Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Taufik-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan Hidayah dan Rahmat-Nya kepada saya
secara khusus dan masyarakat secara umum agar senantiasa mensyukuri akan
ilmu, iman, dan amal pada dirinya. Semoga dengan adanya makalah Lipid dan
Fungsinya yang saya susun ini dapat menambah wawasan kami.
Alhamdulillahirabbilalamin berkat
rahmat-Nya
saya
dapat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Untuk mendukung metabolisme kehidupan mahluk hidup di bumi, maka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lemak
Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.
Sifat kelarutan ini yang membedakan lipida dari golongan senyawa alam
penting lain seperti protein dan karbohidrat yang pada umumnya tidak larut
dalam pelarut nonpolar.
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein. (F.G Winarno, 2004)
Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan
kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan
rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak
merupakan bahan cair pada suhu ruang disebabkan tingginya kandungan asam
lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara
atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah. (F.G
Winarno, 2004).
Lipid atau Lemak adalah senyawa yang merupakan ester dari asam
lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton,
kloroform, dan benzene. Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan
tetapi terdiri dari beberapa golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan
struktur kimia yang dimiliki, lipid dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu
Asam lemak, Lemak dan fosfolipid ( Salirawati et al,2007).
jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan
ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak
ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi
ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan
bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi
iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
huble.
4. UJI KETENGIKAN
Uji kualitatif lipid lainnya adalah uji ketengikan. Dalam uji ini,
diidentifikasi lipid mana yang sudah tengik dengan yang belum tengik yang
disebabkan oleh oksidasi lipid. Penentuan yang dilakukan adalah bilangan
peroksida, jumlah karbonil, oksigen aktif, uji asam tiobarbiturat, dan uji Oven
Schaal.
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan
setelah lemak atau minyak ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan KI
dalam pelarut asam asetat dan kloroform (2:1), kemudian iodin yang berbentuk
ditentukan dengan titrasi memakai Na2S2O3. (F.G Winarno,2004).
Jumlah Karbonil
Jumlah karbonil ditentukan tidak secara langsung dengan menambahkan
Uji Kreiss merupakan salah satu uji ketengikan, yang berprinsip kepada
rekasi kondensasi antara ephydrin-aldehida dengan floroglusinol, sehingga
menghasilkan warna merah jambu (pink).
Oksigen Aktif
Oksigen aktif dihitung dengan cara melewatkan udara dengan keadaan
tertentu pada lemak yang dipanaskan pada suhu tetap 100C. Kemudian diukur
waktu yang diperlukan sampai dihasilkan 20 miliekuivalen peroksida. Cara ini
sering dipakai untuk menentukan keadaan awal lemak dengan atau tanpa
antioksidan. (F.G Winarno,2004).
dimasukkan dalam gelas bersih dengan tutup yang agak longgar supaya udara
masih bisa masuk. Kemudian dipanaskan sampai 65C. Dalam selang waktu
tertentu diukur bau dan rasanya.(F.G Winarno,2004).
Pencegahan Ketengikan: Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh
adanya prooksidan dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya
oksidasi, sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Penyimpanan lemak
yang baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih
baik terbuat dari aluminium atau stainless steel. Adanya antioksidan dalam
minyak atau lemak akan mengurangi kecepatan proses oksidasi. Antioksidan
terdapat secara alamiah dalam lemak nabati, dan kadang-kadang sengaja
ditambahkan kedalam minyak atau lemak (F.G Winarno,2004).
Proses kerusakan lemak berlangsung sejak pengolahan sampai siap
konsumsi. Terjadinya peristiwa ketengikan tidak hanya terbatas pada bahan
pangan berkadar lemak tinggi, tetapi juga dapat terjadi pada bahan berkadar
lemak rendah. Sebagai contoh ialah biskuit yang terbuat dari tepung gandum
tanpa penambahan mentega putih akan menghasilkan bau yang tidak enak pada
penyimpanan jangka panjang disebabkan ketengikan oleh oksidasi. Padahal
kadar lemaknya lebih kecil dari 1% (F.G Winarno,2004).
5. UJI SALKOWSKI UNTUK KOLESTEROL
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mengidentifikasi
keberadaan
kolesterol.
Kolesterol
dilarutkan
dengan
kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat.
Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel
tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi
berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna
fluoresens hijau.
6. UJI LIEBERMAN BUCHARD
Uji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol.
Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan
asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke
dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu,
asam sulfat pekat ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan
beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat
ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air
berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini
menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya
perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu
dan akhirnya menjadi hijau tua.
2.3. Uji Kuantitatif Lipid
Penentuan adanya lipida atau lemak dalam suatu bahan dapat dilakukan
dengan berbagai macam analisa. Salah satunya adalah dengan menggunakan
analisa kuantitatif untuk menentukan adanya lipida atau tidak yaitu:
1. UJI BILANGAN REICHERT MEISEL (BRM)
BRM adalah jumlah 0,1N basa yang di perlukan setiap 5 gram lemak
untuk menetralkan asam-asam lemak yang mudah menguap pada destilasi, yaitu
asam lemak dengan C6 dan C4 (kaproat dan butirat). Analisis ini banyak di
gunakan untuk menganalisis pemalsuan mentega yang di campur minyak lain.
Minyak BRM untuk mentega antara 24-34, lebih tinggi dari minyak lain.
2. UJI BILANGAN POLENSKE
Bilangan uni menentukan kadar asam lemak yang volatile, tetapi tidak
larut dalam air, yaitu asam lemak C8-C14. Bilangan polenske adalah jumlah
millimeter (ml) 0,1N alkali yang di perlukan untuk menetralkan asam lemak
C8-C14 yang terdapat dalam 5 gram sampel. BP juga dapat di gunakan untuk
menguji pemalsuan terhadap mentega.
3. UJI BILANGAN KIRSCHNER BARU (NEW KIRSCHNER
VALUE = NKV)
BKB adalah jumlah ml basa 0,1N yang di perlukan setiap 5 gram
lemak/minyak untuk menetralkan asam lemak volatile yang gram-gram
peraknya larut dalam campuran etanol air. Penentuan BKB di gunakan untuk
membedakan margarine dan mentega, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
pemalsuan.distilat hasil penentuan BKB ditambah Ag2SO4, dan akan terbentuk
gram perak yang larut dalam air, kemudian di asamkan dengan H2SO4 dan di
distilasi.
4. UJI BILANGAN PENYABUNAN (BP)
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pada dasarnya lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam
makanan, dan penting dalam diet karena beberapa alasan. Dalam berbagai
makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan
karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan.
Lemak bisa diuji secara kuantitatif maupun kualitatif. Uji kualitatif lemak
diantaranya Uji Kelarutan Lipid, Uji Acrolein, Uji Kejenuhan pada Lipid, Uji
Ketengikan, Uji Salkowski untuk Kolesterol, dan Uji Liebermen Buchard.
Sedangkan uji kuantitatif lemak diantaranya Uji Bilangan ReichertMeisel
(BRM), Uji Bilangan Polenske, Uji Bilangan Kirschner Baru (New Kirschner
Value = NKV), Uji Bilangan Penyabunan (BP), Uji Bilangan Hehner, dan
Bilangan Iodin.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjaji, (1994), Dasar-Dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta
Tim Kimia 2015. Penuntun Praktikum Kimia Pangan. Poltekkes Kemenkes
Riau. Pekanbaru
Salirawati et al.2007.Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasind
Supardan, 1989, Metabolisme Lemak, Lab. Biokimia Universitas Brawijaya,
Malang
Winarno F.G., 2004, Kimia Panngan dan Gizi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Tim Dosen:
Sri Widia Ningsih, M.Si
Lily Restusari, M.Farm, Apt.
Yuliana Arsil, M.Farm, Apt.
Cantika Egi JF
(PO711341114 004)