Anda di halaman 1dari 6

Penyabunan

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, dimana trigliserida akan


dihidrosis oleh basa NaOH membentuk gliserol dan sabun. trigliserida dapat berupa
ester asam lemak membentuk garam karboksilat. prinsip saponifikasi adalah hidrolisis lemak
berupa trigliserida oleh basa alkali menghasilkan gliserol dan sabun (Clayden 2012)
Clayden, Jonathan et al. 2012. Organic Chemistry. London: Oxford University

Saponifikasi adalah hidrolisis asam lemak karena adanya basa kuat (NaOH)
menghasilkan produk berupa sabun dan gliserol. Sabun merupakan garam logam alkali
(biasanya berupa garam natrium) yang berasal dari asam&asam lemak. (Kolakowska, 2010)
Kolakwska, Anna. 2010. Chemical and Function Properties of Food Lipids. Berlin : CRC
Press

Dalam percobaan ini, sabun yang dibuat adalah sabun natrium dengan menggunakan larutan
NaOH 25%. Proses ini dinamakan proses safonifikasi. Saponifikasi merupakan proses pembuatan
sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang
menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol.
Penambahan NaOH 10% dalam etanol 95% adalah sebagai alkali dalam proses hidrolisis
lemak pada minyak sehingga dihasilkan garam karboksilat. Sedangkan etanol 95% digunakan agar
NaOH dan lemak pada minyak dapat larut, karena lemak dapat larut di etanol daripada pada air.
Dipanaskan selama 30 menit (sampai mendidih). sampai reaksi saponifikasi sempurna hingga
mengental namun jangan sampai gosong. Fungsi pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi
dan kemudian dilakukan penambahan NaCl jenuh.
Fungsi penambahan NaCl jenuh ini adalah untuk memisahkan gliserol dari hasil saponifikasi
minyak dengan NaOH yang sulit dipisahkan. Kemudian campuran diaduk kuat sampai terbentuk
padatan. Kemudian padatan yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring, hal ini dilakukan
untuk memisahkan sabun natrium dengan larutan lain yang tidak digunakan, selanjutnya padatan
ditekan hingga bebas dari air. Hasil yang diperoleh, bobot sabun seberat 81,33 gram.

Akrolein
Prinsip uji akrolein adalah apabila gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam
minyak atau lemak bila mengalami dehidrasi akan membentuk aldhid akrilat atau disebut juga
akrolein.

Akrolein (CH2=CHCHO) adalah termasuk golongan aldehida tak-jenuh-α, β dan sangat


elektrofilik yang dapat dijumpai pada berbagai jenis asap, seperti asap rokok, asap kendaraan
bermotor dan asap kebakaran hutan serta dari makanan yang terbentuk sewaktu pembakaran
materi organik.

Uji akrolein adalah uji yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan molekul
trigliseraldehida dan untuk menguji kualitas lipid dari bau yang dihasilkan dari proses pembakaran
sampel. Apabila bau yang dihasilkan tengik, maka kualitas lipid tersebut kurang baik. Dan apabila
bau yang dihasilkan tidak memiliki bau yang terlalu menyengat, maka lipid tersebut berkualitas
baik. Lemak atau lipid terbagi menjadi dua, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh
terdapat di dalam tubuh dan tidak memiliki ikatan rangkap, misalnya gliserol. Sedangkan lemak tak
jenuh yaitu memiliki ikatan rangkap dan diperoleh dari luar tubuh, misalnya minyak kelapa dan
minyak malinda.

Pada uji akrolein yang dilakukan ini, pada tabung reaksi yang telah berisi sampel praktikum
yang digunakan diberi KHSO4 sebanyak 1 gram. Pemberian KHSO4 bertujuan untuk sebagai bahan
tambahan pembentuk akrolein dan berperan sebagai katalis yang mempercepat reaksi.

Ketika dipanaskan, maka akan terbentuk bau dan asap putih. Bau ini berasal dari gliserol
dalam bentuk bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak yang mengalami dehidrasi selama
proses pemanasan sehingga membentuk aldehid akrilat atau disebut juga akrolein.

Uji akrolein dilakukan untuk mendeteksi adanya molekul trigliseraldehida pada lipid dan
untuk menguji kualitas lipid. KHSO4 digunakan untuk membantu pembentukan akrolein dan
berfungsi juga sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi.

Uji Ikatan Rangkap


Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk
asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini
digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama
banyaknya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna
merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang
kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak. Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan
mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi
berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam
lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble

1. Ikatan jenuh dengan I2


Diperoleh data bahwa warna minyak tropical adalah kuning, sedangkan minyak kelapa berwarna
bening. Setelah ditambahkan 10 tetes kloroform, warna minyak tropical dan minyak kelapa tidak
berubah warna. Tetapi setelah ditambahkan 10 tetes I2 dalam CCl4 , warna dari minyak tropical
berubah menjadi merah kecoklatan. Hal yang sama juga terjadi pada minyak kelapa yang juga
berubah warna menjadi merah kecoklatan. Pada minyak kelapa terdapat gelembung. Minyak
kelapa asam lemak penyusun nya adalah asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh, dan
minyak tropical asam lemak penyusun nya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Minyak tropical (minyak kelapa sawit) memiliki beberapa jenis lemak jenuh asam
laurat (0.1%), asam miristat (1%), asam stearat (5%), dan asam palmitat (44%). Minyak sawit juga
memiliki lemak tak jenuh dalam bentuk asam oleat (39%), asam linoleat (10%), dan asam alfa
linoleat (0.3%) (Wikipedia, 2014).
Semakin banyak ikatan rangkap pada asam lemak nya, maka semakin tidak jenuh asam lemak
tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap, semakin banyak pula iodium yang bereaksi (Nettleton
JA, 1995)
2. Ikatan tak jenuh dengan KMnO4
Diperoleh hasil bahwa campuran tertier butanol dan minyak kelapa yang merupakan senyawa jenuh
karena memiliki ikatan rangkap. KMnO4 digunakan karena merupakan indikator yang membentuk
endapan merah bata pada larutan yang di uji ketika larutan mencapai keadaan jenuh. Dengan
mencampurkan larutan dengan KMnO4 warna campuran menjadi merah dan pada keadaan jenuh
setelah ditetesi 5 tetes KMnO4 .
Reaksi :
(CH3(CH2)14COOH) + KMnO4 (CH2)n(OH)2

Minyak sawit Glikol (diol)


Reaksi antara minyak sawit dan KMnO4 menghasilkan warna coklat kehitaman dan hilangnya
warna khas dari KMnO4 yaitu warna ungu. Ini menunjukan bahwa dalam minyak sawit terdapat
ikatan rangkpa atau hidrokarbon tak jenuh. KMnO4 sebagai oksidator kuat mampu mengoksidasi
ikatan rangkap menjadi senyawa – senyawa glikol dan ino MnO4- sendiri mengalami reduksi
menjadi MnO2- yaitu dalam bentuk endapan coklat.

1. Ikatan tak jenuh dengan I2


Pada percobaan kali ini menggunakan minyak kelapa dan minyak goreng merek Tropical
yang ditambahkan kloroform bertujuan untuk melarutkan minyak yang bersifat tidak dapat
larut dalam air dan bisa larut dengan adanya pelarut organik seprti kloroform. Kemudian
ditambahkan dengan pelarut nonpolar CCl4 dan reagen I2. Pada reaksi ini menggunakan
minyak kelapa dan minyak sawit karena kedua minyak ini dapat melakukan hidrogenasi
(reaksi adisi dengan senyawa-senyawa halogen dari golongan VII A, misalnya dengan Br2 dan
I2. Ketika larutan I2 dan CCl4 direaksikan dengan sampel minyak, larutan tersebut dapat
memecah ikatan rangkap yang ada pada lemak tak jenuh dan ditandai dengan perubahan
warna. Minyak kelapa yang sebelum ditambahkan larutan I2 dan CCl4 tidak berwarna (jernih)
setelah ditambahkannya larutan I2 dan CCl4 berubah warna menjadi orange kecoklatan,
sedangkan minyak sawit merek Tropical yang sebelumnya berwarna kuning setelah
ditambahkan larutan I2 dan CCl4 menjadi berwarna orang kecoklatan tetapi lebih pekat
daripada minyak kelapa setelah dicampurkan dengan larutan I2 dan CCl4.
Asam lemak tak jenuh sendiri memiliki satu ikatan rangkap, berdasarkan literatur semakin
banyak ikatan rangkap pada asam lemaknya maka semakin tidak jenuh lemak tersebut.
Semakin banyak ikatan rangkap, maka akan semakin banyak pula iodium yang akan bereaksi.
2. Ikatan tak jenuh dengan KMnO4
Pada penambahan satu tetes KMnO4 0,1 M dalam larutan yang berisi 20 tetes minyak
kelapa dan 10 tetes tersier butanol terjadi perubahan warna yang sebelumnya bening menjadi
kuning kecoklatan dan terdapat gumpalan berwarna cokelat. Setelah ditambah dengan dua
tetes KMnO4 berubah menjadi bagian atas berwarna cokelat dan bagian bawah berwarna
coklat kemerahan dengan warna yang tidak terlalu pekat. Dari data hasil pengamatan
menunjukkan bahwa terdapat suatu reaksi yang berjalan, hal ini dapat dilihat dari warna ungu
KMnO4 yang menghilang dan nampak warna cokelat. Endapan warna cokelat juga
menunjukkan adanya ikatan rangkap pada larutan.
Berdasarkan literatur bahwa minyak sawit jika ditambah dengan KMnO4 maka akan
menghasilkan Glikol, hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa reaksi antara
minyak sawit dan KMnO4 menghasilkan warna cokelat kehitam-hitaman dan hilangnya warna
khas dari KMnO4 yaitu warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam minyak sawit
terdapat ikatan rangkap atau hidrokarbon tak jenuh. KMnO4 sebagai oksidator kuat mampu
mengoksisdasi ikatan rangkap menjadi senyawa glikol dan ion MnO4- sendiri mengalami
reduksi menjadi MnO2 yaitu dalam bentuk endapan cokelat.

Komposisi asam lemak dalam trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap,
sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap.
Fungsi penambahan klorofrom adalah untuk melarutkan minyak dalam air dengan
sempurna. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi hobl iod akan mengoksidasi lemak yang
mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda
yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi
pereaksi hpbl iod.
Iodium akan memutus ikatan rangkap yang terdapat molekul zat, kemudian iodium
tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga
jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali
(jika teradisi semuanya oleh iodium). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iodium
akan hilang. Minyak mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh. Asam
lemak utama yang terdapat dalam minyak adalah asam laurat dan asam miristat (merupakan
asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki bilangan penyabunan yang tinggi).
Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.
Tujuan dari acara ini adalah untuk menguji dan membuktikan ada tidaknya ikatan
rangkap dalam minyak. Percobaan ini kita membutuhkan beberapa jenis minyak yang
digunakan untuk menguji ketidakjenuhan minyak. Perlakuan yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain dengan penambahan 2 ml kloroform dan 2 tetes Hulb Iodine yang
masing-masing diberikan atau dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi. Perubahan warna yang
terjadi adalah warna merah muda.

Emulgator
Adapun penyebab sehingga air tidak larut dalam minyak dan
terbentuk emulsi tidak stabil ialah karena air merupakan senyawa yang
bersifat polar, berbeda dengan minyak yang sifatnya nonpolar. Alkohol
juga tidak larut dalam minyak dan membentuk emulsi stabil karena
alkohol bersifat semipolar. Sedangkan minyak dapat larut pada larutan
kloroform dan eter karena sifat kelarutan kedua larutan tersebut sama
dengan sifat kelarutan minyak, yakni nonpolar. Pada pencampuran antara
minyak dan soda (Na 2 CO 3 ), juga menunjukkan bahwa minyak tidak larut
tapi membentuk emulsi yang stabil karena sabun dapat mengemulsikan
lemak atau minyak.
Menurut teori yang ada, minyak dalam soda (Na 2 CO 3 ) akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam
larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun
mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes minyak tersebar
seluruhnya. Itulah yang dinamakan emulsi yang stabil.

Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Perekasi Liebermann-
Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Prinsip uji ini
adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran,
asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski).
Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang
akan membentuk turunan asetil didalam kloroform. Penambahan kloroform berfungsi untuk
melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk
melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non polar. Sesuai dengan prinsip “like
disolve like” maka senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar (Lehninger 1988).
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang
berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian
teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi
(−OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi
dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif,
hal ini sesuai dengan hasil yang terlihat pada tabel 3, dan adapun reaksi yang terjadi pada uji
Lieberman Burchard ini adalah sebagai berikut :

Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol, warna yang mula-mula timbul adalah biru

menjadi merah di bagian klorofrom sedangkan dibagian asam berwarna kuning dengan fluorosensi
hijau biladilihat melalui sinar refleksi (bintang 2010). . Kolesterol dilarutkan dengan kloroform
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai
pemutus ikatan ester lipid. Berdasarkan percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 2, hasil pada uji
kolesterol positif, yang mana lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam
sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau. Berikut adalah reaksi uji
Salkoski.

Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol, warna yang mula-mula timbul adalah biru menjadi merah di bagian klorofrom
sedangkan dibagian asam berwarna kuning dengan fluorosensi hijau biladilihat melalui sinar
refleksi (bintang 2010). . Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang
sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid.
Berdasarkan percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 2, hasil pada uji kolesterol positif, yang mana
lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi
kuning dengan warna fluoresens hijau. Berikut adalah reaksi uji Salkoski.

Anda mungkin juga menyukai