ) (1)

(2)

Konsentrasi ALB pada kondisi kesetimbangan, baik dalam rafinat dan ekstrak diperoleh
melalui pengukuran angka asam. Data membentuk garis lurus dengan kemiringan 0,00504, yang
juga memberikan berat molekul 283 g/mol.

Gambar 1. Angka asam campuran ALB MDP – MDP


Gambar 2. Skema tangki berpengaduk (dT = H = 2,5dI = 8b = 8h = 8W)

Ekstraksi dilakukan dalam tangki pengaduk berdiameter dalam 8 cm dengan skema


diberikan di Gambar 2. Percobaan diawali dengan menempatkan dan mengaduk sejumlah pelarut
ke dalam tangki.MDP dengan konsentrasi ALB MDP tertentu kemudian dimasukkan ke dalam
tangki. Variasi percobaan meliputi rasio pelarut terhadap umpan, laju pengadukan, konsentrasi
etanol dalam pelarut dan konsentrasi ALB dalam MDP. Waktu pencampuran, yakni waktu yang
dibutuhkan untuk mencampur fasa etanol dan fasa minyak hingga homogen, ditentukan dengan
mengamati konduktivitas. Konduktivitas diukur dengan konduktivitimeter digital Fisher
Scientific.Pengukuran lainnya meliputi rapat massa dengan piknometer, viskositas dengan
viskometer pipa kapiler dan tegangan permukaan dengan tensiometer Fisher Surface Tensiomat
Model 21.

PERMODELAN PERPINDAHAN MASSA


Perpindahan massa berlangsung pada rafinat pada penelitian ini ke ekstrak dalam
keadaan unsteady state. Tahanan perpindahan meliputi tahanan film sisi rafinat dan tahanan film
sisi ekstrak. Dominasi tahanan akan dipengaruhi oleh nilai koefisien distribusi solut dan
viskositas cairan. Jika koefisien kontribusi solut besar dan/atau viskositas rafinat lebih besar
daripada ekstrak maka sisi rafinat cenderung mendominasi.
Untuk sistem MDP-ALB-ethanol-air, maka nilai kontribusi dan rafinat memiliki
nilai viskositas yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak. Dengan demikian, laju
perpindahan lebih tepat dinyatakan dalam koefisien sisi rafinat. Untuk tangki pengaduk yang
beroperasi secara batch dalam keadaan unsteady state, laju perpindahan ALB dinyatakan dalam:
Volume dan rapat massa dapat dianggap tetap karena jumlah ALB yang berpindah tidak
banyak dan ekstraksi berlangsung pada temperatur tetap. Konsentrasi ALB dalam rafinat yang
berkesetimbangan dengan konsentrasi ALB dalam ekstrak dihubungkan melalui persamaan
kesetimbangan:

Jika pelarut tidak mengandung ALB pada keadaan awal, neraca ALB dapat dinyatakan
sebagai:

Jika m tetap, maka

( ) ( )

Luas permukaan dalam persamaan diatas dapat dihitung dari diameter tetes rafinat.
Dalam penelitian Abidin dkk (2014) mengulas berbagai persamaan empirik diameter tetes dalam
sistem ekstraksi cair-cair dan menyimpulkan bahwa diameter tetes dapat diperkirakan dengan
baik menggunakan persamaan

( ( ) )

Dimana angka Weber dinyatakan dengan

Dengan mengukur sifat fisik ekstraksi dan rafinat, volume ekstrak dan rafinat,
konsentrasi ALB dalam ekstraksi dan rafinat serta dimensi tangki serta tangki pengaduk.

SKEMA KOEFISIEN
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh sifat fisis sistem, bentuk geometri
tangki, geometri pengaduk dan kecepatan pengadukan. Koefisien perpindahan massa volumetrik
caircair, Koa, akan menurun dengan peningkatan viskositas salah satu fasa baik dispersi maupun
fasa kontinyu. Peningkatan koefisien ini sebanding dengan kecepatan impeller pangkat ½ oleh
Rushton-NagataRooney
Pada operasi ekstrasi yang terjadi dari fasa rafinat ke fasa ekstrak terdapat proses
perpindahan massa dengan mengikuti mekanisme difusi antar fasa. Terdapat teori yang
digunakan sebagai representasi mekanisme perpindahan massa solute (B), yakni teori dua film.
Teori dua film memiliki penjelasan bahwa perpindahan massa B berawal dari badan utama fasa
cair pertama ke batas antar fasa yang di mana perpindahannya dari batas antar fasa ke badan
utama fasa cair kedua terjadi. Apabila fasa cair pertama atau fasa Feed dilambangkan sebagai F
dan fasa cair kedua berupa solvent dilambangkan sebagai S, maka dihasilkan mekanisme
perpindahan B dari fasa F ke fasa S sebagai berikut :

Gambar 3 Gradien konsentrasi yang terjadi antara fasa F dan fasa S

Gambar 4 Skema Alat Tangki Berpengaduk

Dengan mengukur sifat fisik ekstrak dan rafinat, volume ekstrak dan rafinat, konsentrasi
ALB dalam ekstrak dan rafinat serta dimensi tangki dan kondisi pengadukan, koefisien
perpindahan massa ALB dapat dihitung dari persamaan

( ) ( )
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., Yulianto, M.E. and Wahyuningsih (no date) ‘Model Perpindahan Massa Sistem Cair-
Cair Dalam Tangki Berpengaduk Dengan Pendekatan Teori Lapisan Film’, pp. 17–21.

Elma, M. (2018) ‘Koefisien perpindahan massa dalam ekstraktor tangki berpengaduk’, Info
Teknik, 6(2), pp. 89–94.

Gede, I.D. et al. (2017) ‘Ekstraksi Asam Lemak Bebas dari Minyak Dedak Padi Menggunakan
Etanol-Air dalam Tangki Pengaduk’.

Handayani, S., Abrar, M.Z.N., Bellanimalona, O.Y., Enjarlis, 2021. Pemanfaatan Limbah Dedak
Padi Menjadi Minyak Sebagai Bahan Baku Obat. Jurnal IPTEK 5 No. 2, 69–79.

Mirwan, A. (2013). KEBERLAKUAN MODEL HB-GFT SISTEM n-HEKSANA – MEK – AIR


PADA EKSTRAKSI CAIR-CAIR KOLOM ISIAN. Konversi, 2(1), 32.

Nugroho, M.D., Liman, Sutrisna, R., Muhtarudin, 2022. Uji Kualitas Dedak Padi Di Kabupaten
Lampung Tengah. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan 6 No. 3, 286–292.

Putrawan, I.D.G.A., Nugroho, R., Anggara, R., 2017. Ekstraksi Asam Lemak Bebas dari Minyak
Dedak Padi Menggunakan Etanol-Air dalam Tangki Pengaduk 17 No. 3, 166–176.

Anda mungkin juga menyukai