Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM BIOKIMIA

BIOMEDIK II

KELOMPOK: 2/II
NAMA : NINDYA IMANIAR ILHAM
NPM : 09402111029

DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020
PRAKTIKUM BIOKIMIA
KARBOHIDRAT,LIPID,PROTEIN
BIOMEDIK II

BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI KARBOHIDRAT
Karbohidrat adalah Polihidroksi aldehida dan Polihidroksi keton atau
zatzat yang bila dihidrolisis akan menghasilkan derivat senyawa-senyawa
tersebut. Suatu kharbohidrat tergolong aldehida (CHO), jika oksigen
karbonil berikantan dengan suatu atom karbon terminal dan suatu keton
(C=O) jika oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal.
Pada umumnya karbohidrat merupakan zat padat berwarna putih,
yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air (kecuali
beberapa sakarida). Sebagian besar karbohidrat dengan berat melekul yang
rendah, manis rasanya. Karena itu, juga digunakan istilah gula untuk zat-zat
yang tergolong karbohidrat.
Terdapat tiga golongan karbohidrat yang utama yaitu: monosakarida,
oligosakarida dan polisakharida. Kata sakarida diturunkan dari bahasa
Yunani yang berarti gula. Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari
hanya satu unit polisakharida aldehida atau keton. D-glukosa adalah
monosakarida yang paling banyak dijumpai di alam. Oligosakarida (bahasa
Yunani oligos yang artinya sedikit) terdiri dari rantai pendek unit
monosakarida yang digabungkan bersamasama oleh ikatan kovalen.
Diantaranya yang paling dikenal adalah disakarida yang mempunyai dua
unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa (gula tebu) yang terdiri gula
D-glukosa dan D-fruktosa yang digabungkan oleh ikatan kovalen.
Kebanyakan oligo sakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit
monosakarida tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai
samping polipeptida pada proteoglikan. Polisakharida terdiri dari rantai
panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa
polisakharida seperti selulosa, mempunyai rantai lenier, sedangkan yang lain
seperti amilum (pati) dan glikogen mempunyai rantai yang bercabang.
Polisakarida yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman yaitu pati dan
selulosa. Nama semua monosakarida dan disakarida berakhiran –Osa.

LIPID
Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak
ditemukan dalam sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut
nonpolar seperti (eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat nonpolar atau
hidrofolik. Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol
dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya. Rumus kimia
trigliserida adalah
CH2COOR-CHCOOR’-CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing
adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH,
R’COOH dan R‖COOH. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang
terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum
adalah 16,18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipida lainnya berupa
gliserida, monogliserida, asam lemak bebass, lilin (wax), dan juga kelompok
lipida sederhana yang mengandung komponen asam lemak) seperti derivate
senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivate steroida. Lipida sering berupa
senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat
(Glikolipida). Lipid merupakan komponen membran plasma, hormon, dan
vitamin.
Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi,
berfungsi sebgagai sumber energi yang utama untuk proses metabolism
tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu
dari makanan dan hasil produksi organ hari, yang bisa disimpan di dalam
sel-sel lemak sebagai cadangan energi. Asam lemak penyusun lipida ada dua
macam, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan rangkap pada rantai karbonnya.
Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C pada rantai yang ikatannya
tidak jenuh (peristiwa adisi).
Fungsi lipida termasuk:
1. Sebagai penyusun struktur membran sel
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan
mengatur aliran material-material.
2. Sebagai cadangan energi, penyimpan makanan, dan transport.
Lipid disimpan sebagai jaringan adipose.
3. Sebagai hormon dan vitamin
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin
membantu regulasi proses-proses biologis.
4. Kulit pelindung komponen dinding sel
Komponen lipid juga dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat
polaristasnya. Berdasarkan polaritasnya, lipid dibagi atas non-polar dan
polar.
Kelompok lipid yang bersifat nonpolar yaitu:
1. Alkana dan alkena: Hidrokarbon yang tersusun atas lebih dari 36 atom
karbon, berbentuk jenuh atau tak jenuh. Hidrokarbon ditemukan pada
serum manusia. Pada tumbuhan ditemukan dalam bentuk karotenoid.
2. Lemak alkohol: Alkohol aliphatik dengan hidrokarbon jenuh atau tak
jenuh, denga panjang 6-26 atom karbon.
3. Lilin: Ester dari asam lemak dan alkohol rantai panjang
4. Sterol: Ditemukan pada tanaman (fitosterol) dan hewan (kolesterol)
5. Tokoferol: Vitamin E, yang ditemukan pada sumber minyak.
6. Trigliserida: Tersusun atas gliserol dan asam-asam lemak.
Kelompok lipid yang bersifat polar umumnya merupakan penyusun
membran sel, yang bersifat larut air. Golongan lipid polar (Sikorski,
2007:178179) antara lain:
1. Fosfolipid: Lipid yang berikatan dengan fosfat
2. Glikolipid: Lipid yang berikatan dengan komponen karbohdirat
3. Proteolipid: Lipid yang tersusun atas satu residu asam amino yang
dihubungkan dengan asam atau alkohol rantai panjang.

PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain
itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam
biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Protein dapat digolongkan menurut struktur susunan molekulnya,
kelarutannya, adanya senyawa lain dalam molekul, tingkat degradasi, dan
fungsinya.

Struktur Susunan Molekul


a. Protein fibriler/skleroprotein adalah protein yang berbentuk serabut, tidak
larut dalam pelarut-pelarut encer garam, basa, asam maupun alkohol fungsinya 19
membentuk struktur bahan dan jaringan. Contoh: kolagen yang terdapat pada
tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein globular / sferoprotein yaitu protein yang berbentuk bola larut dalam
larutan asam dan garam encer, mudah berubah (terdenaturasi) di bawah pengaruh
suhu. Protein ini banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur, dan
daging, enzim dan hormon.
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai
enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain.
Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh enzim.
Komponen terbesar enzim adalah protein.
Alat Pengangkut dan Alat Penyimpan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut
eritrosit, mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi diangkut dalam
plasma darah oleh transferin.
Pengatur Pergerakan
Gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling
bergeseran. Pergerakan flagela sperma disebabkan oleh protein.
Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen,
suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
Pertahanan Tubuh / Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein
khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang
masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteria, dan sel-sel asing lain. Protein ini
pandai sekali membedakan benda-benda yang menjadi anggota tubuh dengan
benda-benda asing.
Media Perambatan Impuls Syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata.
Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.

BAB II
HASIL PRAKTIKUM

UJI IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT


1. Uji Molisch
Uji Molisch adalah suatu metode untuk menentukan adanya
karbohidrat. Uji ini efektif untuk senyawa yang dapat di-dehidrasi menjadi
furfural atau substitusi furfural dengan asam pekat. Uji ini tidak spesifik
untuk karbohidrat.
Prinsip Uji Molisch adalah senyawa karbohidrat yang berbentuk
polisakarida akan ter- hidrolisis menjadi monosakarida yang kemudian ter-
dehidrasi dengan asam pekat menjadi senyawa furfural bereaksi dengan
perekasi Molisch (αnaftol) membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
pekat.

Gambar 15. Reaksi pembentukan kompleks pada uji Molisch

Bahan: Larutan Glukosa, Larutan Sukrosa, Larutan Amilum/Pati, H 2SO4


pekat, pereaksi Molisch (larutan α-naftol dalam alkohol)
Alat: Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala
Prosedur Kerja:
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi yang bersih dan kering, setiap tabung
diberi label A (untuk larutan glukosa), B (untuk larutan sukrosa), dan
C (untuk larutan amilum)
2. Masukkan masing-masing sampel larutan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 2 mL
3. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molich pada masing-masing tabung reaksi
4. Kocok tabung reaksi secara perlahan
5. Tambahkan 1 mL asam sulfat pekat secara perlahan melalui dinding
tabung reaksi
6. Perhatikan dan catat perubahan warna yang terjadi. Hasil positif
apabila terbentuk cincin berwarna ungu pada batas antara dua lapisan
cairan

Hasil Pengamatan :
1. Tabung Reaksi A (Larutan Glukosa) : Tedapat cincin ungu sedikit
maka hasilnya +
2. Tabung Reaksi B (Larutan Sukrosa) :Terdapat cincin ungu sedikit
maka hasilnya +
3. Tabung Reaksi C (Larutan Amilum): T e r d a p a t c i n c i n p e k a t
maka hasi nya -

2. UjiBenedict
Uji Benedict adalah uji untuk menentukan adanya gula pereduksi.
Suatu monosakarida disebut gula pereduksi apabila memiliki gugus
aldehid ataupun keton yang dalam bentuk bebas dapat mereduksi ion
cupric (Cu2+) menjadi ion cuprous (Cu+) membentuk Cu 2O (endapan
berwarna merah bata). Sedangkan gula non pereduksi adalah
karbohidrat yang gugus gulanya berbentuk siklik sehingga bentuk
hemiasetal dan hemiketal nya tidak berada dalam posisi
kesetimbangan.
Gambar 16. Reaksi pembentukan endapan merah bata pada uji Benedict

Bahan :Larutan Glukosa, Larutan Sukrosa, Larutan Amilum/Pati, pereaksi

Benedict Alat :Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala, penangas air

Prosedur Kerja :

1. Siapkan tiga buah tabung reaksi yang bersih dan kering, setiap tabung
diberi label A (untuk larutan glukosa), B (untuk larutan sukrosa), dan C
(untuk larutan amilum)

2. Masukkan ke dalam masing-masing tabung 2,5 mL larutan pereaksi


Benedict
3. Tambahkan ke dalam tabung masing-masing 5 tetes Lautan Glukosa
(A), Larutan Sukrosa (B), Larutan Amilum/Pati (C)

4. Masukkan semua tabung ke dalam penangas air yang telah mendidih


selama tiga menit

5. Dinginkan dan perhatikan perubahan warna dan endapan yang terjadi.


Reaksi positif apabila terbentuk endapan berwarna merah bata Hasil
Pengamatan :

1. Tabung Reaksi A (Larutan Glukosa) :Terdapat endapan merah bata


maka hasilnya +

2. Tabung Reaksi B (Larutan Sukrosa) :Tidak terjadi perubahan maka


hasilnya -
3. Tabung Reaksi C (Larutan Amilum) :Tidak terjadi perubahan maka
hasilnya -

3. UjiBarfoed
Uji Barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan
disakarida dengan mengontrol kondisi pH dan waktu pemanasan.
Dalam suasana asam, hanya monosakarida yang mempunyai sifat
pereduksi, sedangkan dengan pemanasan yang lama disakarida dapat
mengalami hidrolisis menjadi monosakarida sehingga menghasilkan
reaksi positif.
Prinsip uji ini berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+, di mana pereaksi
Barfoed mengandung tembaga asetat.

Bahan :Larutan Glukosa, Larutan Sukrosa, Pereaksi Barfoed

Alat :Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala, penangas air

Prosedur Kerja :
1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering, beri label pada
masing- masing tabung reaksi; A untuk larutan glukosa dan B untuk
larutan sukrosa
2. Masukkan ke dalam masing-masing tabung rekasi 2 mL pereaksi
Barfoed
3. Tambahkan 1 mL larutan sampel (glukosa dan sukrosa) masingmasing
ke dalam tabung reaksi
4. Siapkan stopwatch dan panaskan hingga mendidih dengan
menggunakan penangas air mendidih selama 1 menit hingga 15 menit
bila perlu hingga muncul endapan.
5. Disakarida positif apabila dibutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk
muncul endapan atau lebih lama dibanding monosakarida

Hasil Pengamatan :
1. Tabung Reaksi A (Larutan Glukosa) :Warna putih bening ,maka
hasilnya

2. Tabung Reaksi B (Larutan Sukrosa) :Warna putih kebiruan maka
hasilnya +

4. Uji Hidrolisis Pati


Uji hidrolisis pati adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
adanya karbohidrat kompleks (polisakarida) dan mengetahui proses
hidrolisis polisakarida menjadi disakarida atau monosakarida.

Prinsip uji hidrolisis pati adalah terbentuknya senyawa kompleks


antara pati dan iodium yang berwarna biru dan apabila pati
terhidrolisis menjadi disakarida ataupun monosakarida maka reaksi
kompleks ini tidak akan terbentuk.
Bahan :
Larutan Pati, Larutan HCl 2 N, Larutan NaOH 2%, Larutan Lugol

Alat :
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala, penangas air

Prosedur Kerja :
• Siapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
• Masukkan 1 ml larutan pati
• Tambahkan 1 tetes larutan lugol. Perhatikan warna yang timbul
• Tambahkan 3-5 tetes larutan NaOH 2%. Kocok perlahan tabung
reaksi
• Amati perubahan warna

Hasil Pengamatan :

Larutan pati ketika sebelum Sebelum dicampurkan dengan larutan lugol, berwarna
putih pucat. Namun,setelah dicampurkan dengan larutan lugol , berwarna kuning
pucat dibagian bawahnya. Ketika dicampur NaOH larutan berubah warna menjadi
putih. Maka hasil yang didapatkan yaitu +(positif).
PERCOBAAN LIPID 1. Uji Kelarutan Lemak
Uji ini digunakan untuk menentukan kelarutan berbagai macam lipid
dalam berbagai pelarut. Pada dasarnya lipid tidak dapat larut pada
pelarut polar seperti air dan hanya dapat larut dalam pelarut semi
polar dan pelarut non polar. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh sifat
zat itu sendiri dengan sifat pelarutnya sehingga ada istilah “like
dissolve like”. Semakin panjang rantai suatu asam lemak maka
sifatnya semakin non polar.

Bahan :
Aquadest, Alkohol 96%, Eter, Minyak Kelapa

Alat :
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penangas air, aluminium foil, pipet tetes
skala
Prosedur Kerja :
1. Siapkan empat buah tabung reaksi bersih dan kering
2. Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml pelarut berikut:
aquadest, alkohol 96% suhu ruang, alkohol 96% panas, dan eter. Beri
label pada tabung reaksi sesuai dengan jenis pelarutnya
3. Tambahkan 3-5 tetes minyak kelapa ke dalam masing-masing tabung
reaksi
4. Kocok perlahan dan amati kelarutan minyak kelapa tersebut

Hasil Pengamatan :
1. Pelarut Aquadest: Minyak kelapa,tidak larut,adanya fase terpisah yang
berwarna putih pucat dan bening.

2. Pelarut alcohol 96% (Suhu ruang): Minyak kelapa,tidak larut,adanya


fase terpisah yang berwarna putih dan kuning bersih.

3. Pelarut alcohol 96% (Suhu panas): Minyak kelapa,tidak larut,adanya


fase terpisah yang berwarna putih pucat dan kuning pucat.

4. Pelarut eter: Minyak kelapanya larut dan berwarna putih.

2. Uji Penentuan Ikatan Jenuh

Uji ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya ikatan jenuh pada rantai
asam lemak. Reaksi yang terjadi adalah adanya adisi oleh Iodium atau
KMnO4 menggantikan posisi pada ikatan rangkap sehingga ikatan rangkap
pada molekul menjadi berkurang atau tidak ada sama sekali. Reaksi ini
ditandai dengan hilangnya warna larutan Iodium atau KMnO4.

Bahan : Minyak Kelapa, Larutan KMnO4 0,1 N

Alat : Tabung Reaksi, Rak Tabung Reaksi, Pipet tetes skala

Prosedur Kerja :

1. Siapkan satu buah tabung reaksi bersih dan kering

2. Masukkan 2 ml minyak kelapa ke dalam tabung reaksi

3. Tambahkan 3 tetes larutan KMnO4 0,1 N

4. Kocok beberapa saat dan perhatikan perubahan warna yang terjadi

Hasil Pengamatan :

Minyak kelapa pada saat sebelum dicampurkan dengan KMnO4, warna yang
dikeluarkan yaitu berwarna kuning bening. Namun,ketika sesudah dicampurkan
dengan KMnO4 , warnanya menjadi kuning pucat ditambah lagi dengan adanya
endapan merah muda maka hasil yang didapatkan yaitu +(positif).

3. Uji Lieberman-Burchard
Uji ini merupakan uji kualitatif untuk mengidentifikasi kolesterol dengan
cara menambahkan asam sulfat ke dalam campuran. Prinsip uji ini adalah
ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam larutan mengandung kolesterol
maka molekul air dari gugus kolesterol akan berpindah dan teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini kemudian dikonversi menjadi
polimer yang mengandung kromofor berwarna hijau. Reaksi ini merupakan
dasar penentuan kolesterol dalam serum secara kolorimetri fotoelektrik.

Bahan :Larutan Kolesterol 0,5% dalam kloroform, Asam Sulfat pekat, Asam
Asetat Anhidrida
Alat :Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala
Prosedur Kerja :
1.Siapkan tabung reaksi kering dan bersih
2.Masukkan ke dalam tabung 1 ml larutan kolesterol
3. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrida
4. Tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat
5. Kocok tabung reaksi dengan hati-hati
6. Amati perubahan warna yang timbul (tidak stabil)

Hasil Pengamatan :
Kolestrol (A) terjadi perubahan warna sehingga menjadi warna ungu pucat
maka hasil yang didapatkan yaitu + (positif).

PERCOBAAN PROTEIN
1. UjiReaksi Biuret
Uji biuret merupakan uji identifikasi protein secara umum. Uji ini
digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida pada zat uji.
Ikatan peptida menunjukkan adanya protein karena asam amino
berikatan dengan asam amino lainnya melalui ikatan peptida
membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk
dari ikatan antara atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul
dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lain. Reaksi ini
disebut reaksi kondensasi karena melepaskan molekul air.
Ikatan peptida akan bereaksi dengan pereaksi biuret menghasilkan
perubahan warna. Reaksi positif dari uji biuret ditandai dengan
perubahan warna menjadi ungu atau merah muda. Warna ini terjadi
karena adanya reaksi antara ion Cu2+ pada pereaksi biuret dengan
NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan
peptida (semakin banyak asam amino yang berikatan) maka akan
dihasilkan warna ungu dan semakin pendek ikatan peptida (asam
amino yang berikatan lebih sedikit) maka akan dihasilkan warna
merah muda.

Bahan :
Larutan putih telur, Larutan NaOH 10%, Larutan CuSO4 0,5%

Alat :
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala
Prosedur Kerja :
• Siapkan satu buah tabung reaksi yang bersih dan kering
• Masukkan 2 ml larutan putih telur ke dalam tabung reaksi
• Tambahkan 2 ml larutan NaOH 10% dan kocok perlahan hingga
tercampur
• Teteskan secara perlahan sedikit demi sedikit larutan CuSO 4 ke dalam
tabung tersebut hingga muncul perubahan warna
• Amati perubahan warna yang terjadi

Hasil Pengamatan :
Larutann putih telur,larutannya berubah warna menjadi warna biru dan
ungu pekat maka hasil yang didapatkan yaitu + (positif).
2. Uji Reaksi Ninhidrin
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya asam amino dalam
zat yang diuji. Ninhidrin merupakan senyawa kimia oksidator kuat
yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam asam amino.
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan
satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2.
Ninhidrin yang telah bereaksi membentuk hidrindantin. Hasil positif
ditandai dengan terbentuknya kompleks warna biru/keunguan yang
disebabkan oleh molekul ninhidrin dengan hidrindantin yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.

Gambar 17. Reaksi pembentukan kompleks pada uji Ninhidrin


Bahan :Larutan putih telur, Larutan Ninhidrin
Alat :Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, penangas air

Prosedur Kerja :
1. Siapkan satu buah reaksi yang bersih dan kering
2. Masukkan 3 ml larutan putih telur ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 10 tetes larutan ninhidrin
4. Letakkan tabung reaksi tersebut pada penangas air mendidih selama 10
menit
5. Amati perubahan warna biru/keunguan yang terbentuk

Hasil Pengamatan :
Larutan putih telur pada saat sebelum dipanaskan, berwarna bening.
Namun,ketika sesudah dipanaskan, warnanya menjadi putih dan sedikit warna
kuning di tengah maka hasilnya yaitu + (positif).

3. Uji Pengendapan Protein


Uji ini bertujuan untuk melihat salah satu sifat protein, yaitu denaturasi. Denaturasi
adalah proses perubahan konformasi molekul sehingga menyebabkan terjadinya
koagulasi atau penggumpalan. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi adalah perubahan suhu, pH, reaksi dengan dengan senyawa lain,
misalnya ion logam berat dan asam organik. Protein yang tercampur dengan logam
berat akan mengalami denaturasi karena ion logam tersebut akan memutuskan
jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam
proteinat. Proses denaturasi ini bersifat irreversible (tidak bisa kembali).

Bahan :Larutan putih telur, Larutan CuSO4 5%, Larutan asam sulfosalisilat 10%
Alat :Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes skala

Prosedur Kerja :
1.Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2.Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 5 ml larutan putih telur
3.Pada tabung reaksi I tambahkan larutan CuSO 4 5% tetes demi tetes dan
amati endapan yang terbentuk
4.Pada tabung reaksi II tambahkan larutan asam sulfosalisilat 10% tetes
demi tetes dan amati endapan yang terbentuk

Hasil Pengamatan :
1. Larutan putih telur yang ditambahkan CuSO4: terjadi koagulasi pada putih
telur, dan perubah warna menjadi biru keunguan maka hasilnya yaitu +
(positif).

2. Larutan putih telur yang ditambahkan asam sulfosalisilat 10%: Terjadi


koagulasi pada putih telur, terdapat endapan berwarna putih maka hasilnya
yaitu + (positif).

BAB III
KESIMPULAN

KESIMPULAN UJI KARBOHIDRAT

1. Uji Molisch
Berdasarkan percobaan pada uji ini diperoleh data bahwa semua larutan uji ketika
direaksikan dengan pereaksi Molisch, dapat membentuk kompleks cincin berwarna
ungu. Kemudian,semua larutan yang dicampurkan menunjukkan hasil yang positif.
2. Uji Benedict
Berdasarkan percobaan pada uji ini, suatu gula reduksi dapat dibuktikan dengan
terbentuknya endapan yang berwarna merah bata. Selain itu,glukosa juga
memberikan hasil positif.Sifat basa yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini
dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat. 3. Uji Barfoed
Berdasarkan percobaan pada uji ini, diperoleh data bahwa suatu monosakarida
dapat dibedakan dengan disakarida yang dapat diamati dari terbentuknya endapan
merah bata dan perubahan warna pada larutan. Pada dsarnya Disakarida dengan
konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif oleh karena itu, larutan uji
disakarida tidak membentuk warna merah. 4. Uji Hidrolisis Pati
Uji hidrolisis pati adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya karbohidrat
kompleks (polisakarida) dan mengetahui proses hidrolisis polisakarida menjadi
disakarida atau monosakarida. Dengan adanya prubahan warna yang berangsur
menjdadi putih ini membuktikan bahwa larutan pati mengandung karbohidrat
kompleks yang terhidrolisis.
KESIMPULAN UJI LIPID

1. Uji Kelarutan Lemak


Berdasarkan percobaan pada uji ini pelarut yang digunakan adalah aquades,
alkohol, dan eter. Pada hasil pengamatan menunjukkan sampel yang dilarutkan
dalam pelarut aquades tidak terlarut. Hal ini terjadi karena sifat lipid yaitu tidak
bisa larut dalam pelarut polar (air), tetapi bisa larut dalam pelarut non-polar,
Sehingga lipid tidak bisa larut dalam air karena air memiliki sifat yang polar. Pada
pelarut alkohol tidak ada yang larut. Sedangkan pada pelarut eter minyak kelapa
dapat larut karena eter adalah pelarut organic yang non-polar.
2. Uji Penentuan Ikatan Jenuh
Berdasarkan percobaan pada uji ini,digunakan untuk menentukan ada tidaknya
ikatan jenuh pada rantai asam lemak. Reaksi yang terjadi adalah adanya adisi oleh
KMnO4 yang menggantikan posisi pada ikatan rangkap,sehingga ikatan rangkap
pada molekul menjadi berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Reaksi ini
ditandai dengan hilangnya warna larutan KMnO4/ Iodium. 3. Uji Lieberman-
Burchard
Berdasarkan percobaan pada uji ini merupakan uji kualitatif untuk
mengidentifikasi kolesterol dengan cara menambahkan asam sulfat ke dalam
campuran,maka molekul air dari gugus kolesterol akan berpindah dan membentuk
3,5-kolestadiena. Sehingga menjadi polimer yang mengandung kromofor yang
berwarna hijau. Reaksi ini merupakan dasar penentuan kolesterol dalam serum
secara kolorimetri fotoelektrik.

KESIMPULAN UJI PROTEIN

1. Uji Reaksi Biuret


Berdasarkan percobaan pada uji ini,sampel uji mengalami perubahan warna.
Perubahan warna tersebut, menunjukkan bahwa di dalam sampel tersebut terdapat
ikatan peptida yang menggabungkan asam amino yang satu dengan yang lainnya.
2. Uji Reaksi Ninhidrin
Berdasarkan percobaan pada uji ini,digunakan untuk mengidentifikasi adanya asam
amino dalam zat yang diuji. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks
warna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dengan hidrindantin
yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. 3. Uji
Pengendapan Protein
Berdasarkan percobaan pada uji ini,untuk sampel putih telur saat diberikan CuSO4
sampel mengalami perubahan warna menjadi biru keunguan hal ini membuktiakn
adanya kandungan protein pada larutan,kemudian pada sampel yang diberikan
asam Sulfosalisilat terjadi koagulasi atau terjadinya penambahan zat kimia hal ini
terjadi karena asam sulfosalisilat memiliki Ph yang bersifat asam sehingga
mengakibatkan denaturasi pada sampel.
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/7ef6b6bab5224263afe23
dd81576408d.pdf

http://repo.unsrat.ac.id/2031/1/LIPIDA.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUAR
GA/197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA'ADAH/PROTEIN.pdf

Penuntun Biokimia Biomedik II Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran 2020


PRAKTIKUM BIOKIMIA
SPEKTROFOTOMETRI
BIOMEDIK II

BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis


yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV
dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun
yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai batuan
dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu
perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorbsi
energy radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya
pengukuran ciri-ciri serta kuantitatipnya dengan ketelitian yang besar. (R. A.
Day and Underwood, 2001)
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. (Wanibesak, 2011)
Pada saat ini telah dikembangkan berbagai macam spektrometer baik
yang berbiaya mahal yang telah diproduksi secara umum oleh beberapa
perusahaan. 9 Untuk aplikasi medis, astronomi dan yang lain. Ada juga yang
berbiaya murah seperti spektrometer dengan grating yang dikembangkan oleh
linghliting sciences Canada yang dapat digunakan sebagai instrument
pengukuran optik, untuk mengukur spektrum cahaya dari beberapa sumber
cahaya. Spektrofotometri merupakan alat yang teliti sebagai pilihan untuk
analisis kwalitatip dan kwantitatip. (Lighting Sciences Canada Ltd, 2008)
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari
spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.Jadi
spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. (SM Khopkar, 1990)
Spektrofotometri dapat dianggap perluasan suatu pemeriksaan visual
yang dengan studi, lebih mendalam dari absorbsi energi radiasi oleh
macammacam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran cirri
cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitianya dengan ketelitian yang lebih
besar.(R.A.Day.IR/A.I. Underwood, 1993).
Teknik ini biasanya meliputi dua metode yaitu metode absorbansi tinggi
dan metode absorbansi renda. Yang pertama digunakan untuk analisis larutan
yang sangat pekat, sedangkan absorbansi rendah digunakan untuk larutan yang
sangat encer. Pada kedua teknik tersebut, konsentrasi sekali tidak dipengaruhi
oleh perubahan luar (Kopkar).
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode
ini memberikan metode sangat sederhan auntuk menetapkan kuantitas zat
yang sangat kecil (Anonim, 1979). Spektrofotometri menyiratkan pengukuran
jauhnya penyerapan energy 12 cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai
suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu ( Day
and Underwood, 2001).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur trasmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap
13 cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau
warna terbentuk. Secara garis besar Spektrofotometer terdiri dari 4 bagian
tertentu :
a. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya pada Spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan insentitasnya tinggi.
b. Monokromator
Momokromator adalah alat yang berfungsi untuk mengerakkan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang berbeda (terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet Spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat
contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwarsa,
plexigalass, kaca,plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1
cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai kuvet kwarsa atau
plexiglass. Sedangkan kuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca
mengabsorbsi sinar UV. Semua macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran
di daerah sinar tampak (Visible). (SM Kopkar,1990).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang, detector akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam
bentuk jarum penunjuk atau angka digital.

Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya (monokrommatik


maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan sebagian diserap dalam medium itu dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam
nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

Tujuan : Menentukan panjang gelombang dengan serapan maksimum.


Dasar Teori : Suatu zat warna dapat menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu.

Alat: Spektrofotometer type RD-60,pipet volume skala 10-100 dan


2001000,yellow tip,blue tip,tabung merah,sentrifus,masker,gelas
reaksi,handscoon steril.

Bahan : Sampel darah yang diambil dari perwakilan kelompok kami (sudah
dipisahkan anatara serum dan darah),reagen 1 (kolestrol) 1000 ml,aquadest

Prosedur Kerja :
A. PERSIAPAN AWAL
1. Periksa dirigen pembuanga/limbah kosongkan jika penuh.
2. Nyalakan alat spektrofotometer type RD-60 dengan menekan tombol
dibagian belakang alat.
3. Diamkan alat tersebut hinga panas dan memakan waktu sekitar 15 menit.
4. Lakukan maintenance,kemudian masukkan aquadest ke selang penghisapan
kemudian tekan tombol wash. B. JALANKAN ALAT
1. Dari menu paling utama dari alat kemudian tekan ENTER.
2. Setelah itu,tekan PERFORM TEST.
3. Kemudian,pilih PARAMETER.
4. Baca BLANK REAGENT lalu tekan tombol tombol warna hijau.
Kemudian,tekan YES untuk pembacaan BLANK dan tekan NO untuk
mengabaikannya.
5. Setelah itu,baca STANDARD dengan menekan tombol warna hijau.
Kemudian,tekan YES untuk pembacaa standard dan tekan NO untuk
mengabaikannya.
- STANDARD harus dijalankan jika alat pertama kali dipasang.
-STANDARD harus dijalankan apabila buka botol/kemasan yang baru jika
ganti lot reagen.
6. Setelah itu,baca sampel dari pasien dengan menekan tombol yang
berwarnaa hijau berada tepat dibawah selang pengisapan.
C. MEMATIKAN ALAT
1. Lakukan kembali maintenance,kemudian masukkan aquadest ke selang
pengisapan.
2. Lalu, matikan alat tersebut.

Hasil Pengamatan :
Kadar kolesterol plasma darah dari pasien

Nama pasien Kadar Kolestrol Normal Hiperkolestrolemia


No.
Nn.Sabina 897 mg/dL - +
1. Naziyah
Pembahasan:
Dari hasil pengamatan dan berdasarkan landasan teori,pasien yang
berates nama Nn. Sabina Naziyah dikategorikan sebagai pasien yang tidak
normal dikarenakan pasien ini mengalami hiperkolestrolemia. Dari hasil
pengamatan ini juga dapat dilihat bahwa keakuratan hasil ini belum bias
dikatakan 100% benar. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pemeriksaan
bisa saja dapat terjadi kesalahan. Untuk pengujian spektrofotometer ini belum
sepenuhnya akurat,karena dalam proses pemeriksaan bisa saja terjadi kesalahan
human error ataupun dari alat spektrofotometer type RD-60 sendiri. Kesalahan
yang terjadi bisa disebabkan oleh waktu inkubasi yang tidak tepat, sentrifus
yang tidak sesuai waktu pada saat pengambilan serum/plasma dengan pipet
yang salah atau kurang tepat sehingga memungkinkan serum/plasma
tercampur dengan darah, serum/plasma belum benar-benar terpisah dengan
darah dan berbagai hasil lainnya.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang di uji dapat diberi kesimpulan bahwa


spectrometer merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kadar kolestrol plasma darah. Kemudian,pengujian dari spektrofotometer
belum sepenuhnya akurat karena dalam proses pemeriksaan bisa saja terjadi
kesalahan. Salah satu penyebab terjadi kesalahan yaitu waktu inkubasi yang
tidak tepat.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61183/S
pektrof otometri.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Penuntun Biokimia Biomedi II hal 7.

Anda mungkin juga menyukai