Pendalaman Modul ON : Pengujian Mutu Program Keahlian Ganda Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Pendahuluan • Analisis kimia bertujuan untuk mengetahui apakah suatu produk memenuhi standar mutu, mengenai persyaratan mutu kimianya. • Analisis kimia dilakukan melalui tahap merencanakan analisis (pemilihan prosedur, penentuan alat, penentuan bahan kimia), melaksanakan prosedur analis dan mengolah data hasil pengujian. • Analisis komponen utama yang ada pada bahan pangan (proksimat) yaitu pengujian kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan kadar abu secara umum dapat dilakukan dengan pengujian secara kimia Analisis Kadar Air • Ada beberapa metode pengujian kadar air bahan seperti metode thermogravimetri, distilasi, potensiometri dan titrasi. • Analisis kadar air dengan metode thermogravimetri, prinsipnya adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan cara pemanasan. • Bahan ditimbang hingga berat konstan yang dapat diartikan semua air sudah teruapkan. Alat yang digunakan dalam metode thermogravimetri adalah oven pengering. Tahapan penentapan kadar air metode pengeringan/pemanasan dengan oven (1) Persiapan Alat Alat-alat utama untuk analisis kadar air yang harus dipersiapkan diantaranya: cawan, oven, desikator/eksikator, timbangan/neraca analitik dan alat krustang/penjepit dan sarung tangan
(2) Pengambilan Sampel (Sampling) untuk Analisis
Kadar Air Penimbangan sampel Perlakuan pendahuluan sampel atau preparasi sampel Tahapan penentapan kadar air metode pengeringan/pemanasan dengan oven (3) Prosedur Kerja Analisis Kadar Air dengan Metode Oven Udara • Pengecekan suhu oven • Tahapan analisis – Pada awal tahap analisis cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit. – Dinginkan cawan dalam desikator. – Ambil cawan kering dengan penjepit. – Timbang cawan kering yang sudah didinginkan. – Timbang 1-2 g contoh pada cawan tersebut. Keringkan pada oven suhu 1050C selama 3 jam, kemudian dinginkan dalam desikator. – Lakukan penimbangan dan ulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetap/konstan ( ≤0,0005 g). Perhitungan : • Kadar air dalam basis basah (bb) Kadar air (g/100 g bahan basah) (W-(W1-W2)) = ------------------- x 100 W • Kadar air dalam basis kering (bk) Kadar air (g/100 g bahan kering) ((W-(W1-W2)) = ----------------- x 100 W1-W2 dimana: • W = berat contoh sebelum dikeringkan (g) • W1 = berat cawan kosong dan contoh kering yang sudah konstan beratnya (g) • W2 = berat cawan kosong Analisis Lemak • Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Metode Analisis Lemak • Karakteristik fisikokimia utama dari lemak yang digunakan untuk membedakan lemak dari komponen lain dalam bahan atau sampel adalah kelarutannya dalam pelarut organik, tidak dapat larut dengan air, dan karakteristik fisik (densitas yang rendah dan sifat spektroskopik). • Metode analisis lemak berdasarkan ketiga karakter tersebut diklasifikasikan menjadi : Ekstraksi solven; Ekstraksi non-solven; Metode instrumental Metode Ekstraksi Solven (pelarut) Preparasi Sampel untuk ektraksi solven biasanya meliputi beberapa tahap: a) Pengeringan sampel. Sampel perlu dikeringkan sebelum ekstraksi solven, karena beberapa pelarut organik tidak bisa menembus dengan baik bila ada air dalam sampel makanan, sehingga ekstraksi menjadi tidak efisien. b) Pengecilan ukuran partikel. Sampel kering biasanya perlu dihaluskan sebelum ekstraksi solven untuk menghasilkan sampel yang homogen dan meningkatkan luas permukaan lemak. c) Penghalusan sering dilakukan pada suhu rendah untuk mengurangi oksidasi lemak. d) Hidrolisis asam Hidrolisis asam umumnya dilakukan untuk melepaskan lemak terikat sehingga lebih mudah terekstraks, misalnya dengan mendigesti sampel selama 1 jam dengan HCl 3N e) Pemilihan solven Efisiensi solven tergantung polaritas lemak yang ada. Lemak polar (seperti glikolipid atau fosfolipid) lebih mudah larut dalam solven yang lebih polar (alkohol) dari pada dalam solven non-polar (seperti heksan). Metode Ekstraksi Cair Non solven • Sejumlah ekstraksi cair tidak menggunakan pelarut organik untuk memisahkan lemak dari suatu bahan, contohnya dengan metode Babcock, Gerber dan Deterjen, yang sering digunakan untuk menentukan kadar lemak dalam susu segar dan produk olahan (dairy product). Metode Gerber • Metode Gerber merupakan salah satu dari dua metode ekstraksi basah tanpa pelarut. • Prinsipnya asam sulfat dan amil alkohol ditambahkan pada susu yang diketahui jumlahnya dalam botol gerber. Asam sulfat akan menghancurkan/memisahkan protein, menghasilkan panas dan membebaskan lemak. • Sentrifugasi dan penambahan air panas akan memisahkan lemak yang terakumulasi secara perlahan pada botol gerber. • Lemak dianalisis secara volumetri dan hasilnya dinyatakan sebagi persen lemak/berat contoh. Metode Deterjen • Sampel dicampur dengan kombinasi surfaktan dalam botol Babcock. • Surfaktan akan menggantikan membran yang menyelubungi droplet emulsi dalam sampel susu, menyebabkan lemak terpisah. • Sampel disentrifugasi sehingga lemak akan berada di leher botol sehingga kadar lemak bisa ditentukan. Metode Instrumentasi • Banyak metode instrumen untuk penentuan kadar lemak total dalam bahan atau sampel. • Berdasarkan prinsip fisikokimianya, metode-metode ini dikategorikan berdasarkan 3 prinsip yaitu : penentuan sifat fisik, pengukuran kemampuan absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik dan pengukuran kemampuan memantulkan radiasi gelombang elektromagnetik. • Masing-masing metode mempunyai keuntungan dan kerugian, serta kelompok sampel atau bahan yang memungkinkan untuk diuji Melakukan Analisis Lemak • Sebagian lemak terdapat dalam keadaan terikat (secara tidak erat) dengan protein atau bahan-bahan lain, sehingga ekstraksi dengan pelarut tidak akan dapat melarutkannya. • Salah satu tingkat persiapan penentuan jumlah lemak secara kuantitatif adalah pemecahan ikatan lipida dengan protein tersebut misalnya dengan asam. • Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar (crude fat). Penentuan Kadar Lemak Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan yang akan ditentukan : Bahan Kering • Untuk penentuan lemak dari bahan kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble lalu dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan dilakukan secepatnya dan dihindari suhu yang terlalu tinggi. Air yang terlalu tinggi akan menyebabkan pelarut sukar masuk ke dalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga ekstraksi lemak kurang efisien Penentuan Kadar Lemak Bahan Cair • Penentuan lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojonnier. • Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam botol Babcock, kemudian ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. • Rusaknya emulsi lemak dapat merusak lapisan film yang menyelimuti globula lemak, biasanya terdiri dari senyawa protein. • Setelah disentrifugasi lemak akan semakin terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquadest panas sampai lemak tepat pada skala yang terdapat pada leher botol Babcock. Dengan demikian banyaknya lemak dapat langsung diketahui Tahapan penentapan kadar lemak metode Ekstraksi Langsung (1) Persiapan Alat dan Bahan Alat-alat utama untuk analisis kadar lemak yang harus dipersiapkan diantaranya: Labu lemak, Alat soxhlet, Pemanas listrik, Oven. Neraca analitik, kertas saring, kapas bebas minyak Bahan : n-Heksana
(2) Pengambilan Sampel (Sampling) untuk Analisis
Kadar lemak Penimbangan sampel Perlakuan pendahuluan sampel atau preparasi sampel Tahapan penentapan kadar lemak metode ekstraksi langsung (3) Prosedur Kerja Analisis Kadar lemak dengan Metode Ekstraksi Langsung Tahapan analisis a. Timbang dengan seksama 1 –2 gram sampel masukan ke dalam selongsong kertas yang dialasi kapas. b. Sumbat selongsong kertas berisi contoh tersebut dengan kapas. c. Keringkan pada oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 1 jam, kemudian masukan ke dalam alat soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. d. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama kurang lebih 6 jam e. Suling heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering pada suhu 105oC f. Dinginkan dalam eksikator dan timbang. g. Ulangi hingga tercapai berat konstan Perhitungan : W1-W0 Kadar lemak = ------------------- x 100 Ws dimana: • Ws = berat contoh (g) • W1 = berat labu + lemak setelah ekstraksi (g) • W0 = berat labu lemak sebelum ekstraksi (g) Analisis Protein • Secara rutin, analisa protein dalam bahan makanan adalah untuk tujuan menera atau menentukan jumlah kandungan protein dalam bahan atau sampel. • Peneraan jumlah protein dalam bahan umumnya dilakukan berdasarkan peneraan empiris (tidak langsung), yaitu melalui penentuan kandungan N yang ada dalam bahan. • Cara penentuan ini dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli ilmu kimia Denmark pada tahun 1883 Metode Analisis Protein • Salah satu metode yang sering digunakan untuk menganalisis kandungan protein yang terkandung dalam sampel, baik itu dari nabati maupun hewani adalah metode Kjeldahl. • Metode ini lebih popular dibandingkan dengan metode lainnya seperti Enhanced Dumas method dan Methods using UV- visible spectroscopy. Mekanisme reaksi pada metode Kjeldahl
Reaksi tersebut secara umum dibagi menjadi 3 tahap
yaitu: tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi 1. Tahap Destruksi • Destruksi merupakan proses dimana semua protein yang terkandung didalam sampel didestruksi (dipecah), sehingga ikatan peptida terpecah sampai terbentuk ammonia dalam bentuk ion ammonium (NH4). • Dalam tahap destruksi ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya dan akan terjadi pemecahan ikatan polipeptida. • Elemen karbon dan hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogen (N) dalam sampel akan diubah menjadi (NH4)2SO4. • Proses destruksi dilakukan dengan memanaskan sampel protein pada temperature 3700C • Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO atau selenium • Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna. • Agar analisa lebih tepat maka pada tahap destruksi ini dilakukan pula perlakuan blanko yaitu untuk koreksi adanya senyawa N yang berasal dari pereaksi yang digunakan Tahap Destilasi • Tahap destilasi berfungsi untuk mendapatkan gas ammonia (NH3). • Proses destilasi dilakukan dengan cara menaruh hasil destruksi ke destilator. Pada proses ini dilakukan dengan penambahan basa hidroksida (NaOH) sehingga hasil dari reaksi NaOH dengan ammonium sulfat menghasilkan gas ammonia. • Gas ammonia ini dikondensasi sehingga menjadi destilat (cair), dimana destilat ini ditampung ke suatu gelas kimia yang sudah terdapat asam borat • Hasil reaksi antara asam borat dengan ammonia menghasilkan ion ammonium dan ion borat Tahap Titrasi • Langkah terakhir dalam proses analisis protein adalah tahap titrasi • Larutan yang telah mengandung ion borat dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N dengan indikator campuran (Brom kresol hijau dan metil merah) • Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik • Selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekivalen nitrogen.
• Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar
proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. • Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada presentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan Faktor konversi N beberapa bahan pangan
Bahan Faktor konversi
Bir, sirup, biji-bijian, ragi 6,25
Buah-buahan, teh, anggur, malt 6,25 Makanan ternak 6,25 Beras 5,95 Roti, gandum, makaroni, mie 5,70 Kacang tanah 5,46 Kedelai 5,75 Kenari 5,18 Susu 6,38 Gelatin 5,55 Proses Kjeldahl