Wanda Meiliana
221030700627
Lipid mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai komponen struktural membran,
sebagai bahan bakar, sebagai lapisan pelindung dan sebagai vitamin dan hormon (Martoharsono,
1981)
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid
kompleks. Yang termasuk lipid sederhana antara lain adalah: 1) trigliserida dari lemak atau minyak
seperti ester asam lemak dan gliserol, contohnya adalah lemak babi, minyak jagung, minyak biji
kapas, danbutter, 2) lilin yang merupakan ester asam lemak dari rantai panjang alkohol, contohnya
adalahbeeswax, spermaceti, dancarnauba wax, dan 3) sterol yang didapat dari hidrogenasi parsial
atau menyeluruh fenantrena, contohnya adalah kolesterol dan ergosterol (Scy Tech Encyclopedia
2008).
Lipida dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara. Secara tradisional lipida diklasifikasikan
menjadi 5 golongan:
(Lehninger, 1982)
Lipid tersusun atas asam lemak, biasanya merupakan molekul tak bercabang yang
mengandung 14 sampai 22 atom karbon. Senyawa ini hampir selalu mempunyai jumlah atom yang
genap. Baik asam lemak jenuh maupun tidak jenuh dapat diperoleh kembali dari hidrolisis
senyawa lipid. (Westhem, 1956)
Asam lemak jarang terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan
dengan fungsi alkohol. Karena asam lemak merupakan molekul tak bercabang maka asam lemak
pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai lurus (Page, 1989)
Banyak uji identifikasi lipid yang dapat dilakukan seperti uji kelarutan lipid, uji akrolein,
uji Lieberman-Burchard, uji ketengikan, uji Salkowski untuk kolesterol, uji bilangan iod, uji
penyabunan, dan lain-lain. Pada praktikum ini hanya dilakukan uji kelarutan lipid, uji akrolein,
dan uji Lieberman-Burchard.
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid terdahadap berbagai macam
pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya lipid tersebut tidak akan larut. Hal tersebut karena
lipid memiliki sifat nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.
(Puspita.2013)
Uji Akrolein
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji akrolein. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam
bentuk bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Menurut Scy
Tech Encyclopedia (2008), uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak.
Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air,
maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai
akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih.
(Puspita, 2013)
CH2 OH
KHSO4
CH OH [CH=CHCHO] + H2O
CH2 OH
Gliserol Akrolein
2. Bahan
Sampel: minyak kelapa, lemak, gliserol, olive oil, minyak jelantah, dan lemak hewan
Air
Eter
Kloroform
KHSO4
NaOH 0,1 N
Larutan standar asam oksalat 0,1 N
Indikator PP 1 %
Etanol 96 %
2.4 Cara Kerja
1. Uji Kelarutan
Sampel: minyak kelapa, lemak, dan gliserol
Pelarut yang digunakan: air, eter, kloroform
Masukan Kurang lebih 0,25-0,5 g lemak hewan atau 0,5 mL minyak kelapa ke
dalam tabung reaksi
2. Uji Akrolein
lalu masukkan 10 tetes gliserol, olive oil, minyak, minyak daging, dan minyak
jelantah ke dalam tabung
3.1 Hasil
1. Uji Kelarutan Lemak/Lipid
Pada awal pengamatan: air,alkohol dingin,alkohol panas,dan kloroform berwarna bening/tidak
berwarna.
3.2 Pembahasan
Uji Kelarutan
Pada Uji ini pertama-tama disiapkan 4 buang tabung, pada tabung 1 diisi 2 mL air, tabung
2 diisi dengan 2mL alkohol dingin, tabung 3 diisi 2 mL alkohol panas, dan tabung 4 diisi dengan
2 mL klorofor. Kemudian ke dalam setiap tabung dimasukkan 0,2 mL minyak lalu dikocok agar
partikel-partikel minyak dapat menusup masuk ke dalam larutan-larutan yang ada di keempat
tabung tersebut. Setelahnya diambil 2 sampai 3 tetes dari masing-masing tabung dan diteteskan
pada kertas saring. Hasil yang praktikan peroleh adalah bahwa pada tabung 1 yang berisi campuran
air dan minyak menghasilkan noda/bercak pada kertas saring. Hal ini menandakan bahwa minyak
tidak larut dalam air. Kemudian pada tabung 2 yang berisi campuran alkohol dingin dan minyak,
terdapat noda/bercak yang agak samar. Hal ini menunjukkan bahwa minyak/lipid sedikit sekali
larut dalam alkohol dalam keadaan dingin. Pada tabung 3 yang berisi alcohol dan minyak
didapatkan hasil adanya noda/bercak agak samar. Hal ini juga menandakan bahwa alkohol tidak
cukup baik dalam melarutkan minyak/lipid, namun lipid sedikitnya dapat larut karena adanya
pengaruh suhu yang meningkat. Lalu pada tabung 4 yang berisi kloroform dan minyak, didapatkan
hasil bahwa pada kertas saring terdapat noda/bercak besar. Hal ini menunjukkan bahwa klorofom
adalah pelarut yang baik untuk lipid. Seperti teori yang disampaikan oleh Armstrong (1995)
menyatakan bahwa lemak dan minyak tidak larut dalam pelarut polar seperti air, namun larut
dalam pelarut non polar seperti kloroform, eter, dan benzene.
Uji Akrolein
Pada uji ini disediakan 3 tabung. Di mana pada tabung 1 dimasukkan minyak zaitun, pada
tabung 2 dimasukkan gliserol, dan pada tabung 3 dimasukkan minyak jelanta. Lalu ke dalam
masing-masing tabung tersebut ditambahkan sejumlah volume KHSO4 dengan perbandingan yang
sama terhadap setiap tabung. Penambahan KHSO4 ini berperan sebagai senyawa pendehidrasi
untuk mearik molekul air dari gliserol seperti teori yang disampaikan Anwar (1994). Hasil yang
didapatkan oleh praktikan adalah bahwa pada tabung 1 dan tabung 3 terdapat bau khas masing-
masing dari jenis minyak yang diujikan serta pada kedua tabung tersebut terdapat gumpalan
minyak berwarna kuning di atas larutan. Sedangkan pada tabung 2 yang berisi gliserol dan KHSO4
terdapat bau tidak sedap dan terlihat bahwa gliserol larut dalam larutan. Hal ini menyatakan bahwa
uji akrolein positif terhadap gliserol karena menurut Anwar (1994), pada teorinya, hanya gliserol
dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan
asam-asam lemak tidak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada uji kelarutan, lipid hanya larut pada pelarut kloroform, karena kloroform
merupakan pelarut yang bersifat non polar sama seperti sifat lipid yang non-polar.
2. Pada uji aklolein hanya gliserol yang menghasilkan bau tidak sedap yaitu bau akrolein,
karena hanya gliserol yang bisa didehidratasi oleh KHSO4.
3. Pengujian asam lemak bebas pada suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan metode
pemanasan kemudia dititrasi lalu menghitung jumlah kandungan asam lemak bebas
bahan pangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA