gliserol dalam bentuk bebas atau dalam minyak menghasilkan akrolein. Fungsi uji akrolein ini adalah untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika gliserin atau lemak dipanaskan setelah ditambahkan KHSO4 yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tak jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Poedjiadi, 1994).Sampel lipid yang diuji adalah olive oil, gliserol dan sedikit asam palmitat. Pada masing-masing tabung reaksi dimasukan 10 tetes olive oil, gliserol dan asam palmitat. Kemudian pada masing- masing tabung ditambahkan KHSO4 dalam volume yang sama, lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api dan diperhatikan bau akrolein yang menusuk hidung Hasil yang diperoleh yaitu olive oil mengeluarkan bau tengik yang lebih menyengat dibandingkan gliserol. Sedangkan asam palmitat tidak tercium bau akrolein, melainkan seperti bau terbakar. Pada uji ini, penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalisator pembentukan gliserol pada sampel yang mengandung gliserol, dan KHSO4 ini tidak ikut bereaksi karena tidak larut dalam larutan sampel, tetapi hanya berfungsi sebagai katalisator. Pembentukan akrolein ini terjadi karena dehidrasi gliserol dalam olive oil dan larutan gliserol yang menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Sedangkan pada asam palmitat aeperti bau terbakar, karena tidak mengandung flatogliserol dan tidak terbentuk trigliserida sehingga akrolein tidak terbentuk. Kemudian dilakukan Uji Lieberman-Burchard terhadap kolesterol. Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol.Pereaksi Liebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran, asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform. Penambahan kloroform berfungsi untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari lemak atau lipid adalah non polar. Sesuai dengan prinsip “like disolve like” maka senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar(Lehninger, 1982). Mekanisme yang terjadi dalam uji ini ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Reaksi positif ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi biru tua (Poedjiadi, 1994). Pertama-tama sedikit kuning telur dilarutkan dalam kloroform hingga larut seluruhnya pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat, dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Hasil pengamatan yang diperoleh adalah pada tabung reaksi adalah berwarna kuning pucat. Hal ini menandakan bahwa hasil percobaan ini negatif, dikarenakan warna tidak berubah menjadi warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi biru tua.
Daftar pustaka
Poedjiadi,A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.