KELOMPOK 8
Bahan-bahan :
Standar kafein,kloroform, kalsium karbonat, alkohol, amonia, akuades, sampel kopi bubuk.
Alat-alat :
HPLC (Agilent) evaporator (Heidolph), timbangan analitik, tabung reaksi, corong, labu takar, gelas kimia,
erlenmeyer, pipet tetes, corong pisah, gelas ukur, hot plate.
Preparasi Sampel :
Kopi Sebanyak 1 gram bubuk kopi dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan 150 mL akuades
kedalamnya sambil diaduk dan dipanaskan. Larutan kopi panas disaring melalui corong dengan kertas saring ke dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya 1,5 g kalsium karbonat (CaCO3) ditambahkan kedalam larutan sampel. Kemudian larutan
sampel dimasukkan ke dalam corong pisah lalu diekstraksi sebanyak 4 kali, masing-masing dengan penambahan 25
mL kloroform. Lapisan kloroform diambil, kemudian ekstrak yang masih terdapan endapan kalsium karbonat
disentrifugasi. Fase kloroform yang telah diambil diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kafein bebas pelarut
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda batas dan dihomogenkan.
Larutan diencerkan kembali sebanyak 4x. Perlakuan yang sama dilakukan untuk tiap-tiap sampel bubuk kopi dengan
berat 1 gram.
Metode HPLC :
Untuk metode HPLC digunakan eluen air dan metanol dengan perbandingan 3:7. Selanjutnya dibuat kurva standar
yang menghubungkan puncak kromatogram dengan konsentrasi dari masing-masing larutan standar. Kadar kafein
pada tiap-tiap sampel diukur menggunakan HPLC dengan komposisi eluen yang sama dengan standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kuantitatif Kadar Kafein dengan Instrumen HPLC
Biji kopi mengandung kadar kafein yang bebeda-beda, tergantung dari
kondisi geografis dan jenis kopi tersebut. Semakin rendah daerah penanaman
kopi maka semakin banyak kadar kaefein dalam kopi tersebut. Pada ketinggian
rendah intensitas cahaya matahari masih tinggi serta suhu udara juga tinggi.
Sehingga proses fotosintesis akan berjalan secara maksimal. Senyawa
metabolit sekunder akan dihasilkan maksimal jika proses fotosintesis terjadi
maksimal, salah satu senyawa metabolit sekunder adalah kafein. Semakin besar
laju fotosistesis maka semakin banyak kafein yang dihasilkan Berdasarkan
hasil penelitian Artanti (2016) diperoleh kandungan kafein pada biji kopi yang
ditanam pada ketinggian yang lebih rendah sebesar 559,35384 mg/gram,
sedangkan di ketinggian yang lebih tinggi kadar kafein diperoleh sebesar
185,194022 mg/gram. Analisis kadar kafein dapat dilakukan dengan metode
analisis HPLC. Data hasil pengujian sampel kopi menggunakan instrument ini
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :