Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BIOKIMIA
P-1
IDENTIFIKASI LIPID DAN PROTEIN

DISUSUN OLEH:

NAMA : NURUL DWI SUCI PUSPITA

NIM : 2008010067

GOLONGAN : B1

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK SINTESIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
P1
IDENTIFIKASI LIPID DAN PROTEIN

A. TUJUAN

1. Membuktikan beberapa sifat dari lipid


2. Membuktikan sifat fisika dan kimia protein
B. LATAR BELAKANG

Lipid (Yunani, lipos,lemak) adalah sekelompok besar senyawa alam yang tak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksan, kloroform
dan dietil eter. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat, protein asam
nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Struktur molekul lipid sangat beragam,
sehingga kita harus meninjau banyak gugus fungsi yang telah kita pelajari sebelumnya.
Senyawa yang termasuk kelompok lipid adalah trigliserida, lilin, fosfolipid, glikolipid,
steroid , terpen , prostaglandin (Natsir dkk. 2013).

Lipid adalah satu kelompok senyawa yang terdapat pada tumbuhan, hewan atau
manusia dan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Lipid adalah senyawa organik
yang tidak larut dalam air tapi dapat ekstraksi dengan pelarut non polar seperti
kloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid. beberapa fungsi lipid
(lemak) yaitu, sebagai alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein memberi
rasa kenyang, sebagai pelumas, memelihara suhu tubuh, dan sebagai pelindung organ
tubuh. Dimana fospolipid berfungsi untuk membentuk membran sel. Dan kolestrol
berfungsi sebagai komponen esensial membrane structural semua sel yang merupakan
komponen utama sel otak dan saraf (Almatsier, 2004).
Sifat yang dimiliki lipid diantaranya adalah sebagai berikut:

• Hidrolisis dari lipid akan menghasilkan asam lemak yang berperan pada
metabolisme tumbuhan dan hewan.
• Lipid tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik (benzena, eter,
aseton, kloroform, dan karbontetraklorida).
• Lipid mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen. Beberapa jenis lipid
juga memiliki kandungan nitrogen dan fosfor
• Lipid tidak mempunyai satuan yang berulang, tidak seperti karbohidrat dan protein
Klasifikasi lipid menurit biologinya dalam tubuh terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Lemak simpanan yang terutama terdiri atas trigliserida yang disimpan


dalam depot- depot jaringan tumbuhan dan hewan.
2. Lemak strutural yang terutama terdiri atas fosfolipida dan kolestrol

Lipida umumnya merupakan senyawa yang hanya larut dalam pelarut nonpolar, misalnya
kloroform, eter, alkohol, aseton, dan pelarut nonpolar lainnya. Lipida tidak larut dalam pelarut
polar misalnya air. Lipida memilki beberapa fungsi yaitu sebagai cadangan makanan misalnya
triasilgliserol, sebagai penyusun struktur membran misalnya phospholipidas yang merupakan
penyusun utama membran sel (Suhara, 2008).
Lipid adalah salah satu kelas molekul biologis berukuran besar yang tidak mencakup
polimer sejati. Senyawa yang tergolong lipida dicirikan dengan strukturnya yang khas, yaitu
memiliki kepala yang bersifat polar dan ekor hidrokarbon yang bersifat non polar. Dalam suatu
larutan, kepala yang bersifat polar dapat berasosiasi dengan air, sehingga membentuk senyawa
amfipatik (memiliki dua kutub positif dan negatif). Konsekuensinya di dalam suatu larutan,
lipida dapat membentuk formasi satu lapis lipida (monolayers), dua lapis lipida (bilayers), misel
dan vesikula (Suhara, 2008).

Untuk menguji sifat dan komposisi lipid, ada beberapa uji yang dapat dilakukan,
berikut ini menurut yaitu:

1. Uji Kelarutan Lipid


Uji ini dilakukan untuk melihat sifat lipid, yaitu molekul non-polar yang
hanya dapat larut dalam pelarut non-polar (khloroform, eter, metilen,
alkohol) sehingga bila dilarutkan dalam pelarut polar lipid tidak akan
homogen dengan larutan tersebut.

2. Uji Ketidakjenuhan Lipid

Asam-asam lemak yang ada di dalam lemak hewan selalu jenuh,


sedangkan asam- asam lemak di dalam minyak tumbuhan mengandung satu
atau beberapa ikatan rangkap. Uji ini dapat dilakukan untuk idenitifikasi
larutan yang tergolong ke dalam asam lemak jenuh atau takjenuh. Bila
larutan khloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur
halogen akan merubah warna larutan unsur halogen (bromin atau iodin)
sehingga hal tersebut dijadikan indikator adanya ikatan rangkap dalam
larutan asam lemak.
3. Uji Gliserol/Akrolein
Dalam uji ini, terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas
menghasilkan akrolein aldehihi,d bila larutan dipanaskan dengan kalium
bisulfat (KHSO4) akan tercium karakteristik bau yang khas.

4. Uji Liebermann-Burchard

Uji ini adalah uji yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
kandungan kolesterol dalam lipid. Ketika lipid dicampukan dengan
kloroform dan asam sulfat pekat, jika warna larutan yang dihasilkan adalah
warna hijau pekat maka larutan lipid tersebut positif mengandung
kolesterol.
5. Uji Saponifikasi
Proses saponifikasi (pembentukan sabun) adalah proses ketika asam
lemak dicampur dengan larutan alkali dalam alkohol (KOH atau NaOH)
akan membentuk garam kalium atau garam natrium yang memberikan
karakteristik larutan bersabun. Larutan tersebut bila dicampur dengan
larutan yang mengandung Ca++, Mg++, dan Pb-asetat akan menghasilkan
garam-garam yang tidak larut dan menyebabkan larutan tidak berbusa.
6. Uji Asam Lemak Bebas
Uji ini menggunakan indikator basa phenophtalin yang memiliki warna
pink, sehingga dalam pengujian larutan yang termasuk asam lemak bebas
warna phenophtalin ini akan hilang.

Protein berasal dari kata yunani “proteios” yang berarti tempat pertama.
Beberapa protein berperan untuk mempercepat reaksi kimia, sementara yang
lainnya berperan untuk mendukung struktur, transportasi sel, komunikasi sel,
pergerakan sel, dan pertahanan dari substansi asing (Campbell dan Reece,
2012).
Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh
manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam
protein terdapat sumber energi dan zat pengatur jaringan tubuh Protein juga
berguna sebagai biokatalisator enzim dalam proses kimia.
Protein biasanya didapat dari makanan yang kita konsumsi, baik dari hewan maupun
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan protein hewani misalnya telur,
daging, susu dan ikan. Protein yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati meliputi
kacang, kedelai, jagung, gandum, jamur, dan buah-buahan.

Sumber makanan yang berasal dari hewan memiliki kadar kalori lebih tinggi dibanding
sumber makanan dari tumbuhan. Kalori yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan kolesterol
dalam tubuh. Oleh sebab itu banyak masyarakat yang lebih memilih sumber makanan dari
tumbuhan, selain rendah kolesterol, makanan nabati mempunyai harga yang relatif lebih
terjangkau.

Protein merupakan molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan.
Protein akan menghasilkan asam-asam amino jika terhidrolisis oleh asam atau enzim. Ada 20
jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini ter ikat satu sama
lain dengan ikatan peptida. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam molekul protein
yaitu sebagai berikut : karbon 50 %, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3% ,
dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan
penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan. (Poedjiadi, 2006).

Salah satu jenis ikatan yang berperan dalam struktur tersier disebut interaksi hidrofobik yang
terjadi ketika polipeptida melipat membentuk konformasi fungsionalnya, asam amino dengan
rantai samping hidrofobik umumnya membentuk kumpulan pada bagian inti protein itu,
menjauhi kontak dengan air. Begitu rantai samping asam amino nonpolar mendekat satu sama
lain, gaya tarik van der Waals menguatkan kembali interaksi hidrofobik itu. Sementara itu, ikatan
hydrogen antara rantai-rantai samping polar dan ikatan ionic antara rantai-rantai samping
bermuatan positif dan rantai samping bermuatan neggatif juga membantu menstabilkan struktur
tersier. Konformasi suatu protein bisa semakin diperkuat oleh ikatan kovalen kuat yang disebut
jembatan disulfide, yang terbentuk ketika dua asam amino dengan gugus sulfhidril pada rantai
sampingnya, saling mendekat satu sama lain melalui pelipatan protein tersebut.(Campbell, 1999)
C. PRINSIP REAKSI
LIPID
a. Penyabunan : merupakan reaksi hidrolisis lemak minyak dengan basa
kuat seperi NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan garam
asam lemak atau sabun. Reaksi penyabunan = reaksi saponifikasi.

b. Uji akrolein : dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas
/ dalam lemak atau minyak menghasilkan aldehid akrolein. Uji ini adalah
untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak di panaskan
setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHS04) yang akan menarik air,
maka sebagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak
jenuh (akrolein) yang memiliki bau seperti lemak yang terbakar dan
ditandai dengan adanya asap putih.
c. Adanya Ikatan Rangkap dalam asam lemak : menghilangkan warna
coklat aqua bromata dalam asam lemak.

d. Sabun sebagai emulgator : emulgator adalah bahan aktif permukaan


yang menurunkan tegangan muka antara minyak dengan air dan
mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat
untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi. Minyak
kelapa di simpan lama terkena H2O akan terhidrolisis
e. Reaksi Lieberman – Buchard : merupakan uji identifikasi adanya
kolesteol/ lipid pada penambahan asam sulfat (H2SO4) pekat dengan
adanya perubahan warna menjadi hijau.

f. Reaksi Salkowski : merupakan uji untuk menguji adantya fluoresensi


dari reaksi kolesterol/lipid. Kolesterol di larutkan dengan kloroform
anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan H2SO4
PROTEIN
a. Reaksi Biuret : Merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan pepsida
dalam suatu protein. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH
kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Prinsip reaksi uji ini
pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus -Co dan -NH dari rantai.

b. Reaksi Xanthoprotein : merupakan uji kualitatif pada protein yang di


gunakan untuk menunjukan adanya gugus benzena (cincin fenil).
Reaksi positif pada uji ini adalah adanya gumpalan ata=u cincin kuning.
Pada uji ini digunakan larutan HNO3 yang fungsinya untuk memecah
protein menjasdi gugus benzena pepsida dalam suasana basa. Uji ini
dikatakan positif jika ditandai dengan timbulnya warna merah violet
atau biru violet.
D. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Tabung reaksi
- Penangas air
- Lampu spirtus
- Labu ukur
- Waterbath
b. Bahan
- Minyak kelapa
- NaOH 0,5 N
- Aquadest
- Alkohol 96%
- NaCI jenuh
- Kristal KHSO4
- Kloroform
- JKJ
- KMnO4 0,1%
- Na2C03 1%
- Kuning telur
- Asam asetat anhidrida
- H2SO4 pekat
- Putih telur
- HCl
- HNO3
- CH3COOH
- ZnS04
- Pb (CH3COOH)2
- FeCI3
- CuSO4
- Natrium nitroprusida
- Amonium hidoksida
E. Cara kerja
a. Identifikasi Lipid
Penyabunan
Ambil 2 tabung reaksi, masing-masing diisi 1 ml minyak kelapa.
Tambahkan 1 mL NaOH 0,5 N pada tabung 1 dan 1 ml aquades pada
tabung 2, kemudian ke dalam keduanya ditambah 1 ml alkohol 96%.
Panaskan di penangas air dan tambahkan 2 ml NaCI jenuh, terjadi sabun.

Menunjukkan adanya gliserol
Ambil tabung reaksi, masukkan 0,5 ml minyak kelapa, tambahkan
sedikit Kristal KHSO4. Panaskan di atas lampu spiritus hingga terjadi
uap putih, bila dibau terjadi bau semegrak (bau akrolein).

Menunjukkan adanya ikatan rangkap dalam asam lemak
Ambil 4 tabung reaksi. Tabung 1 dan 2 diisi 0,5 ml minyak kelapa.
Tabung 3 dan 4
diisi 0,5 ml aquades. Tabung 1 dan 3 ditambah 1 ml klorofom dan 5
tetes JKJ,
sedangkan tabung 2 dan 4 ditambah 1 ml NaOH 0,5 N dan 1 tetes
KMnO4 0,1%.
Amati perubahan warna.

Menunjukkan adanya ikatan rangkap dalam asam lemak
Ambil 4 tabung reaksi. Tabung 1 dan 2 diisi 0,5 ml minyak kelapa.
Tabung 3 dan 4
diisi 0,5 ml aquades. Tabung 1 dan 3 ditambah 1 ml klorofom dan 5
tetes JKJ,
sedangkan tabung 2 dan 4 ditambah 1 ml NaOH 0,5 N dan 1 tetes
KMnO4 0,1%.
Amati perubahan warna.

Sifat sabun sebagai emulgator
Ambil 2 tabung reaksi, masing-masing diisi 1 ml minyak kelapa.
Tambahkan 0,5 ml aquades pada tabung 1 dan 0,5 ml Na2C03 1% pada
tabung 2. Vortex, amati yang terjadi.

Reaksi Liebermann-Burchard
Larutkan 0,5 ml kuning telur dalam 1 ml klorofom, vortex, tambahkan
asam asetat anhidrida: H2SO4 pekat 1: 1, amati warnanya.

Reaksi Salkowaski
Larutkan 0,5 ml kuning telur dalam 1 ml klorofom, vortex, tambahkan 1 ml H2SO4 pekat, amati
warnanya
b. Identifikasi Protein
Untuk percobaan 1-4 merupakan reaksi pengendapan/denaturasi, putih
telur tidak perlu diencerkan.
1. Masukkan 0,5 ml putih telur ke dalam tabung reaksi, panaskan di atas
penangas air mendidih hingga menggumpal.
2. Ambil 2 tabung reaksi, masing-masing diisi 0,5 ml putih telur.
Tambahkan 0,5 ml HCI pada tabung 1 dan 0,5 ml NaOH pada tabung
2, amati.
3. Ambil 2 tabung reaksi, masing-masing diisi 0,5 ml putih telur.
Tambahkan 0,5 ml HNO3 encer pada tabung 1 dan 0,5 ml CH3COOH
pada tabung 2, amati.
4. Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing diisi 0,5 ml putih telur.
Tambahkan 0,5 ml ZnS04 pada tabung 1; 0,5 ml Pb (CH3COOH)2 pada
tabung 2; dan 0,5 ml FeCI3 pada tabung 3, amati.
Untuk percobaan 5-10 merupakan reaksi warna, putih telur diencerkan 5
kali. Pengenceran: Ambil 2,0 ml putih telur, masukkan ke dalam labu ukur
10,0 ml, tambahkan aquadest hingga tanda.
5. Reaksi Biuret
Masukkan 1 ml putih telur encer ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1
ml NaOH encer dan 1 ml CuSO4, gojog, amati warnanya.
6. Reaksi Xanthoprotein
Masukkan 1 ml putih telur encer ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1
ml HNO3 pekat, panaskan di waterbath mendidih, amati warnanya.
7. Reaksi Natrium nitroprusida 0,02% (spesifik terhadap sistein)
Masukkan 1 ml putih telur encer ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1
ml Natrium nitroprusida dalam 1 amonium hidoksida, gojog, amati
warnanya.
F. DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Grmadia Pustaka Utama

Campbell, Reece, Mithcel, 1999. Biology. New York : Addison-Wesley


Longman, inc.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A.,
Minorsky, P.V., Jackson, R.B. 2012. Biologi. Edisi 8 Jilid 2.
Terjemahan D.T Wulandari. Jakarta: Erlangga

Natsir, Hasnah dkk. 2013. Kimia Organik. UPT MKU. Makassar :


Universitas Hasanuddin

Poedjiaji. 2006. Dasar – Dasar Biokimia, Jakarta, Universitas


Indonesia

Suhara, D. 2008. Dasar – Dasar Biokimia, Bandung: Prisma press

Anda mungkin juga menyukai