Penentuan yang dilakukan adalah bilangan peroksida, jumlah karbonil, oksigen aktif,
uji asam tiobarbiturat, dan uji Oven Schaal.
Bilangan Peroksida
Ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak
ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan kloroform
(2:1), kemudian iodin yang berbentuk ditentukan dengan titrasi memakai Na2S2O3.
Jumlah Karbonil
Ditentukan tidak secara langsung dengan menambahkan senyawa tertentu yang
dengan karbonil membentuk warna, lalu dititrasi. Cara Kreiss memakai pereaksi
floroglusinol, sedangkan cara Lappin Clark memakai pelarut 2,4-dinitrofenilhidrazin. Uji
Kreiss merupakan salah satu uji ketengikan, yang berprinsip kepada rekasi kondensasi antara
ephydrin-aldehida dengan floroglusinol, sehingga menghasilkan warna merah jambu (pink).
Oksigen Aktif
Dihitung dengan cara melewatkan udara dengan keadaan tertentu pada lemak yang
dipanaskan pada suhu tetap 100°C. Kemudian diukur waktu yang diperlukan sampai
dihasilkan 20 miliekuivalen peroksida. Cara ini sering dipakai untuk menentukan keadaan
awal lemak dengan atau tanpa antioksidan.
Uji Asam Tiobarbiturat
Dipakai untuk menentukan adanya ketengikan. Lemak yang tengik akan bereaksi
dengan asam tiobarbiturat menghasilkan warna merah. Intensitas warna menunjukkan derajat
ketengikan.
Oven Schaal
Sering dilakukan di industry biskuit. Bahan dalam gelas bersih dengan tutup yang
agak longgar (untuk masuknya udara). Dipanaskan sampai 65°C. Dalam selang waktu
tertentu diukur bau dan rasanya. Pencegahan Ketengikan: Proses ketengikan sangat
dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat
terjadinya oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak yang
baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih baik terbuat dari
aluminium atau stainless steel. Adanya antioksidan dalam minyak atau lemak akan
mengurangi kecepatan proses oksidasi. Antioksidan terdapat secara alamiah dalam lemak
nabati, dan kadang-kadang sengaja ditambahkan kedalam minyak atau lemak.
e. Uji Salkowski
Uji ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan kolesterol. Kolesterol ditambahkan
kloroform anhidrat, lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat (sebagai
pemutus ikatan ester lipid). Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila
dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi
berwarna merah kecoklatan dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna
fluoresens hijau. Cincin coklat yang terbentuk menunjukkan terjadinya reaksi antara
kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna merah merupakan hasil reaksi antara kloroform
dengan kolesterol yang menghasilkan kolastadiena. Warna fluorosens hijau merupakan hasil
reaksi antara kolastadiena dengan asam sulfat berupa asam sulfonat. Warna kuning
merupakan sisa dari H2SO4.
f. Uji Liebermann-Burchard
Keterangan :
V = volume titran yang digunakan (mL)
N = normalitas KOH (N)
M = bobot molekul asam lemak
M = bobot sampel (gram)
h. Bilangan
Iodin
Bilangan iodin adalah bilangan yang menunjukkan berapa mg halogen (dinyatakan
sebagai iodine) yang dapat diikat oleh 100 gram lemak atau minyak. Dapat dinyatakan
sebagai persen halogen yang dapat diikat oleh minyak atau lemak. Uji ini dilakukan untuk
menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun lemak atau minyak, dimana asam lemak
tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk senyawa yang jenuh. Menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemak sampel. Ikatan rangkap pada
asam lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iodin atau senyawa iodin dalam jumlah
berlebih.
Perhitungan yang digunakan :
Keterangan :
Vblangko = volume blangko yang terpakai (mL)
VNa2S2O3 = volume titran Na2S2O3 yang terpakai
N = normalitas Na2S2O3 (0,1 N)
m = bobot sampel (gram)
Ada dua cara yang digunakan untuk mengukur bilangan iodine tersebut, yaitu cara
hanus dan cara wijs. Pada cara hanus, larutan iodine standarnya dibuat dalam asam asetat
pekat. (glacial) yang berisi bukan saja iodine tetapi juga iodium bromide, adanya iodium
bomida akan mempercepat reaksi. Sedangkan cara wijs menggunakan larutan iodine dalam
asam asetat pekat, tetapi mengandung iodium klorida sebagai pemacu reaksi. Titik akhir
titrasi kelebihan iodine diukur dengan hilangnya warna biru dari amylumiodine.
II.4.3 Instrumentasi
a. Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)
GC-MS berfungsi untuk memisahkan berbagai macam asam lemak dalam sampel,
mengetahui komposisi setiap asam lemak dalam sampel, serta untuk memperjelas asam
lemak yang mempunyai panjang rantai yang mirip dan mempunyai posisi ikatan rangkap
berbeda.
Prinsip kerja yang dilakukan dengan memisahkan senyawa-senyawa dalam sampel yang
bersifat volatile berdasarkan titik didih, ukuran dan kepolaran.Titik didih lemak dipengaruhi
oleh panjang rantai lemak. Sehingga untuk memodifikasi asam lemak agar menjadi volatile
dan rantai pendek dilakukan saponifikasi dan metilasi menjadi metil ester.
Komponen pada GC:
• Gas Pembawa yang berfungsi membawa sampel ke dalam kolom kromatografi
• Oven GC berfungsi mengontrol temperatur dan menguapkan metil ester-metil ester
yang masuk, temperatur harus seragam di semua area.
• Fase diam berfungsi mengikat metil ester-metil ester sesuai kepolarannya
Komponen pada MS :
• Setelah melewati tahap GC, selanjutnya memasuki MS
• Sampel yang masuk harus berupa uap, satu/lebih elektron dari molekul dihilangkan
untuk membentuk ion VE, ion dengan massa yang lebih besar dan muatan terkecil
akan berbelok paling kecil sudutnya, ion akan menyentuh dinding detektor dan
menghasilkan arus kecil.
GC pada Lipid
• Sebelum analisis GC, senyawa yang dipakai haruslah sederhana dengan berat molekul
yang kecil
• Asam lemak harus diubah menjadi turunannya (metil ester) agar terdeteksi
• Terdiri dari 3 tahap :
– Tahap Ekstraksi : Diperoleh asam lemak dengan metode soxhet dan ditimbang
0.02-0.03 gram dalam bentuk minyak.
– Pembentukan Metil Ester (Metilasi) : Membentuk senyawa turunan dari asam
lemak menjadi metil esternya
– Identifikasi Asam Lemak : Menginjeksi metil ester ke kromatografi gas. Jenis
dan jumlah asam lemak dapat diidentifikasi dengan membandingkan peak
kromatogram sample dengan standard yang telah diketahui konsentrasinya.
Prinsip dasar metode ini digunakan untuk memisahkan lipida non-volatil dan labil
yang memiliki berat molekul tinggi. Biasanya digunakan pada suhu ruang dan sering
dipakai untuk isolasi dan mengukur kadar (kuantitasi) kolesterol dan kolesteryl ester. HPLC
Teknik pemisahan HPLC berdasarkan kepolaran dan menggunakan tekanan tinggi untuk
mendorong fasa gerak. Fasa geraknya adalah liquid dan fasa gerak ini bergerak akibat
dorongan tekanan yang tinggi.
Uji ini dilakukan untuk:
Mengurangi interaksi hidrofobik rantai hidrokarbon.
Melemahkan ikatan hidrogen dan interaksi elesktrostatik yang mengikat lipid dengan
protein membrane.
Identifikasi HPLC pada lemak terbagi menjadi dua yaitu :
HPLC Asam Lemak
• Jenis kolom HPLC yang digunakan : Normal dan Reversed
• Asam lemak jenuh dan tak jenuh dapat dipisahkan sebagai metil ester
• Asam lemak dengan gugus OH dapat dideteksi 254 nm tanpa derivatisasi
HPLC Gliserida
• Banyak dilakukan pemisahan trigliserida berdasarkan jumlah atom c
• Terdapat hubungan liner antara log waktu retensi dengan atom C kejenuhan
• Setiap tambahan ikatan rangkap 2 atom memperpendek waktu retensi