Abstrak
Abstract
Key words: Green Tea, Oolong Tea, Black Tea Catechin, UV-Visible
Spectrophotometri
PENDAHULUAN
Teh adalah bahan minuman penyegar yang sudah lama dikenal dan
sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa
kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa
dan aroma yang memuaskan peminumnya. Sehingga sampai saat ini, teh
adalah salah satu minuman penyegar yang banyak diminati. Selain
sebagai bahan minuman, teh juga banyak dimanfaatkan untuk obat-
obatan dan kosmetik (Diah Indarti, 2015).
Katekin merupakan salah satu metabolit sekunder yang terkandung
dalam daun teh. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan
atau disintesa pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat
pertumbuhan atau stress tertentu (karori et al, 2007). Selain itu senyawa
katekin juga berperan dalam menentukan sifat produk teh seperti rasa,
warna dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan kafein,
protein, peptida, ion tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa
senyawa kompleks yang sangat berhubungan dengan rasa dan aroma.
Katekin menentukan warna seduhan terutama terutama pada teh hitam,
pada proses oksidasi enzimatis (fermentasi) sebagian katekin terurai
menjadi senyawa theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan
senyawa thearubigin yang berperan memberi warna merah kecoklatan
selama proses pengolahan teh kandungan katekin akan berkurang.
Kandungan katekin akan mengalami penurunan akibat proses pelayuan,
oksidasi enzimatis, penggilingan dan pengeringan.
Katekin teh bersifat antimikroba (bakteri dan virus), antioksidan,
antiradiasi, memperkuat pembuluh darah, melancarkan sekresi air seni,
dan menghambat pertumbuhan sel kanker (Tariq & Reyaz, 2012;
Aigbodion & Marcell, 2013). Keunggulan ini dapat memberikan efek yang
menguntungkan dibidang kesehatan khususnya farmasi karna selain
Metodologi Penelitian
teh hijau, teh oolong, dan teh hitam dilakukan beberapa tahap. Pada
tahap pertama proses yang dilakukan yaitu ekstraksi dengan cara
penyeduhan menggunakan 3 variasi suhu yaitu pada suhu 75, 85, dan 95 0
C dan 3 variasi waktu yaitu 5, 10, dan 15 menit. Pada proses ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu dan lamanya penyeduhan yang
dibutuhkan sehingga katekin yang terdapat dalam teh dapat tersari secara
maksimal.
Pada tahap selanjutnya yaitu proses identifikasi senyawa katekin
pada air seduhan teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Pada identifikasi
katekin dilakukan dengan menggunakan reagen FeCl 3 dan steasny
(Formaldehide 20% dan HCL Pekat 2:1) serta profil spektrofotometer UV-
Vis dari masing-masing sampel. Katekin merupakan senyawa polifenol
yang dapat terbentuk kompleks antara gugus –OH fenol dari sampel
dengan adanya Fe 3+ (besi) yang ditandai dengan terbentuknya
perubahan warna kompleks menjadi hijau, biru atau merah ke hitaman
(Ryanata, 2014). Tabel 1 menunjukkan adanya perubahan warna yang
terjadi pada masing-masing sampel dengan menggunakan metode
esktraksi yang berbeda.
Berdasarkan dari hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel
memberikan reaksi positif terbentuk kompleks warna hijau kehitaman
dan merah jingga dengan penambahan pereaksi FeCl 3 1%. Reaksi
tersebut menunjukkan adanya gallokatekin (Ryanata et al 2014 dan
Fajrina dkk 2017). Hasil tersebut juga diperkuat dengan
menggunakan pereaksi steasny (formaldehid 20%:HCl p (2:1))
yang menunjukkan adanya perubahan warna merah kehitaman.
Adanya perubahan warna dari sampel menunjukkan positif
mengandung tannin katekin (Fajrina dkk, 2017 dan Djamal, 2010).
Berdasarkan pada hasil identifikasi dengan menggunakan pereaksi
kimia menunjukkan bahwa pada teh hijau, teh oolong dan teh hitam
dari indonesia, china dan taiwan kemasan hasil seduhan positif
mengandung katekin.
Tabel 1. Kadar katekin dari teh hitam, teh oolong dan teh hijau
Metode Sampel Perubahan warna UV spectra
FeCl3 Steasny Hasil λmax Hasil **
*
(nm)
Seduhan 1A Cokl Merah + 277 EGCG
dengan at Kehitaman
air 1B Cokla Merah + 274 EGCG
t Kehitaman
1C Cokla Merah + 268 ECG
t Kehitaman
2A Cokla Merah + 275 EGCG
t Kehitaman
2B Cokla Merah + 274 EGCG
t Kehitaman
2C Cokla Merah + 273 EGCG
t Kehitaman
3A Cokla Merah + 274 EGCG
t Kehitaman
3B Cokla Merah + 275 EGCG
t Kehitaman
3C Cokla Merah + 273 EGCG
t Kehitaman
Standar Hijau Endapan Merah + 280 Kateki
Kehit Jingga n
aman
Keterangan: Sampel 1A (Teh Hitam Indonesia), 1B (Teh Hitam China),
1C (Teh Hitam Taiwan), 2A (Greentea Indonesia), 2B (Greentea
China), 2C(Green Tea Taiwan), 3A (Teh Oolong Indonesia), 3B (Teh
Oolong China), 3C (Teh Oolong Taiwan). *(+) sampel positif
Indonesia Indonesia
Taiwan Taiwan
China China
A B
Indonesia
Taiwan
China
C
Selain itu, pada identifikasi jenis katekin dalam sampel masing-
masing teh juga dilakukan dengan menggunakan spektrofotmeter UV-
Vis. Spektrum serapan dari berbagai produk teh hijau, teh oolong dan
teh
Teh hitam kemasan yang diukur menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada rentang panjang gelombang 200-400 nm dengan
konsentrasi masing-masing sampel 0,5%. Spektra UV direkam pada
Gambar 1. Spektra UV-Visible dari beberapa sampel teh. (A) teh hitam,
(B) teh oolong, (C) teh hitam
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.01536 x + 0.0299999999999999
0.6 R² = 0.995416343200459
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi Larutan Standard
10 10,15 ± 0,51
15 15,72 ± 0,02
85** 5 12,84 ± 0,49
10 7,26 ± 0,46
15 14,85 ± 2,62
95** 5 7,86 ± 0,48
10 13,52 ± 0,43
15 15,75 ± 0,008
China a c Green Tea* 75** 5 12,07 ± 0,98
10 24,08 ± 0,17
15 11,71 ± 3,70
85** 5 10,03 ± 0,35
10 28,46 ± 2,24
15 10,31 ± 0,22
95** 5 27,61 ± 2,13
10 24,08 ± 0,17
15 17,98 ± 3,67
China a c Teh Oolong* 75** 5 10,08 ± 1,85
10 9,07 ± 1,26
15 11,99 ± 1,70
85** 5 17,85 ± 2,94
10 23,77 ± 0,72
15 23,06 ± 1,50
95** 5 24,70 ± 1,55
10 25,48 ± 1,15
15 24,07 ± 1,03
15 7,75 ± 0,25
85** 5 7,42± 0,15
10 7,33 ± 0,90
15 7,44 ± 1,06
95** 5 36,21 ± 0,51
10 35,07 ± 0,23
15 32,22 ± 0,19
Taiwan a b Green Tea* 75** 5 7,22 ± 0,86
10 8,47± 0,94
15 8,47 ± 0,94
85** 5 10,31 ± 2,77
10 19,90 ± 0,82
15 19,90 ± 0,82
95** 5 20,16 ± 0,86
10 26,43 ± 2,08
15 26,43 ± 2,08
Taiwan a b Teh Oolong* 75** 5 9,54 ± 1,19
10 15,23 ± 0,30
15 10,49 ± 0,14
85** 5 14,28 ± 0,34
10 21,95 ± 0,65
15 15,68 ± 0,82
95** 5 36,21 ± 0,51
10 35,07 ± 0,23
15 32,22 ± 0,19
Kesimpulan
Disimpulkan bahwa sampel teh hijau Indonesia memiliki kadar
katekin tertinggi 32,25±3,05 pada suhu 950 c diikuti dengan sampel teh
oolong China memiliki kadar katekin tertinggi 25,48±1,15 pada suhu 950c
dan teh hitam Taiwan memiliki kadar terendah 36,21±0,51.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang anallisis aktivitas
antioksidan untuk mengetahui tingkatan aktivitas antioksidan pada
masing-masing teh.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah A.N., 2006.”Taklukan Penyakit dengan teh hijau”. PT.
Agromedia Pustaka: Tangerang.
Andriyani D, Utami PI, Dhiani BA. 2010 “Penetapan Kadar Tanin Daun
Rambutan (Nephelium lappaceum L) Secara Spektrofotometri
Putra, W.S., 2015. Kitab Herbal Nusantara :”Aneka Resep & Ramuan
Tanaman Obat untuk Berbagai gangguan kesehatan”.
Yogyakarta: Katahati.
Redha, Abdi. 2010.”Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan
Peranannya dalam Sistem Biologis”. Jurnal Belian Vol. 9.196-202.