Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fashabilla Firstlanda Jasmine

NIM : 432022718029
Prodi/Semester: Farmasi/3A

UJI KUALITATIF LIPID (UJI KELARUTAN DAN UJI KETIDAKJENUHAN)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu membedakan tingkat kelarutan lipid pada beberapa pelarut.
2. Mahasiswa mampu membedakan jenis lipid berdasarkan sifat ketidakjenuhannya.
3. Mahasiswa mampu membedakan beberapa jenis lipid berdasarkan kandungan
kolestrolnya.
B. HASIL PRAKTIKUM
1. Uji Kelarutan
Sampel Warna Setelah + Setelah + Setelah +
sampel aquadest etanol kloroform
Minyak Kuning
sawit jernih

Mentega Oranye
cair pekat

Aquadest Bening
Pembahasan Hasil Uji kelarutan:
- Lipid adalah senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang terdiri atas
atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid memilki peranan penting dalam
tubuh, yaitu berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut air, sebagai
sumber energi yang efisien, serta sebagai sumber asam lemak esensial. Sifat-
sifat lipid adalah senyawa ini larut dalam pelarut elarut organik seperti
aseton, alkohol, kloroform, eter, dan benzene dan tidak larut dalam dalam
air. Jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam ialah lemak atau
triasilgliserol yang bersifat hidrofobik nonpolar (Bintang, 2013).
- Hasil uji kelarutan untuk minyak sawit dalam aquadest menunjukkan hasil
negative hal ini dikarenakan terbentuknya dua fase dengan fase minyak berada
pada fase atas dan aquadest berada pada fase bawah atau larutan tidak
homogen. Minyak atau Lipid didefinisikan sebagai senyawa organic yang
terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic
non-polar. Minyak merupakan senyawa yang memiliki sifat non-polar,
sehingga hanya bisa larut dalam pelarut non-polar (Arianing, 2018).
- Hasil uji kelarutan untuk mentega cair dalam aquadest menunjukkan hasil
negative hal ini dikarenakan terbentuk dua fase dengan fase mentega berada
pada fase atas dan aquadest berada pada fase bawah sehingga larutan tidak
tercampur secara homogen. Mentega merupakan lipid yang terbuat dari lemak
hewani, senyawa ini memiliki sifat non-polar. Aquadest merupakan pelarut
organic yang memiliki sifat polar. Kelarutan dapat terjadi apabila keduanya
memiliki sifat yang sejenis, itulah hal yang menyebabkan terbentuknya dua
fase (Herlina, 2020).
- Hasil uji kelarutan untuk aquadest dalam aquadest menunjukkan hasil positif
hal ini dikarenakan tidak terbentuknya dua fase larutan dan larutan tercampur
secara homogen. Keduanya memiliki sifat yang sama yaitu polar. Sesuai
dengan ketentuan atau prinsip kelarutan, bahwa pelarut akan melarutkan
senyawa sejenisnya (Mafira, 2018).
- Hasil uji kelarutan untuk minyak sawit dalam etanol menunjukkan hasil
negative hal ini dikarenakan terbentuknya dua fase dengan fase atas
merupakan etanol dan fase bawah merupakan minyak sawit. Etanol
merupakan pelarut organic yang memiliki sifat semi-polar, sedangkan minyak
sawit merupakan senyawa yang memiliki sifat non-polar. Asam lemak yang
terkandung dalam minyak cederung larut dalam pelarut non-polar. (Suleman,
2019)
- Hasil uji kelarutan untuk mentega cair dalam etanol menunjukkan hasil
negative hal ini dikarenakan terbentuknya dua fase dengan fase atas adalah
etanol dan fase bawah adalah mentega cair. Etanol merupakan pelarut organic
yang memiliki sifat semi-polar. Mentega cair merupakan lemak susu yang
berasal dari lemak hewani, sehingga mentega memiliki sifat non-polar.
Perbedaan sifat antara kedua sampel yang menyebabkan terbentuknya dua
fase. Sesuai prinsip kelarutan like dissolve like pelarut organic hanya akan
melarutkan senyawa yang memiliki sifat sejenis (Hermanto, 2017).
- Hasil uji kelarutan untuk aquadest dalam etanol menunjukkan hasil negative
hal ini dikarenakan terbentuknya dua fase dengan fase atas merupakan etanol
dan fase bawah merupakan aquadest sehingga larutan tidak tercampur secara
homogen. Etanal merupakan pelarut organic yang memiliki sifat semi-polar,
sedangkan aquadest merupakan pelarut yang bersifat polar. Perbedaan sifat
antara kedua sampel yang menyebabkan keduanya tidak dapt bercampur
secara homogen (Hidayanto, 2017).
- Hasil uji kelarutan untuk minyak sawit dalam kloroform menunjukkan hasil
positif hal ini dikarenakan tidak terbentuknya dua fase atau larutan tercampur
secara homogen. Hal ini menunjukkan bahwa lipid larut dalam pelarut
nonpolar seperti kloroform. Lipid memiliki karakterisitk biomolekul organic
yang tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dpat diekstraksi dengan pelarut
non-polar seperti kloroform (Estiasih, 2019).
- Hasil uji kelarutan untuk mentega cair dalam kloroform menunjukkan hasil
positif hal ini dikarenakan tidak terbentuknya dua fase atau larutan tercampur
secara homogen. Kelarutan suatu lipid dipengaruhi oleh jenis senyawa yang
bereaksi, polar atupun nonpolar. Lipid yang bersifat nonpolar akan larut di
dalam bahan pelarut yang bersifat non polar. Pelarut yang dapat melarutkan
lipid diantaranya kloroform (Riawan, 2016).
- Hasil uji kelarutan untuk aquadest dalam kloroform menunjukkan hasil
negative hal ini dikarenakan terbentuknya dua fase dengan fase atas adalah
kloroform dan fase bawah adalah fase aquadaest. Kloroform merupakan
pelarut non-polar sedangkan aquadest merupakan pelarut polar. Perbedaan
sifat antara kedua sampel yang menyebabkan keduanya tidak dapat tercampur
secara homogen sesuai dengan prinsip kelarutan (Diandra, 2021).

2. Uji ketidakjenuhan
Sampel Warna Warna Larutan + Warna Larutan +
Sampel kloroform + sampel kloroform + Iodium +
sebelum dikocok sampel setelah dikocok
Minyak Kuning Kuning jernih + Kuning jernih + Merah muda
sawit jernih merah muda tetap ada sedikit

Mentega Oranye Oranye pekat +


cair pekat merah muda Oranye pekat + merah muda
menghilang

Aquades Bening Bening + merah Bening + merah muda tetap


muda ada dan tidak tercampur

Pembahasan Hasil Uji ketidakjenuhan:


- Lipid adalah Lipid merupakan golongan senyawa organik kedua yang
menjadi sumber makanan dan kira-kira 40% dari yang manusia makan setiap
hari. Sifat-sifat lipid adalah senyawa ini larut dalam pelarut non polar
seperti kloroform, karbon disulfida dan lainnya, karena semakin panjang rantai
asam lemak kelarutan dalam air akan berkurang. Tidak larut dalam dalam air
. Asam lemak yang terdapat dalam minyak memiliki berat molekul rendah
sehingga jumlah gliseridanya semakin banyak dan menyebabkan bilangan
penyabunan meningkat. Lipid dapat mengalami kerusakan yang ditandai
dengan munculnya perubahan bau dan cita rasa yang disebabkan oleh
pengaruh enzim, pengaruh mikroba, dan reaksi oksidasi oleh oksigen udara.
(Fitriana, 2019).
- Pemberian kloroform dan iodium berfungsi untuk mengetahui jenis asam
lemak dari sampel yang diuji merupakan asam lemak jenuh atau asam lemak
tidak jenuh. Kloroform digunakan sebagai pelarut sampel atau lipid.
Kloroform digunakan karena sifat pelarut tersebut adalah non-polar, sama
dengan sifat lemak yang merupakan senyawa nonpolar. Hal ini sesuai dengan
prinsip kelarutan bahwa senyawa non-polar akan larut dalam senyawa non-
polar. Iodium digunakan sebagai indicator perubahan. Iodium menunjukkan
ketidakjenuhan atau banyaknya ikatan rangkap asam lemak penyusun pada
sampel yang ditandai dengan hilangnya warna merah muda pada sampel
larutan kloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur halogen,
akan mengubah warna larutan unsur halogen (bromin atau iodin) dimana
kondisi tersebut sangat ideal jika dijadikan indicator adanya ikatan rangkap
dalam suatu lautan asam lemak (Wulandari, 2020).
- Hasil uji ketidakjenuhan untuk minyak sawit menunjukkan hasil negatif hal ini
dikarenakan warna merah muda yang tidak hilang setelah dilakukan
pengocokan. Minyak yang memiliki warna kuning jernih Ketika ditambahkan
kedalam larutan kloroform dan iodium menghasilkan warna kuning jernih
dengan sedikit warna merah muda pada larutan. Hal ini menandakan bahwa
Minyak sawit merupakan jenis asam lemak jenuh. Larutan iodium pada
sampel merupakan indicator perubahan. Asam lemak yang terdapat pada
lemak dan minyak mampu menyerap sejumlah iod dan dapat membantuk
senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap atau tidak jenuh. Minyak sawit merupakan lipid
yang berasal dari tumbuhan, dimana asam lemak yang ada didalam minyak
tumbuhan mengandung ikatan rangkap atau tidak jenuh. Namun, proses dalam
pembuatan minyak goreng menyebabkan meningkatnya asam lemak jenuh dan
menurunkan kandungan asam lemak tak jenuh sehingga hasil menunjukkan
negative (Hidayat, 2019).
- Hasil uji ketidakjenuhan untuk mentega cair menunjukkan hasil positif hal ini
dikarenakan hilangnya warna merah muda setelah pengocokan. Sampel
mentega cair yang berwarna oranye pekat Ketika dimasukkan kedalam larutan
kloroform dan iodium kemudian dilakukan pengocokan dan menghasilkan
larutan berwarna oranye dan hilangnya waarna merah muda. Hal ini
menunjukkan bahwa mentega cair merupakan jenis asam lemak tak jenuh.
Pereaksi iodium yang ditambahkan kedalam mentega cair berfungsi untuk
mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya
menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi
menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iodium.
Mentega yang merupakan lipid yang berasal dari lemak hewani, memiliki
kandungan asam lemah selalu jenuh. Mentega terbuat dari susu atau produk
susu (hewani) yang sedikitnya mengandung 80% lemak susu dan lebih mudah
melelh bila diletakkan di suhu ruang. Namun, proses produksi dalam
pembuatan mentega banyak menurunkan kandungan asam lemak jenuh
sehingga meningkatkan kandungan asam lemak tak jenuh. Hasil uji
menunjukkan hasil positif lemak tak jenuh (Zulhemi, 2016).

- Hasil uji ketidakjenuhan untuk aquadest menunjukkan hasil negatif hal ini
dikarenakan warna merah muda yang tidak hilang setelah dilakukan
pengocokan. Uji ketidakjenuhan bertujuan untuk menguji suatu lemak
tergolong ke dalam lemak jenuh atau tidak jenuh. Prinsipnya adalah asam
lemak yang ada dalam lemak hewan selalu jenuh, sedangkan asam lemak yang
ada di dalam minyak tumbuhan mengandung satu atau beberapa ikatan
rangkap (tidak jenuh). Aquadest tidak memiliki kandungan asam lemak
sehingga warna merah muda tetap ada (Lestari, 2020).

DAFTAR PUSTAKA
Arianing, I. F. (2018). Pengaruh Waktu Penggunaan Minyak Goreng Kelapa Sawit Terhadap
KArakterisasi Trigliserida dan Crude Glycerol. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.

Bintang, M. (2013). Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Diandra, A. (2021). Polaritas Pelarut Sebagai Pertimbangan dalam Pemilihan Pelarut


Ekstraksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(4).

Estiasih, T. (2019). Ekstraksi dan Fraksinasi Fosfolipid dari Limbah Minyal Sawit. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, 2(10).

Fitriana, Y. A. (2019). Uji Lipid pada Minyak Kelapa, Margarin, dan Gliserol . Jurnal
SAINTEKS, 16(1).

Herlina, N. (2020). Lemak dan Minyak. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Hermanto, S. (2017). Karakteristik Lemak Hewani Hasil ANalisa FTIR dan GCMS. Jurnal
Ilmiah Sains, 3(7).
Hidayanto, A. P. (2017). Biokimia. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Hidayat, M. S. (2019). Produksi Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit Kasar dengan Variasi
Pengaruh Asam Sulfat. Jurnal Industri Pertanian, 1(3).

Lestari, I. (2020). Penambahan Pelarut Etanol dan Aquadest Pada Ekstrak Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.) Terhadap Bilangan Peroksida dan Bilangan Iodium Minyak
Goreng Curah. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 5(6).

Mafira, N. (2018). Analisis Protein dan Lipid. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Riawan, S. (2016). Kimia Organik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Suleman, N. (2019). Esterifikasi dan Transesterifikasi Sterin Kelapa Sawit Untuk Pembuatan
Biodiesel. Jurnal Teknik, 17(1).

Wulandari, N. (2019). Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Lemak Babi dan Lemak Sapi Hasil
Ekstraksi dengan Menggunakan Variasi Pelarut. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim.

Wulandari, n. (2020). Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Lemak Babi dan Sapi Hasil
Ekstraksi dengan Menggunakan Variasi Pelarut. Malang: Universitas Maulana Malik
Ibrahim.

Zulhemi, A. (2016). Lipid. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai