Abstrak
Teh hijau telah lama dipercaya memiliki kandungan antioksidan alami yang tinggi. Penelitian ini untuk
memperoleh cara penyeduhan yang tepat dan identifikasi senyawa bioaktif sebagai antioksidan dalam teh
hijau daun Sonneratia alba. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan faktor suhu dan lama penyeduhan. Penyeduhan terbaik menggunakan suhu 100 oC selama 10 menit
yang menghasilkan total tanin tertinggi sebesar 3,18% dan nilai IC50 terhadap DPPH sebesar 96,5 ppm.
Aktivitas antioksidan (FRAP) sebesar 105 ppm, kadar katekin 0,46% dan total fenol 84,94 mgGAE/g. Teh
hijau daun Sonneratia alba positif terhadap alkaloid, flavonoid, saponin, tanin. Senyawa bioaktif yang diduga
sebagai antioksidan sebagian besar dari famili fenolik.
Abstract
Green tea has long been believed to have high natural antioxidant content. This research is to obtain the
right way of brewing and identification of bioactive compounds as antioxidants in Sonneratia alba green tea
leaves. The experiment was designed using factorial completely randomized design (RAL) with temperature
factor and duration of brewing. The best brewing uses a temperature of 100 oC for 10 minutes which
produces the highest total tannin of 3.18% and IC50 value of DPPH of 96.5 ppm. Antioxidant activity
(FRAP) of 105 ppm, catechin levels 0.46% and total phenols 84.94 mgGAE / g. Green tea leaves of
Sonneratia alba are positive for alkaloids, flavonoids, saponins, tannins. Bioactive compounds that are
suspected as antioxidants are mostly from the phenolic family.
sangat kuat aktivitas antioksidannya. Bahkan menit pada suhu sekitar 80C. Selanjutnya di
sebagai prooksidan, senyawa ini dan cuci dengan air hingga bersih dan terbebas
derivatnya mampu menkelat beberapa logam dari sisa abu sekam, lalu direndam dengan air
yang menginduksi timbulnya stres oksidatif bersih (1:8; b/v) dengan pergantian air setiap
yang bertanggung jawab atas induksi 6 jam sekali selama 48 jam. Setelah
apoptosis sel tumor[4]. perendam, dikeringkan menggunakan oven
Fenolik yang banyak terkandung dalam dengan suhu 70C selama ± 3 jam sampai
teh hijau sebagai antioksidan sangat rentan sampel kering rapuh, dihancurkan dengan
terhadap oksidasi. Penyeduhan yang tepat blender dan dikemas dalam kantong teh.
akan menghasilkan air teh seduhan yang kaya Setiap kemasan berisi sekitar ±2 g serbuk teh.
akan antioksidan. Kadangkala dijumpai Setelah itu dilakukan proses penyeduhan
penyeduhan semalaman untuk memperoleh dengan suhu 70C (A1), 85C (A2) dan
minuman dari teh yang aroma dan warnanya 100C (A3) selama 5 menit (B1), 10 menit
menarik. Namun sering tidak disadari bahwa (B2) dan 15 menit (B3). Selanjutnya
suhu dan waktu penyeduhan sangat dilakukan pengujian kandungan tanin,
menentukan mutu dan kandungan bioaktif aktivitas antioksidan (DPPH) dan fitokimia.
yang terekstrak. Hasil kombinasi perlakuan terpilih dilakukan
Masih banyak masyarakat yang kurang pula uji total fenol dan identifikasi senyawa
memperhatikan dan paham mengenai proses antioksidan dengan LCMS.
penyeduhan. Penelitian ini ditujukan untuk
memperoleh suhu dan lama waktu Uji Kadar Tanin
penyeduhan daun teh hijau daun mangrove Kandungan tanin ditentukan
Sonneratia alba yang tepat. menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dan
ditentukan secara spektrofotometri[5].
MATERIAL AND METHOD Sebanyak 0,1 ml ekstrak dalam labu ukur 10
ml ditambahkan ke 7,5 ml aquades,
Bahan Penelitian ditambahkan reagen Folin-Ciocalteu 0,5 ml
Bahan utama yang digunakan dalam kemudian larutan Na2CO3 35% b/v
penelitian ini adalah daun Sonneratia alba ditambahkan hingga volumenya 10 ml.
yang diperoleh dari Probolinggo. Bahan- Setelah dinkubasi selama 30 menit,
bahan lain yang digunakan dalam penelitian absorbansi diukur pada λ 725 nm. Sebagai
ini meliputi bahan pembuatan teh mangrove, larutan baku digunakan asam galat dan total
seperti air, kantong teh dengan kualitas food tanin dinyatakan sebagai mgGAE/g sampel.
grade, vitamin C, metanol p.a, FeCl3,
reagensia untuk uji fitokimia (Mayer; Mg, Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH
H2SO4 2M, larutan NaOH 2N, larutan HCl Aktivitas antioksidan diuji dengan
2N, asam galat dan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil reagen 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil[6]. Sebanyak
(DPPH) serta bahan kimia untuk analisis 1 mL ekstrak metanol dari teh hijau dengan
laboratoris lainnya. konsentrasi 50 µg/mL. 75 µg/mL, 100 µg/mL,
125 µg/mL dan 150 µg/mL ditambahkan
Prosedur Penelitian kedalam 2 mL DPPH 0,1 mM. Campuran
Percobaan dirancang dengan Rancangan selanjutnya dikocok dan diinkubasi pada
Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 kali suhu kamar selama 30 menit ditempat gelap.
ulangan. Faktor pertama yaitu variasi suhu Larutan ini selanjutnya diukur absorbansinya
penyeduhan (70, 85 dan 100C) dan faktor pada λ 516 nm.
kedua adalah waktu penyeduhan yang terdiri
tiga level yaitu 5, 10 dan 15 menit. Analisis Uji Total Fenolat
data digunakan Anova yang dilanjutkan Total fenol seduhan teh hijau Sonneratia
dengan BNT dengan taraf 5%. alba ditentukan dengan menggunakan reagen
Folin-Ciocalteu[7]. Pengujian total polifenol
Pembuatan Teh Hijau hanya dilakukan pada air seduhan yang
Daun segar Sonneratia alba diblanching terkuat aktivitas antioksidannya. 250 μl
dengan cara merebus daun dalam campuran masing-masing sampel dicampur dengan
abu sekam padi dan air (1:20; b/v) selama 30
1250 μl aquadest, 250 μl etanol dan 125 μl kehitaman sebagai indikator positif
reagen Folin-Ciocalteu. Selanjutnya mengandung tanin.
diinkubasi pada suhu kamar selama 5 menit Identifikasi Senyawa Antioksidan (LCMS)
dan kemudian ditambahkan 250 μl larutan Pendugaan senyawa bioaktif dalam
natrium karbonat 5%. Campuran dibiarkan sampel dengan penentuan bobot massa
selama 60 menit dalam ruang gelap pada senyawa menggunakan LC-MS, Licuid
suhu kamar. Absorbansi masing-masing Chromatography-Mass Spectroscopy
sampel diukur dengan spektrofotometer pada (Instrumen HPLC-MS ESI, Electrospray
λ 725 nm. Total kandungan fenolat Ionization) mode ion positif. Spektrum massa
dinyatakan sebagai mgGAE/g sampel senyawa dianalisis menggunakan Masslynx
berdasarkan kurva baku asam galat. software untuk mendapatkan rumus molekul
(senyawa dan massa relatifnya), selanjutnya
Uji Aktivitas Antioksidan dengan FRAP penentuan senyawa dikonfirmasi dengan data
Kekuatan senyawa antioksidan dalam base pada Chemspider dan Massbank.
ekstrak etanol teh hijau daun S. alba
mereduksi Ferric ditentukan dengan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah digunakan[8]. Setelah menyiapkan
larutan sampel, 0,15 ml larutan standar dan Total Tanin
ekstrak diambil untuk direaksikan dengan Kandungan tanin seduhan teh hijau
larutan FRAP (2,85 ml) dalam kondisi gelap. bervariasi dari 1,29±0,06% sampai dengan
Setelah 30 menit, absorbansi diamati pada λ 3,18±0,17%. Hasil analisis statistika
593 nm. menunjukkan bahwa suhu dan lama
penyeduhan sangat berpengaruh terhadap
Uji Fitokimia kandungan tanin seduhannya (P<0.01). Total
Uji fitokimia ekstrak teh hijau meliputi tanin masing-masing pengaruh kombinasi
alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin[9]. perlakuan suhu dan lama penyeduhan seperti
Adapun pengujian masing-masing parameter terlihat pada Gambar 1.
tersebut sebagai berikut:
Alkaloid: 0,1 mg ekstrak teh hijau
Sonneratia alba (sampel) dilarutkan dalam
10 ml kloroform, ditambah 3 tetes NH4OH
kemudian dikocok dan disaring. Filtrat
dipindahkan ke tabung reaksi, ditambah
beberapa tetes H2SO4 2M, selanjutnya larutan
asam ditambahkan 1 tetes pereaksi Mayer.
Endapan putih kekuningan yang terbentuk
menunjukkan kehadiran senyawa alkaloid.
Flavonoid: 1 ml sampel dalam tabung
reaksi ditambahkan 0,05 g serbuk Mg, Gambar 1. Total tanin seduhan teh hijau S. alba
ditambahkan 1 ml HCL dan 1 ml amil- Kandungan tanin dalam teh sangatlah
alkohol dikocok dibiarkan beberapa saat. bervariasi, dan sangat tergantung dari jenis
Kehadiran senyawa flavonoid diindikasikan teh, cara proses dan faktor lainnya seperti
terbentuknya warna kuning sampai jingga. bahan bakunya. Selain itu cara penyajian
Saponin: sebanyak 0,1 mg sampel termasuk suhu dan waktu penyeduhan sangat
ditambah 10 ml aquades lalu dididihkan berpengaruh terhadap kandungan tanin air
selama 2 sampai 3 menit, setelah dingin teh seduhannya. Penyeduhan selama 10
dikocok dan didiamkan sesaat. Terbentuknya
menit dengan suhu awal 100 C
buih yang stabil saat ditambahkan 1 tetes
menghasilkan air seduhan teh hijau yang
HCL menunjukkan adanya saponin.
tertinggi kandungan taninnya. Seiring
Tanin: sebanyak 0.1 mg sampel
lamanya waktu seduh akan memungkinkan
ditambah 10 ml aquadest lalu dididihkan,
lebih banyak tanin terdifusi dari dalam teh
selanjutnya disaring dan filtratnya ditambah
keluar (terekstrak) sehingga konsenrasi tanin
larutan FeCl3 1%, terbentuknya warna hijau
meningkat dalam air seduhannya. Demikian
pula dengan semakin tinggi suhu air antioksidan juga sangat rentan dan mudah
penyeduh sebagai pelarut menyebabkan mengalami degradasi, sehingga penyeduhan
semakin cepat terjadinya ekstraksi tanin. yang terlalu lama juga dapat menurunkan
Tanin terutama yang terkondensasi akan kandungannya dalam air seduhan.
mengalami degradasi akibat suhu[10],
sehingga semakin lama penyeduhan pada Fitokimia
suhu tinggi bisa mengakibatkan penurunan Hasil pengujian fitokimia air seduhan
kandungan tanin. Pada Gambar 1 terlihat teh hijau daun S. alba disajikan pada Tabel 1
bahwa kandungan tanin dalam air seduhan berikut.
teh hijau dengan suhu tertinggi selama 15
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Teh Hijau S. alba
menit lebih rendah kandungannya dibanding Fitokimia
penyeduhan pada suhu selama10 menit. Sampel
Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin
A1B1 + + + +
Aktivitas Antioksidan (IC50)
Nilai IC50 terhadap DHHP seduhan teh A1B2 + + + +
hijau bervariasi dari 96,5±0,53 ppm sampai A1B3 + + + +
dengan 163,9±1,18 ppm. Hasil analisis A2B1 + + + +
statistika menunjukkan bahwa suhu dan lama A2B2 + ++ + ++
penyeduhan sangat berpengaruh terhadap A2B3 + ++ + +++
aktivitas antioksidan seduhannya (P<0.01). A3B1 + ++ + ++
Rerata nilai IC50 seduhan teh hijau daun S. A3B2 + +++ + +++
alba pengaruh kombinasi perlakuan suhu dan A3B3 + ++ + +++
lama penyeduhan seperti terlihat pada
Gambar 2. Keterangan: Intensitas (+ rendah, ++ sedang, +++
tinggi)
Tamara dan lainnya yang telah membantu and solasodine in callus cultures of
kami. Semoga kalian semua sukses, solanum laciniatum,” Plant Cell Rep.,
optimistis dan tetap semangat. vol. 2, no. 4, pp. 205–208, 1983.
[6] P. Molyneux, “The use of the stable [15] A. Romani, A. Scardigli, and P. Pinelli,
free radical diphenylpicryl-hydrazyl “An environmentally friendly process
(DPPH) for estimating anti-oxidant for the production of extracts rich in
activity,” Songklanakarin J. Sci. phenolic antioxidants from Olea
Technol., vol. 26, no. May, pp. 211– europaea L. and Cynara scolymus L.
219, 2004. matrices,” Eur. Food Res. Technol.,
vol. 243, no. 7, pp. 1229–1238, 2017.
[7] S. F. Chandler and J. H. Dodds, “The
effect of phosphate, nitrogen and [16] S. J. N. Tatsimo et al., “Antimicrobial
sucrose on the production of phenolics and antioxidant activity of kaempferol