ANALISIS PANGAN
KAJIAN BERBAGAI METODE UNTUK ANALISIS LIPID
Oleh:
Meita Kurniasari
12030234023
ISI
Berbagai Metode Untuk Analisis Protein
A. Lipid
Lipid merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organik tetapi tidak
larut air. sifat kelarutan lipid sangat bergantung pada stuktur umumnya dan
ini menjadi dasar penggolongan jenis lipid. Lipid daat diglongkan menjadi
tiga golongan utama yaitu: liid sederhana (seperti gliserida dan lilin), lipid
majemuk (seperti fosfolipid, sulfolipid, dan aminolipid), dan turunan lipid
(seperti asam lemak, gliserol, sterol, lemak alkohol, dll.). lemak atau minyak
adalah salah satu komponen gizi utama sebagai penyumbag energi dalam
tubuh. Lemak atau minyak dalam tubuh tidak hanya terbatas sebagai sumber
kalori, tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis penting antara lain: sebagai
sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E, dan K. Selain
bermanfaat untuk tubuh, lemak juga mempunyai sifat fungsional yang sangat
penting dalam bidang industri pangan. Lemak dapat menghantarkan panas
dengan baik pada saat menggoreng, melmbutkan produk, membentuk body,
dan meningkatkan polabilitas produk. Lemak atau minyak banyak digunakan
pada
pembuatan
berbagai
produk
pangan
seperti
produk
bakery,
lemak =
W c W a
x 100
Wb
Keterangan:
Wc: berat labu lemak setelah destilasi
Wa: berat labu lemak awal
Wb: berat sampel
Metode Babcock
Analisis kadar lemak dengan metode Babcock digunakan untuk menentukan
kadar lemak sampel cair atau pasta, sering digunakan pada susu segar. Prinsip
analisisnya lemak dari bahan diekstrak dengan merusak emulsi (pada susus)
atau merusak jaringan bahan (pada bahan segar seperti ikan segar dan
olahannya) menggunakan asam H2SO4, yang dikombinasikan dengan
sentrifugasi dan atu pemanasan. Lemak yang terpisah dapat ditentukan
volemenya dari botol Babcock yang telah dikalibrasi.
Analisis lemak dengan metode Babcock pada sampel berbentuk pasta seperti
daging ikan segar, perlu melakukan proses digest menggunakan asam sulfat
pekat dengan waktu yang lebih lama dibandingkan sampel susu. Dengan
demikian lemak dari jaringan bahan akan keluar dengan optimal. Metode
seperti ini sering dinamakan denga modifikasi metode Babcock.
Vb
x 100
Va
Keterangan:
Wa: volume susus
Wb: volume lemak yang terbaca pada botol babcock
Analisis Sifat Fisiko-Kimia Lemak atau Minyak dalam Bahan Pangan
Analisis sifat fisiko-kimia minyak atau lemak selain bertujuan untuk mengetahui
mutu minyak atau lmak juga dapat mengetahui tingkat kerusakan minyak selama
penanganan, penyimpanan, maupun aplikasi minyak dalam proses pengolahan.
Beberapa paramter yang digunakana untuk menentukan sifat fisika lemak antara
lain titik leleh dan berat jenis. Sedangkan parameter yang digunakan untuk
menentukan sifat kimia lemak antara lain: bilangan iodium, bilangan asam,
bilangan peroksida, bilangan paranisidin, ketengikan, dan bilangan TBA.
Analisis Sifat Fisika Lemak
Analisis titik leleh dengan metode tabung kapiler (AOAC Official Method
920.157, 1995)
Titik leleh adalah suhu dimana lemak dan minyak berubah wujud dari
padat menjadi cair.titik lelelh lemak atau minyak ditentukan dengan adanya ikatan
rangkap asam lemak penyusunnya. Asam lemak jenuh memiliki titik leleh yang
bih tinggi dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh. Prinsipnya lemak
dimasukkan ke dalam tabung kapiler, didinginkan kemudian dipanaskan secara
bertahap. Suhu pada saat lemak bersifat transparan adalah titik leleh lemak
tersebut.
Tabel 1. Karakteristik asam lemak
ab
cb
Bilangan Asam
Bilangan asam didefinisikan sebagai banyaknya miligra kalium hidroksida yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram minyak, lemak, resin,
balsam,
kompleks.
bilangan asam=
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas
yang terkandung dalam minyak atau lemak yang biasanya dihubungkan dengan
proses hidrolisis minyak atau lemak. Hidrolisis minyak atau lemak oleh air
dikatalisis enzim atau panas pada ikatan ester trigliserida akan menghasilkan
asam lemak bebas seperti yang terdapat pada gamabar berikut:
Trigliserida + H2O
Keberadaan asam lemak bebas ini biasanya dijadikan indikator awal terjadinya
kerusakan minyak/lemak. Asam lmak bebas lebih mudah teroksidasi jika
dibandingkan dalam bntuk esternya. Jumlah asam lemak bebas pada sampel
ditunjukkan dengan bilangan asam yang biasanya dinyatakan sebagai jumlah
miligram KOH yang dibutuhkan untuk menentralkan asam lemak bebas yang
terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam ditentukan dengan
reaksi penyabunan yaitu dengan cara mereaksikan minyak/ lemak dengan basa
seperti NaOH atau KOH,
Reaksi penyabunan
Bilangan Peroksida
Asam lemak bebas yang ada pada sampel dapat mempercepat proses oksidasi
lemak karena oksidasi asam lemak bebas dapat berlangsung baik secara enzimatis
maupun non enzimatis. Tahap awal reaksi oksidasi adalah terjadinya senyawa
radikal bebas yang kemudian akan menghasilkan senyawa peroksida jika bereaksi
dengan oksigen.
Senyawa peroksida merupakan produk yang terbentuk pada awal proses oksidasi
lemak. Kadar peroksida pada minyak atau lemak menunjukkan tingkat kerusakan
oksidasi lemak. Bilangan peroksida sampel minyak dapat dianalisis dengan
metode IUPAC, metod ferri tiosianat dan metode mikro dengan kolorimetri.
Prinsipnya mengukur sejumlah iodium yang dibebaskan dari KI melalui reaksi
oksidasi olh peroksida di dalm pelarut asam asetat/kloroform.
Perhitungan:
BP=
VsBs x T
x 1000
m
Keterangan :
BP: bilangan peroksida (miliquivalent oksigen aktif per kg)
Vs: volume sodium tiosulfat untuk titrasi sampel
Vb: volume sodium tiosulfat untuk titrasi blanko
T: Konsentrasi sodium tiosulfat yang telah di standarisasi
M: massa sampel
Daftar Pustaka
Andarwulan, Nuri, Feri, dan Dian. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian Rakyat.
Legowo, Anang M dan Nurwantoro. 2004. Analisis Pangan. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Rohman, Abdul dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Rohman, Abdul. 2012. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
.