Anda di halaman 1dari 3

a.

definisi lipid

lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak
dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar, seperti kloroform dan eter. Lipid yang paling sederhana
dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserida yang
merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme (Murray, 2009).

b. penggolongan lipid

Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar, yaitu :

1. lipid sederhana -> ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak/gliserida dan lilin

2. lipid gabungan -> ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid

3. derivat lipid -> senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak,
gliserol, dan sterol.

Berdasarkan sifat kimia yang paling penting, lipid dibagi menjadi :

a. lipid yang dapat disabunkan -> dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak

b. lipid yang tidak dapat disabunkan -> contohnya steroid

selain itu, lipid juga dibagi dalam beberapa golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya,
yaitu : asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, slingolipid, terpen, steroid, dan lipid kompleks.

(Poedjiadi, 2009).

c. pembahasan tiap uji

dalam praktikum ini terdapat 7 uji, diantaranya :

1. Penyabunan

Tujuan : tujuan penyabunan (sapoifikasi) adalah untuk membuktikan apakah terjadi pembentukan
sabun ketika lipid ditambahkan dengan basa (Poedjiadi, 2009).

Bahan & fungsi : bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, NaOH 0,5 N, NaCl jenuh, dan Alkohol
96%. Minyak kelapa adalah lipid karena didalamnya terdapat asam stearat dan palmitet (asam
lemak), NaOH adalah basa kuat yang digunakan untuk membuat sabun padat, NaCl jenuh digunakan
sebagai pemisah produk sabun dan hasil sampingan yang berupa gliserin (salting out), dan alkohol
96% digunakan sebagai pelarut.

Prinsip uji : ketika asam lemak jenuh ditambahkan dengan basa kuat, maka akan terbentuk sabun
dan gliserol (reaksi hidrolisis)

(Poedjiadi, 2009).

2. uji menunjukkan adanya gliserol

Tujuan : untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya gliserol pada suatu lipid (Poedjiadi, 2009).

Bahan & fungsi : bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, dan kristal KHSO 4. Penambahan
KHSO4 berfungsi untuk mengikat air atau penhidrasi. Senyawa KHSO4 akan bereaksi dengan
sampel dan jika dipanaskan akan meleleh sehigga timbul asap dan bau (Wharton 1972), sedangkan
minyak kelapa sebagai bahan uji yang akan diuji apakah benar di dalamnya terdapat gliserol.
Prinsip : Minyak kelapa yang mengandung asam lemak akan mengalami pemecahan menjadi gliserol
dengan membentuk akrilaldehida atau akrolein.

(Poedjiadi, 1994).
bau yang terlalu menyengat disebabkan karena gliserol dalam bentuk bebas akan mengalami
dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah
KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau
yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak. 
Bau gliserol disebabkan karena gliserol mudah membentuk akrolein. Akrolein mudah diketahui
sehingga rekasinya digunakan untuk mendeteksi keberadaan gliserol pada suatu senyawa.
(Lehninger,1982).

3. uji menunjukkan adanya ikatan rangkap dalam asam lemak

Tujuan : untuk mengidentifikasi apakah asam lemak tidak jenuh dalam minyak kelapa dapat
mengalami oksidasi yang dapat mengakibatkan putusnya ikata C=C dan terbentuk gugu –COOH, hal
ini diakibatkan karena adanya ikatan rangkap (Poedjiadi, 2009).

Bahan & fungsi : Minyak kelapa, kloroform, jkj, NaOH, dan KMNO 4.

Prinsip :

4. uji sifat sabun sebagai emulgator

Tujuan : untuk menemukan sifat sabun sebagai emulgator dengan terbentuknya emulsi (Poedjiadi,
2009).

5. uji liebermann-burchard

Tujuan : untuk mengidentifikasi adanya kolesterol dalam telur (Poedjiadi, 2009).

Bahan & fungsi :

Prinsip : warna hijau kebiruan berasal dari permanganat yang dapat menunjukkan reaksi antara
kolesterol dengan asam asetat anhidrat dan dapat digunakan untuk mengukur kadar kolesterol
secara kalorimetri. Semakin banyak warna hijau yang terbentuk maka semakin banyak kolesterol
yang terkandung didalam bahan tersebut (Gunstone et al 2007).

6. uji salkowski
Tujuan : untuk mengidentifikasi adanya kolesterol dalam telur (Poedjiadi, 2009).
Bahan & fungsi : kuning telur, kloroform, dan H2S04 pekat. Kuning telur berfungsi
sebagai bahan uji yang akan diidentifikasi kolesterolnya, kloroform berfungsi sebagai
pelarut, dan H2SO4 pekat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester pada lipid.
Prinsip : Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Jika sterol dengan konfigurasi tidak jenuh di
dalam molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan
memberikan warna yang khas. Reaksi positif yang menandakan adanya kolesterol
untuk uji Salkowski yaitu timbul warna merah dibagian kloroform sedangkan dibagian
asam berwarna kuning dengan florosensi hijau bila dilihat dengan sinar refleksi
(Pandjiwidjaja, 1992)
Hasil & pembahasan : Dari percobaan, didapatkan bahwa ketika kuning telur +
kloroform yang ditetesi dengan larutan H2SO4 dengan kedua volume larutan yang
sama, setelah dikocok – kocok dan menunggu beberapa detik membentuk fluorosensi
berwarna hitam dan tidak menunjukkan adanya 3 fase, sehingga percobaan ini tidak
sesuai dengan literatur.
7. uji ion fosfat dalam asam lemak
Tujuan : untuk mengidentifikasi ion fosfat di asam lemak (Poedjiadi, 2009).
Bahan & fungsi : Kuning telur, H2SO4 pekat, reagen folin, dan kristal vit c. Kuning
telur merupakan bahan uji, H2SO4 pekat digunakan untuk menghidrolisis lipid
menjadi H3PO4 dan asam karboksilat, Folin digunakan agar membentuk asam
fosfomolibad, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi, penambahan vit c
digunakan untuk mereduksi asam fosfomolibat (H3PM12O40). Apabila terdapat
perubahan warna dari larutan sebelum ditambah kristal vitamin c yaitu dari warna
kuning menjadi biru tua-hitam, maka terdapat ion fosfat pada bahan uji (Bintang,
2010).
Pembahasan : Pada percobaan ini diketahui terdaoat perubahan warna sebelum
sampel ditambah dengan kristal vitamin c. Perubahan ini menandakan adanya ion
fosfat pada sampel, sesuai dengan literatur.

DAPUS :

Bintang, M., 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.


Gunstone FD, Harwood JL & Dijkstra AJ (Editors). 2007. The Lipid Handbook (3rd Edition). Boca
Raton: CRC Pr.

Pandjiwidjaja, P., 1992. Teknologi Minyak dan Lemak I. Bogor: IPB Press.
Poedjiadi, A., 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai