ABSTRAK
Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat.
Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut
dalam air. Metode penentuan kadar lemak dilakukan dengan metode soxhlet, sedangkan metode
penentuan kadar vitamin C yaitu titrasi dengan prinsip iodometri. Tujuan dari praktikum ini yaitu
untuk mengetahui cara analisis kadar lemak metode soxhlet dan kadar vitamin C metode iodimetri
dari sampel. Hasil pengamatan analisis kadar lemak yaitu rata-rata kadar lemak dari sampel kornet,
santan, tepung koro, tepung pisang, dan tepung ketan berturut-turut yaitu 7,71%; 17,26%; 4,6105%;
0,1745%; dan 0,45%. Hasil rata-rata kadar lemak sampel dari yang tertinggi hingga terendah yaitu
tepung pisang, tepung ketan, tepung koro, kornet, dan santan. Rata-rata kadar vitamin C hasil analisis
dari yang terbesar hingga terkecil yaitu tomat, jeruk nipis, cabai, jambu, dan Vitacimin dengan nilai
berturut-turut yaitu 0,0705%; 0,114%; 0,237%; 0,405%; dan 25,5085%.
Kata Kunci: Lemak, Vitamin C, Soxhlet, Iodimetri
Hasil analisis (Tabel 2) menunjukkan yang terbesar hingga terkecil yaitu tomat,
rata-rata berat vitamin C dalam 1 gram sampel jeruk nipis, cabai, jambu, dan Vitacimin
dari yang terbesar hingga terkecil yaitu pada dengan nilai berturut-turut yaitu 0,0705%;
sampel tomat, jeruk nipis, cabai, jambu, dan 0,114%; 0,237%; 0,405%; dan 25,5085%.
Vitacimin dengan nilai berturut-turut yaitu Hasil analisis berat vitamin C dalam 1
3,52; 5,72; 11,88; 20,24; dan 510,4. Rata-rata gram sampel yang didapatkan (Tabel 1) tidak
kadar vitamin C hasil analisis (Tabel 2) dari sesuai dengan nilai yang seharusnya.
Kandungan vitamin C dalam jambu biji Berdasarkan pernyataan Andarwulan
seharusnya adalah 300 mg/100g sampel dan Koswara (1992), metode iodimetri tidak
(Combs, et al., 1992). Berdasarkan hal ini, efektif untuk mengukur kandungan vitamin C
maka komposisi vitamin C pada sampel jambu dalam bahan pangan, karena adanya
biji sangat kurang dari nilai yang seharusnya. komponen lain selain vitamin C yang juga
Ketidaksesuaian hasil analisis komposisi bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa tersebut
vitamin C yang kurang dari nilai yang mempunyai titik akhir yang sama dengan
seharusnya juga terjadi pada sampel jeruk warna titik akhir titrasi vitamin C dengan
nipis, tomat, dan cabai. Kandungan vitamin C iodin.
pada jeruk nipis yaitu 27 mg/100g jeruk nipis
(Prasetyono, 2012). Kandungan vitamin C KESIMPULAN
pada tomat yaitu 34 mg/100g buah tomat
(Departemen Kesehatan, 1995). Kandungan Hasil pengamatan analisis kadar
vitamin C dalam 100 gram cabai adalah 70 mg lemak (Tabel 1) yaitu rata-rata kadar lemak
(Cahyono, 2003), sedangkan Tjahjadi (2005) dari sampel kornet, santan, tepung koro,
menyatakan bahwa kandungan Vitamin C tepung pisang, dan tepung ketan berturut-turut
pada cabai segar dalam 100 gram adalah 125 yaitu 7,71%; 17,26%; 4,6105%; 0,1745%; dan
mg. 0,45%. Hasil analisis menunjukkan rata-rata
Kurangnya kandungan vitamin C hasil berat vitamin C dalam 1 gram sampel dari
analisis jika dibandingkan dengan literatur yang terbesar hingga terkecil yaitu pada
dapat terjadi akibat berbagai faktor seperti sampel tomat, jeruk nipis, cabai, jambu, dan
jenis sampel yang berbeda dengan literatur, Vitacimin dengan nilai berturut-turut yaitu
jenis pengujian, cara pengambilan sampel, dan 3,52; 5,72; 11,88; 20,24; dan 510,4. Rata-rata
tingkat kematangan dari sampel. Hal ini sesuai kadar vitamin C hasil analisis (Tabel 2) dari
dengan pernyataan Helyes dan Lugasi (2006) yang terbesar hingga terkecil yaitu tomat,
bahwa tingkat kematangan awal pada buah jeruk nipis, cabai, jambu, dan Vitacimin
dan sayur mempunyai kandungan asam-asam dengan nilai berturut-turut yaitu 0,0705%;
organik yang lebih tinggi sehingga nilai total 0,114%; 0,237%; 0,405%; dan 25,5085%.
asam yang diperoleh juga tinggi. Hal ini
sejalan dengan pernyataan oleh Bari et al. DAFTAR PUSTAKA
(2006), yang menyebutkan bahwa total asam
buah akan meningkat pada tingkat kematangan Andarwulan, N., dan Koswara, S. 1992. Kimia
awal dan akan menurun lagi pada buah yang Vitamin. Rajawali Press, Jakarta.
mendekati busuk. Jumlah vitamin C yang
terkandung dalam tanaman juga tergantung Apriyantono, A. 2002. Pengaruh pengolahan
pada varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, terhadap nilai gizi dan keamanan
masa pemanenan dan tempat tumbuh pangan. Disampaikan pada Seminar
(Counsell dan Hornig, 1981). Online Kharisma ke-2.
Kandungan vitamin C hasil analisis
Astawan, M. 2008. Sehat dengan Hidangan
dari sampel lebih besar daripada yang
Hewani. Penebar Swadaya, Jakarta.
tercantum dalam kemasan yaitu 500 mg/100
gram Vitacimin. Berdasarkan hal ini, maka Bari, L., P. Hasan, N. Absar, M.E. Haque,
hasil analisis kandungan vitamin C (Tabel 2) M.I.I.E. Khuda, M.M. Pervin, S.
lebih besar daripada yang tercantum dalam Khatun, dan M.I. Hossain. 2006.
kemasan. Hal ini diduga terjadi akibat Nutritional Analysis of Local
kesalahan saat menentukan titik akhir titrasi Varieties of Papaya (Carica papaya L.)
sehingga volume I2 dibutuhkan untuk at Different Maturation Stages.
mencapai titik akhir titrasi berbeda yang Pakistan J. Biol. Sci. (9):137- 140.
mengakibatkan kandungan vitamin C menjadi
berbeda. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit Teknik
oleh Sunarya (2007), kesalahan yang paling Budidaya Dan Analisis Usaha Tani.
sering terjadi saat menentukan titik akhir Penerbit Kanisius, Yogjakarta.
titrasi yaitu penentuan terjadinya perubahan
warna pada larutan karena kemampuan mata Carr, A. C. dan Frei, B. 1999. Toward a new
dan pandangan setiap orang pasti berbeda. recommended dietary allowance for
vitamin C based on antioxidant and Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
health effects in humans. J Clin Nutr Penerbit Erlangga, Jakarta.
(69):1086-1107.
Mahmud, M. K., dan N. A. Zulfianto. 2009.
Combs, G. F. 1992. The Vitamins, Tabel Komposisi Pangan Indonesia
Fundamental Aspects In Nutrition (TKPI). Elex Media Komputindo:
And Health. Elesevier, California. Kompas Gramedia, Jakarta.
Counsell, J.N., dan Hornig, D.H. 1981. Murdiati, A., Sri A., Supriyanto, dan Ayuk A.
Vitamin C. Applied Science 2015. Peningkatan Kandungan Protein
Publishers, London. Mie Basah dari Tapioka dengan
Substitusi Tepung Koro Pedang Putih
Day, R. A. Jr., dan A. L. Underwood. 2001. (Canavalia ensiformis L.). J. Agritech
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Vol. 35(3): 251-260.
Keenam. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nielsen, S. S. 1998. Food Analysis Second
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edition. Aspen Publishers Inc.,
1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Indiana.
Pangan Indonesia.
Padayatty S.J. 2003. Vitamin C as an
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, antioxidant: evaluation of its role in
1981. Daftar Komposisi Bahan disease prevention. Vol 22(1):18-35.
Makanan. Bharatara Karya Aksara,
Jakarta. Pomeranz, Y. 1991. Functional Properties of
Food Components. Academic Press
Fadlilah, A. N. 2015. Eksperimen Pembuatan Inc, San Diego.
Egg Roll Menggunakan Bahan
Komposit Tepung Koro Benguk Prasetyono, D. S. 2012. A – Z Daftar Tanaman
(Mucuna pruriens L). Skripsi. Obat Ampuh di Sekitar Kita.
Universitas Negeri Semarang, Flashbooks, Jogjakarta.
Semarang.
Singgih, W. D., dan Harijono. 2015. Pengaruh
Handa, Sukhdev S., Suman P. S. K., Gennaro Substitusi Proporsi Tepung Beras
L. dan Dev D. R. 2008. Extraction Ketan Dengan Kantang Pada
Technologies for Medicinal and Pembuatan Wingko Kentang. Jurnal
Aromatic Plants. United Nations Pangan dan Agroindustri Vol.
Industrial Development Organization 3[4]:1573-1583.
and the International Centre for
Science and High Technology, ICS- Slowinski, E. J., W. C. Wolsey, dan R. C.
UNIDO, AREA Science Park Rossi. 2012. Chemical Principles In
Padriciano 99, 34012 Trieste, Italy. The Laboratory. Brooks/cole, Cengage
Learning, New York.
Helyes, L. Z dan A. Lugasi. 2006. Tomato
Fruit Quality and Content Depend on Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging.
Stage of Maturity. Hort Sience Gadjah Mada University Press,
(41):1400-1401. Yogyakarta.
Lalojo, F.M., Cordenunsi, B.R.,Ciacco, C., Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007.
dan Da Mota, R.V. 2000. Composition Mudah dan AKtif Belajar Kimia. Setia
and Functional Properties Banana Purna Inves, Bandung.
Flour from Different Varieties. Starch-
Starke. Vol: 52(2): 63-68. Rahman, T., Luthfiyanti, R., dan Ekafitri, R.
2011. Optimasi Proses Pembuatan
Food Bar Berbasis Pisang. Seminar
Nasional Penelitian dan PKM Sains,
Teknologi, dan Kesehatan Vol.2
(1):295-302, Subang.