Anda di halaman 1dari 8

REVIEW ARTIKEL

ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN DALAM KOPI


TRADISIONAL GAYO DAN KOPI LOMBOK
MENGGUNAKAN HPLC

KELOMPOK 8

MUHAMMAD RIZKY WICAKSONO (050218A140)

AMELIA EKAWATI (050218A016)

MEGA NURMA JUNIARTI (050116A054)

ILHAM BAGUS PANUNTUN (050218A267)


PENGERTIAN HPLC

• HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai


dengan tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk
memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu.
Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam
(stasioner).
• Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap
senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu.
• Prinsip dasar dari HPLC adalah memisahkan setiap komponen dalam sample untuk
selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing
komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama yang menjadi krusial
point dalam metode HPLC. Yang pertama adalah proses separasi/pemisahan dan yang
kedua adalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan proses analisa.
REVIEW ARTIKEL

ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN DALAM KOPI TRADISIONAL GAYO DAN KOPI


LOMBOK MENGGUNAKAN HPLC
PENDAHULUAN :
Kafein merupakan senyawa turunan alkaloid yang dapat ditemukan dalam kopi, teh dan
minuman kemasan lainnya. Kelebihan kafein dapat menyebabkan sakit kepala, munculnya
perasaan was-was dan cemas, serta dapat menimbulkan gangguan pada lambung dan
pencernaan. Oleh karena itusangat dianjurkan untuk tidak mengonsumsi kafein melebihi batas
yang diperbolehkan. Penduduk Indonesia sangat dominan mengonsumsi kopi dan kini kopi
tradisional di tiap daerah telah menjadi khas utama suatu daerah seperti kopi Gayo yang berasal
dari Aceh dan kopi Lombok. Minimnya informasi kandungan kafein dalam kopi tradisional,
berakibat tidak terkontrolnya konsumsi kafein pada para penikmat kopi tradisional
Penelitian ini bertujuan :
Untuk menganalisis kandungan kafein dalam kopi tradisional Gayo dan Kopi Lombok
Metode analisis : HPLC

Bahan-bahan :

Standar kafein,kloroform, kalsium karbonat, alkohol, amonia, akuades, sampel kopi bubuk.

Alat-alat :

HPLC (Agilent) evaporator (Heidolph), timbangan analitik, tabung reaksi, corong, labu takar, gelas kimia,
erlenmeyer, pipet tetes, corong pisah, gelas ukur, hot plate.

Preparasi Sampel :

Kopi Sebanyak 1 gram bubuk kopi dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan 150 mL akuades
kedalamnya sambil diaduk dan dipanaskan. Larutan kopi panas disaring melalui corong dengan kertas saring ke dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya 1,5 g kalsium karbonat (CaCO3) ditambahkan kedalam larutan sampel. Kemudian larutan
sampel dimasukkan ke dalam corong pisah lalu diekstraksi sebanyak 4 kali, masing-masing dengan penambahan 25
mL kloroform. Lapisan kloroform diambil, kemudian ekstrak yang masih terdapan endapan kalsium karbonat
disentrifugasi. Fase kloroform yang telah diambil diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kafein bebas pelarut
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda batas dan dihomogenkan.
Larutan diencerkan kembali sebanyak 4x. Perlakuan yang sama dilakukan untuk tiap-tiap sampel bubuk kopi dengan
berat 1 gram.

Metode HPLC :

Untuk metode HPLC digunakan eluen air dan metanol dengan perbandingan 3:7. Selanjutnya dibuat kurva standar
yang menghubungkan puncak kromatogram dengan konsentrasi dari masing-masing larutan standar. Kadar kafein
pada tiap-tiap sampel diukur menggunakan HPLC dengan komposisi eluen yang sama dengan standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kuantitatif Kadar Kafein dengan Instrumen HPLC
Biji kopi mengandung kadar kafein yang bebeda-beda, tergantung dari
kondisi geografis dan jenis kopi tersebut. Semakin rendah daerah penanaman
kopi maka semakin banyak kadar kaefein dalam kopi tersebut. Pada ketinggian
rendah intensitas cahaya matahari masih tinggi serta suhu udara juga tinggi.
Sehingga proses fotosintesis akan berjalan secara maksimal. Senyawa
metabolit sekunder akan dihasilkan maksimal jika proses fotosintesis terjadi
maksimal, salah satu senyawa metabolit sekunder adalah kafein. Semakin besar
laju fotosistesis maka semakin banyak kafein yang dihasilkan Berdasarkan
hasil penelitian Artanti (2016) diperoleh kandungan kafein pada biji kopi yang
ditanam pada ketinggian yang lebih rendah sebesar 559,35384 mg/gram,
sedangkan di ketinggian yang lebih tinggi kadar kafein diperoleh sebesar
185,194022 mg/gram. Analisis kadar kafein dapat dilakukan dengan metode
analisis HPLC. Data hasil pengujian sampel kopi menggunakan instrument ini
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

no sampel kadar kafein (mg/gr) % Kadar

1 kopi gayo 8,10 0,81

2 kopi lombok 14,07 1,40

3 kopi kemasan 14,08 1,40


• Hasil analisis tabel diatas menunjukkan bahwa kandungan kafein pada kopi
tradisional (gayo & Lombok) memiliki kadar kafein yang lebih rendah dibandingkan
dengan kopi kemasan walaupun hasil yang didapat tidak berbeda jauh . Pemisahan
senyawa menggunakan HPLC dilakukan berdasarkan perbedaan kepolaran suatu
molekul. HPLC yang digunakan bekerja dengan system reverse phase dengan jenis
kolom Rcyl C-18 dan menggunakan metanol & air sebagai eluen. Senyawa yang
bersifat non polar akan tertahan di kolom sedangkan senyawa yang bersifat polar akan
terbawa oleh eluen dan keluar terlebih dahulu. Dalam analisis yang dilakukan, kafein
yang dianalisis muncul pada waktu retensi 3,27-3,39 menit. Dalam proses analisis
menggunakan HPLC, kafein yang dianalisis dilewatkan terlebih dahulu melalui
kolom yang didalamnya terjadi proses pemisahan terlebih dahulu. Sehingga bias
diasumsikan bahwa kafein yang dihasilkan lebih murni dengan menggunakan HPLC.
KESIMPULAN

• berdasarkan analisis menggunakan HPLC kadar kafein pada


kopi gayo, kopi Lombok dan kopi kemasan adalah 8,10
mg/gram, 14,07 mg/gram dan 14,08 mg/gram.

Anda mungkin juga menyukai