Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 14 (1), JANUARI 2020 p-ISSN 1907-9850

DOI: https://doi.org/10.24843/JCHEM.2020.v14.i01.p08 e-ISSN 2599-2740

PENETAPAN KADAR FENOL TOTAL DAN KATEKIN DAUN TEH HITAM DAN
EKSTRAK ASETON TEH HITAM DARI TANAMAN
CAMELLIA SINENSIS VAR. ASSAMICA

N. L. P. V. Paramita*, N. P. T. W. Andari, N. M. D. Andani, N. M. P. Susanti

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana
Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364
*Email: vidya_paramita@unud.ac.id

ABSTRAK

Indonesia cukup dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki perkebunan teh dan menggunakan teh
hasil produksi sendiri. Sebagai negara penghasil teh, Indonesia telah mampu sebagai eksportir teh. Produksi teh
di Indonesia yang terbanyak adalah produk teh hitam. Produk teh hitam dihasilkan dari tanaman teh Camellia
sinensis Var. Assamica yang mengalami proses oksidasi enzimatis terhadap daun teh segar. Senyawa fenolik
terbesar yang terkandung didalam dauh teh hitam adalah katekin, theaflavin, dan thearubigin Tujuan penelitian
ini adalah untuk menetapkan kadar fenol dan kadar katekin dari produk teh hitam dan ekstrak aseton yang
dihasilkan oleh perkebunan D’wan Tea (DT) dan Bali Cahaya Amertha (BCA) yang terletak di kabupaten
Tabanan, Bali. Penetapan kadar fenol total dilakukan pada produk daun teh hitam dan ekstrak aseton
menggunakan metode Folin-Ciocalteu dibandingkan dengan standar asam galat. Penetapan kadar katekin
dilakukan pada daun teh segar (sebelum teroksidasi), produk daun teh hitam, dan ekstrak aseton dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis pada Panjang gelombang maksimum 257 nm.. Hasil penelitian menunjukkan kadar
fenol total produk daun teh hitam D’wan Tea (SDT) dan Bali Cahaya Amerta (SBCA) berturut turut 1,50 ± 0,02
% mg GAE/g dan 0,97 ± 0,02 % mg GAE/g. Hasil Kadar fenol total ekstrak aseton teh hitam D’wan Tea
(EADT) yaitu 6,92 ± 0,12 % mg GAE/g, sedangkan ekstrak aseton teh hitam Bali Cahaya Amerta (EABCA)
yaitu 7,38 ± 0,07 % mg GAE/g. Kadar katekin dari sampel daun segar D’wan Tea (SSDT), SDT, dan EADT
yaitu 15,30 ± 0,22 % mg/g, 8,37 ± 0,13 % mg/g, dan 37,45 ± 0,74 % mg/g. Kadar katekin sampel daun segar
Bali Cahaya Amerta (SSBCA), SBCA, dan EABCA yaitu 14,71 ± 0,28 % mg/g, 15,16 ± 0,58 % mg/g, dan
35,66 ± 0,89 % mg/g. Kadar fenol total dari produk teh hitam DT lebih besar daripada produk teh hitam BCA.
Produk teh hitam DT terlihat mengalami penurunan kadar katekin pada pengolahan. Pada pengolahan teh hitam
memang diharuskan terjadi penurunan kadar katekin karena terbentuknya polimer katekin yaitu theaflavin dan
thearubigin sebagai penentu kualitas teh hitam.

Kata Kunci : Camellia Sinensis, fenol total, katekin, teh hitam.

ABSTRACT

Indonesia is quite well known as one of the countries that has tea plantations and uses its own production of tea.
As a tea producing country, Indonesia has been able as a tea exporter. The most tea production in Indonesia is
black tea product. Black tea products are produced from species Camellia sinensis Var. Assamica which
undergoes an enzymatic oxidation process to fresh tea leaves. The most phenolic compounds contained in the
black tea leaf are catechins, theaflavins, and thearubigin. The purpose of this study was to determine the
phenolic total and catechin content of black tea products and acetone extracts produced by D'wan Tea (DT) and
Bali Cahaya Amertha (BCA) plantations which located in Tabanan district, Bali. Determination of total phenol
was carried out on black tea leaf products and acetone extract using the Folin-Ciocalteu method compared with
gallic acid standards. Determination of catechin content was performed on fresh (before oxidized) tea leaves,
black tea leaf products, and acetone extracts using the UV-Vis Spectrophotometry method at a maximum
wavelength of 257 nm. The results showed that total phenol content of D'wan Tea black tea products (SDT) and
Bali Cahaya Amerta (SBCA) were 1.50 ± 0.02 % mg GAE/g dan 0.97 ± 0.02 % mg GAE/g, respectively.
Results of the total phenol content of D'Awan Tea (EADT) black tea acetone extract was 6.92 ± 0.12 % mg
GAE/g, while the Bali Cahaya Amerta (EABCA) black tea acetone extract was 7.38 ± 0.07 % mg GAE/g.
Catechin content from fresh leaf samples of D'wan Tea (SSDT), SDT, and EADT were 15.30 ± 0.22 % mg/g,
8.37 ± 0.13 % mg/g, and 37.45 ± 0.74 % mg/g. Catechin content of fresh leaf samples of Bali Cahaya Amerta
(SSBCA), SBCA, and EABCA were 14.71 ± 0.28 % mg/g, 15.16 ± 0.58 % mg/g, and 35.66 ± 0.89 % mg/g.
Total phenol content of DT black tea products is greater than BCA black tea products. DT black tea products

43
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 14 (1), JANUARI 2020: 43-50

appear to have decreased catechins in processing. In the processing of black tea it is necessary to decrease
catechins content due to the formation of catechin polymers, namely theaflavin and thearubigin as a determinant
of the quality of black tea.

Keywords: black tea, Camellia Sinensis, cathecin, total phenol.

PENDAHULUAN Meskipun jumlah katekin dalam teh hitam


lebih rendah dibandingkan teh hijau, namun
Indonesia merupakan negara yang masyarakat di pulau Sumatera lebih senng
dikenal sebagai produsen dan ekportir produk mengkonsumsi jenis teh hitam. Jumlah katekin
minuman teh (Anjarsari, 2016). Daerah tempat dalam teh hitam dapat dimanfaatkan secara
budidaya tanaman teh yang dikenal dengan maksimal dengan meningkatkan frekuensi
nama spesies Camellia sinensis tersebar di minum teh hitam. Penelitian ini bertujuan
beberapa kota diantaranya Bandung, Bogor, untuk menetapkan kadar senyawa polifenol
Malang, dan salah satunya Bali. Produk teh dan senyawa katekin yang terdapat didalam
yang diproduksi di Perkebunan teh Indonesia produk teh hitam dari perkebunan lokal (Bali)
diantaranya; teh hitam, teh hitam CTC, teh yaitu D’wan Tea (DT) dan Bali Cahaya
hijau ekspor, teh hijau lokal, teh wangi Amertha (BCA) yang terletak di kabupaten
(Bambang, et al, 1995). Teh hitam merupakan Tabanan, Bali. Penetapan kadar fenol akan
jenis teh yang paling banyak diproduksi di dilakukan pada daun teh hitam dan ekstrak
Indonesia setelah teh hijau (Anjarsari, 2016). aseton teh hitam. Sedangkan, penetapan kadar
Tanaman teh dikenal memiliki katekin dilakukan pada daun teh segar (belum
kandungan senyawa fenol dengan senyawa diolah menjadi teh hitam), daun kering teh
katekin sebagai substansi yang paling besar. hitam, dan ekstrak aseton teh hitam. Proses
Produk teh hitam dalam proses pembuatannya ekstraksi menggunakan pelarut aseton yang
mengalami proses oksidasi enzimatis yang dilakukan terhadap daun kering teh hitam
dilakukan oleh enzim polifenol oksidase dengan tujuan untuk menarik senyawa
sehingga merubah jumlah kadar katekin polifenol yang sangat tinggi yang dimiliki oleh
(Anjarsari, 2016). Enzim polifenol oksidase daun teh dibandingkan pelarut air, etanol, dan
akan merubah senyawa katekin diantaranya methanol (Drużyńska, et al, 2007)
epicathecin, epigallocathecin, epicathecin
gallate, dan epigallocathecin gallate menjadi 4 BAHAN DAN METODE
jenis senyawa theaflavin dan therubigin.
Theaflavin memberi pengaruh pada Bahan
astringency, brightness, dan briskness Bahan-bahan yang digunakan dalam
sedangkan thearubigin memberi pengaruh penelitian ini adalah sampel teh hitam dari
pada warna, kekuatan (strength), dan rasa perkebunan teh DT dan perkebunan teh BCA,
(mouthfell) pada produk teh hitam (Hilal dan Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupten
Engelhardt, 2007). Berkurangnya kadar Tabanan, Bali yang telah di determinasi di
katekin pada teh hitam menyebabkan produk Fakultas Farmasi Departemen Biologi Farmasi
teh hitam tidak lebih pahit dibandingkan teh Universitas Gadjah Mada. Pelarut aseton
hijau, karena rasa pahit disebabkan oleh (Teknis), Toluene p.a (merck), standar katekin
senyawa katekin. Theaflavin dan thearubigin dari Henan Senyuan Biological Technologi
adalah turunan senyawa katekin yang memiliki co.ltd., standar asam galat (sigma), reagen
gugus fenol sehingga dikenal sebagai senyawa Folin-Ciocalteu Fenol LP (merck)
polifenol. Pengolahan teh hitam meliputi tahap
pelayuan, penggulungan, dan oksidasi Peralatan
polifenol ensimatik, pengeringan, sortasi, dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini
pengepakan. adalah timbangan analitik,
Teh dikenal sebagai minuman pengayak no 60, oven, seperangkat alat
fungsional yang bermanfaat untuk kesehatan destilasi untuk uji kadar air, rotatory
tubuh. Kandungan kimia senyawa polifenol evaporator, spektrofotometri UV-Vis
dikenal memiliki manfaat sebagai antioksidan. (shimadzu).

44
Penetapan Kadar Fenol Total dan Katekin Daun Teh Hitam dan Ekstrak Aseton Teh Hitam
dari Tanaman Camellia Sinensis Var. Assamica
(N. L. P. V. Paramita, N. P. T. W. Andari, N. M. D. Andani, N. .M. P. Susanti)

Prosedur Kerja hingga 10 mL. Larutan digojog hingga


Pengambilan Daun Teh hitam homogen dan dimasukkan ke dalam
Sampel daun teh hitam didapatkan tabung reaksi. Campuran larutan uji
dari perkebunan teh DT dan BCA. Sampel teh serbuk divortex
hitam adalah daun pucuk tanaman teh selama 2 menit kemudian disaring. Dari
Camellia sinensis Var. Assamica yang telah larutan tersebut dipipet sebanyak 0,005
mengalami tahap pengolahan yaitu pelayuan, mL ditambahkan 0,395 mL metanol p.a.
penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan. c. Pembuatan larutan uji ekstrak
Larutan uji ekstrak dalam pengukuran
Pembuatan Serbuk Daun Teh Hitam fenol adalah ekstrak aseton DT (EADT)
Daun teh hitam diserbuk dengan dan ekstrak aseton BCA (EABCA).
menggunakan blender dan diayak dengan Larutan uji EADT dan EABCA dibuat
ayakan no 60. dengan menimbang 10 mg ekstrak
Pembuatan Ekstrak Aseton dilarutkan dalam metanol p.a hingga 10
Metode pembuatan ekstrak yang digunakan mL. Larutan digojog hingga homogen dan
adalah maserasi dengan pelarut aseton 50% dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
dengan perbandingan 1:10. Ekstraksi Campuran larutan uji ekstrak divortex
dilakukan selama 3 hari, kemudian diulang selama 2 menit kemudian disaring. Dari
kembali dengan menggunakan aseton baru larutan tersebut dipipet sebanyak 0.02 mL
sebanyak 1 kali. Ekstrak dipekatkan ditambahkan 0.38 mL metanol p.a.
menggunakan rotary evaporator dan oven d. Pengukuran kadar fenol larutan standar,
pada suhu 40ºC sehingga didapat ekstrak larutan uji SDT, SBCA, EADT, EABCA.
kental. Masing – masing larutan dipipet sebanyak
0.4 mL ditambahkan 0.4 mL pereaksi
Penetapan Kadar Air Ekstrak Folin Ciocalteu Fenol LP dan 4.2 mL
Penetapan kadar air menggunakan metode Na2CO3 di dalam tabung reaksi.
destilasi. Sebanyak 5 gram ekstrak kental dan Campuran divortex selama 2 menit,
200 mL toluen jenuh air dimasukkan ke dalam diinkubasi selama 30 menit. Serapan
labu. Sejumlah toluene jenuh air juga masing – masing larutan diukur pada
dimasukkan kedalam tabung penerima melalui Panjang gelombang maksimum 760 nm.
pendingin sampai leher alat penampung. Labu Selanjutnya, dibuat kurva kalibrasi
dipanaskan selama 15 menit. Jumlah volume dengan membuat hubungan antara
air dalam alat penampung dihitung sebagai % konsentrasi (x) dan absorbansi (y) larutan
kadar air (Kemenkes RI, 2011). seri. Dihitung kadar fenol total sebagai
berikut:
Penetapan Kadar Fenol
a. Pembuatan larutan standar asam galat
Larutan standar asam galat 1 mg/mL x=
dibuat dengan menimbang 10 mg asam
galat dilarutkan dalam metanol p.a hingga % Kadar fenol total (EAG) = x f x 100%
volume 10 mL. Selanjutnya, dibuat seri
konsentrasi larutan standar dengan Keterangan:
melakukan pengenceran sampai y = absorbansi
didapatkan konsentrasi larutan standar x = konsentrasi
beturut - turut 2;4;8;12;16;20 ppm xs = konsentrasi sampel
(µg/mL). f = faktor pengenceran
b. Pembuatan larutan uji serbuk
Larutan uji serbuk dalam pengukuran Penetapan Kadar Katekin
fenol adalah serbuk teh hitam DT (SDT) a. Pembuatan larutan standar katekin
dan serbuk teh hitam BCA (SBCA). Larutan standar katekin 1 mg/mL dibuat
Larutan uji SDT dan SBCA dibuat dengan menimbang 100 mg standar katekin
dengan cara menimbang 200 mg serbuk dilarutkan dalam 100 mL metanol p.a.
simplisia, dilarutkan dalam metanol p.a Selanjutnya, dibuat seri konsentrasi larutan

45
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 14 (1), JANUARI 2020: 43-50

standar dengan melakukan pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN


sampai didapatkan konsentrasi larutan
standar berturut turut 5;10;15;20;25 ppm Minuman teh hitam menjadi
(µg/mL). kegemaran masyarakat Indonesia karena
b. Pembuatan larutan uji serbuk rasanya yang tidak pahit jika dibandingkan teh
Larutan uji serbuk dalam pengukuran hijau. Tahap pembuatan teh hitam diawali
katekin adalah serbuk segar teh DT tahap pertama yaitu pelayuan. Pada tahap ini
(SSDT), serbuk segar teh BCA (SSBCA), daun teh mengalami perubahan senyawa –
serbuk teh hitam DT (SDT) dan serbuk teh senyawa kimia dan menurunnya kandungan
hitam BCA (SBCA). Larutan uji SSDT, air. Warna daun berubah menjadi hijau
SSBCA, SDT dan SBCA dibuat dengan kekuningan, dengan bentuk daun layu (tidak
cara menimbang 100 mg serbuk dilarutkan remuk ketika di genggam). Tahap kedua yaitu
dalam 10 mL metanol p.a. Larutan Digojog penggilingan yang merupakan awal mula
hingga homogen, dipindahkan ke botol vial terjadinya oksimatis (oksidasi enzimatis).
dan disonikasi selama 30 menit Proses penggilingan yang berlangsung selama
kemudian disaring. Selanjutnya, dipipet 90 – 120 menit menyebabkan dinding sel daun
sebanyak 0,1 mL ditambahkan metanol p.a teh menjadi rusak (Direktorat pengolahan dan
sampai 10 mL. pemasaran perkebunan, 2017), sehingga
c. Pembuatan larutan uji ekstrak menyebabkan enzim polifenol oksidase yang
Larutan uji ekstrak dalam pengukuran terletak di sitoplasma dan katekin yang terletak
katekin adalah ekstrak aseton DT (EADT) di dalam vakuola dapat bertemu, dengan
dan ekstrak aseton BCA (EABCA). Larutan adanya oksigen didalam lingkungan maka
uji EADT dan EABCA dibuat dengan cara terjadilah reaksi oksidasi polifenol katekin
menimbang 10 mg ekstrak dilarutkan (flavan-3-ol) menjadi senyawa polimer
dalam 10 mL metanol p.a. Larutan Digojog theaflavin dan thearubigin (Pou, 2016;
hingga homogen, dipindahkan ke botol vial Anjarsari, 2016). Kedua senyawa ini yang
dan disonikasi selama 30 menit mempengaruhi warna, rasa maupun aroma
kemudian disaring. Selanjutnya, dipipet seduhan teh hitam. Tahap ketiga adalah
sebanyak 0,1 mL ditambahkan metanol p.a pengeringan yang bertujuan untuk
sampai 5 mL. menghentikan reaksi oksidasi. Proses ini
d. Pengukuran kadar katekin larutan standar, menyebabkan kadar air teh turun menjadi 2.4 –
SSDT, SSBCA, SDT, SBCA, EADT, 3.5 %. Tahap selanjutnya adalah sortasi dan
EABCA grading untuk mendapatkan serbuk teh hitam
Serapan masing – masing larutan diukur dengan mutu yang telah ditetapkan secara
pada panjang gelombang maksimum 257 nasional (Direktorat pengolahan dan
nm. Selanjutnya, dibuat kurva kalibrasi pemasaran perkebunan, 2017).
dengan membuat hubungan antara Dauh teh hitam yang didapatkan dari
konsentrasi (x) dan absorbansi (y) larutan perkebutan DT dan BCA di kecilkan ukuran
seri. Dihitung kadar katekin sebagai partikel sampai semua sebuk lolos pada
berikut: ayakan no 60. Tujuan pengecilan ukuran
partikel untuk meningkatkan luas permukaan
parikel dengan tujuan agar kandungan kimia
x= didalam sel tanaman dapat tersari dengan
maksimal. Pelarut ekstraksi pada penelitian ini
% Kadar total katekin = x f x 100% adalah aseton. Penelitian Drużyńska, 2007
melaporkan diantara 4 jenis pelarut yaitu
Keterangan: aseton 80%, metanol 80%, etanol 80%, dan air
y = absorbansi yang digunakan, pelarut aseton mampu
x = konsentrasi menarik kandungan polifenol lebih banyak
xs = konsentrasi sampel yaitu 12,36 g/100 g serbuk kering teh dalam
f = faktor pengenceran waktu 1 jam sedangkan perolehan kadar
polifenol dalam air, metanol, dan air berturut –
turut 9,21; 7,09; dan 6,85 g/100 g serbuk
kering teh dalam 1 jam ekstraksi. Bahkan,

46
Penetapan Kadar Fenol Total dan Katekin Daun Teh Hitam dan Ekstrak Aseton Teh Hitam
dari Tanaman Camellia Sinensis Var. Assamica
(N. L. P. V. Paramita, N. P. T. W. Andari, N. M. D. Andani, N. .M. P. Susanti)

kadar polifenol yang diperoleh dengan pelarut kandungan kimia diantaranya tannin atau
aseton 80% dalam waktu 15 menit ekstraksi senyawa fenolik (5-27 %) yang terdiri dari
masih lebih tinggi yaitu 9.8 g/100 g serbuk katekin (flavanol) dan asam galat. Pada daun
kering teh. Perva-Uzunalic, et al, 2006 segar tanaman teh diketahui memiliki 36%
menyatakan bahwa pelarut aseton 50% senyawa polifenol, dimana kandungan katekin
memiliki effisiensi ekstraksi katekin yang berada pada persentase 48-55% dari seluruh
lebih tinggi yaitu 99,3 % dibandingkan pelarut total polifenol. Komponen kimia lainnya yang
aseton 80% sebesar 95,8 %. Karena tanaman ada didalam teh adalah lemak (4-16 %), asam
teh kandungan utama senyawa fenol adalah amino, sterol, vitamin, mineral, protein,
katekin, dan dalam teh hitam senyawa triterpenoid dan senyawa lainnya (Perva-
theflavin dan thearubigin adalah senyawa Uzunalic, et al 2006). Membagi daun teh
polimer katekin maka peneliti memilih pelarut menjadi bagian – bagian yang kecil pada
ekstraksi adalah aseton 50%. Dari 100 g pembuatan teh hitam akan menyebabkan
serbuk teh hitam, jumlah rendemen ekstrak terjadinya reaksi oksidasi enzimatis
dari kedua perkebunan teh memperoleh jumlah (oksomatis), dimana sitoplasmik polifenol
ekstrak yang tidak jauh berbeda yaitu EADT oksidase akan mengoksidasi katekin (flavan-3-
32,522 g dan EABCA 32,552 g. ol) yang ada di vakuola. Proses ini dikenal
Direktorat pengolahan dan pemasaran sebagai oksidasi atau fermentasi yang
perkebunan, 2017, Pou, 2016, Choundary and merupakan proses polimerisasi monomer
shekon, 2011; Kunle, et al, 2012 flavan-3-ol membentuk theaflavin yang
Dalam upaya menjamin mutu dari memberi warna kuning dan thearubigin yang
bahan baku ekstrak, maka dilakukan penetapan memberi warna merah kecoklatan (Balittri,
kadar air. Penetapan kadar air bertujuan untuk 2013; Anjarsari, 2016). Jenis senyawa
mengurangi kesalahan saat menghitung berat theaflavin yang terbentuk dipengaruhi oleh
sebenarnya ekstrak ketika digunakan sebagai bentuk senyawa precursornya yaitu katekin.
bahan baku obat tradisional. Selain itu jumlah Terdapat empat jenis senyawa theafavin yang
air akan mempengaruhi stabilitas dari ekstrak telah berhasil diidentifikasi yaitu theaflavin,
oleh karena reaksi enzimatis yang masih dapat theaflavin-3-gallate, theaflavin- 3’ gallate, dan
terjadi dan tumbuhnya mikroorganisme yang theaflavin 3,3’ gallate (Anjarsari, 2016).
dapat mempengaruhi kandungan kimia Sedangkan jenis senyawa thearubigin belum
didalam ekstrak (Choundary and shekon, dapat diidentifikasi sampai saat ini (Whitehead
2011; Kunle, et al, 2012). Pada penelitian ini and Temple, 1992 dalam Anjarsari, 2016).
dilakukan pengeringan ekstrak dengan bantuan Pada penelitian ini, dilakukan penetapan kadar
rotrary evaporator dan oven suhu 40 0C fenol terhadap serbuk teh hitam dan ekstrak
selama 4 hari. Nilai kadar air yang diperoleh aseton dari teh hitam dengan tujuan untuk
tertera di dalam tabel 1. Nilai tersebut telah mengetahui seberapa besar kandungan fenol
memenuhi syarat nilai kadar air ekstrak etanol dalam teh hitam yang dihasilkan oleh dua
Camellia sinensis yang teertulis di dalam perkebunan teh di Bali.
Farmakope Herbal Indonesia (FHI).

Tabel 1. Hasil penetapan kadar air Ekstrak teh


hitam
Penetapan Referensi Hasil penelitian
mutu teh
dalam
FHI
Uji kadar air
EADT 16 %b/b 10,96 ± 0,02%b/b
EABCA 16 %b/b 8,94 ± 0.2 %b/b

Kandungan kimia tanaman teh akan Gambar 1. Kurva kalibrasi larutan standar
bervariasi dipengaruhi oleh iklim, varietas teh, asam galat.
dan umur daun teh. Teh diketahui memiliki

47
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 14 (1), JANUARI 2020: 43-50

kadar katekin, dibuatlah seri larutan standar


Pada penetapan kadar fenol, dibuatlah katekin agar memperoleh persamaan regresi
seri larutan standar agar memperoleh yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan
persamaan regresi yang selanjutnya digunakan kadar katekin dalam sampel. Hasil scanning
untuk menetapkan kadar fenol dalam sampel. panjang gelombang dari 200 – 400 nm
Dari hasil pengukuran absorbansi larutan didapatkan Panjang gelombang maksimum
standar pada Panjang gelombang maksimum pengukuran katekin yaitu 257 nm. Dari hasil
760nm diperoleh persamaan regresi linier dan pengukuran absorbansi larutan standar pada
kurva kalibrasi (hubungan antara konsentrasi diperoleh persamaan regresi linier dan kurva
(x) dan absorbansi (y) dari seri larutan standar) kalibrasi (hubungan antara konsentrasi (x) dan
yang ditunjukkan pada gambar 1. absorbansi (y) dari seri larutan standar) yang
Setelah dilakukan pengenceran sampel ditunjukkan pada gambar 2.
uji, kemudian dilakukan pengukuran
absorbansi dari sampel untuk memperoleh
kadar fenol dalam sampel. Hasil penelitian
kadar fenol ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Kadar Fenol Total Teh Hitam

Sampel Kadar Fenol total


% b/b (mg GAE/g) ± SD
SDT 1,50 ± 0.02
SBCA 0,97 ± 0.02
EADT 6,92 ± 0.12 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar
EABCA 7,38 ± 0.07 Katekin

Penetapan kadar katekin diperoleh


Berdasarkan hasil penelitian dengan dilakukan pengukuran absorbansi dari
didapatkan bahwa nilai kadar fenol total sampel. Hasil penelitian ditunjukkan pada
serbuk teh hitam perkebunan DT lebih tinggi tabel 3.
dibandingkan nilai kadar fenol dari
perkebunan BCA. Sedangkan nilai kadar fenol Tabel 3. Kadar Katekin Total Teh Hitam
ekstrak kedua perkebunan tidak berbeda
signifikan. Penggunaan pelarut aseton mampu Sampel Kadar Katekin total
menarik senyawa fenolik sekitar ± 7 %. % b/b (mg/g) ± SD
Mengingat penggunaan teh hitam di SSDT 15,30 ± 0.22
masyarakat biasanya diolah dengan cara
membuat seduhan teh dari serbuk teh maka teh SSBCA 14,71 ± 0.28
hitam dari perkebunan DT dapat dipilih karena SDT 8,37 ± 0.13
memiliki kandungan fenolik yang lebih baik. SBCA 15,16 ± 0.58
Senyawa fenolik dikenal memiliki aktivitas EADT 37,45 ± 0.74
antioksidan. Senyawa fenolik dalam teh hitam EABCA 35,66 ± 0.89
diantaranya, senyawa flavanol yaitu katekin,
polimer katekin (theaflavin dan thearubigin), Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa
dan senyawa flavanol lainnya kaempferol, kadar katekin dari daun teh segar sesuai
mirisetin, kuersetin. dengan penelitian Balittri, 2013 yang
Hasil penelitian penetapan kadar menyatakan kadar katekin daun teh segar
senyawa katekin dapat dilihat pada Tabel 3. antara 13,5 – 31 %. Berdasarkan hasil
Pada penelitian ini dilakukan senyawa katekin penelitian kadar katekin pada serbuk teh
dari daun segar (belum diolah menjadi teh hitam, penurunan kadar katekin terjadi pada
hitam), serbuk teh hitam, dan ekstrak aseton serbuk teh hitam dari perkebunan DT.
teh hitam untuk melihat kualitas produk teh Penurunan kadar katekin dari bahan segar
hitam yang kualitasnya ditentukan dari adanya menjadi serbuk teh hitam terjadi sebesar 54,7
penurunan kadar katekin. Pada penetapan

48
Penetapan Kadar Fenol Total dan Katekin Daun Teh Hitam dan Ekstrak Aseton Teh Hitam
dari Tanaman Camellia Sinensis Var. Assamica
(N. L. P. V. Paramita, N. P. T. W. Andari, N. M. D. Andani, N. .M. P. Susanti)

%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Karori, et SIMPULAN DAN SARAN


al, 2007 dalam Balittri, 2013 melaporkan
bahwa penurunan kadar katekin pada teh hitam Simpulan
sebesar 57,70 %. Berbeda halnya dengan kadar Teh hitam dari perkebunan DT
katekin dari serbuk teh hitam dari perkebunan memiliki kadar fenol yang lebih tinggi. Selain
BCA tidak terdapat penurunan kadar katekin. itu teh hitam DT diduga memiliki kandungan
Sedangkan menurut Balittri, 2013 penurunan theaflavin dan thearubigin lebih tinggi karena
kadar katekin adalah keharusan karena terjadi penurunan kadar katekin ketika diolah
terbentuknya theaflavin dan thearubigin menjadi teh hitam. Pelarut aseton mampu
memberi cita rasa khas pada teh hitam. Hasil menarik senyawa fenol sebesar ± 7% pada
penelitian tabel 3 juga menunjukkan bahwa kedua serbuk daun, dan 36 – 37 % pada kedua
pelarut aseton mampu menyari kadar katekin ekstrak teh hitam.
ekstrak DT dan BCA sebesar 36 – 37%.
Informasi yang kurang pada penelitian Saran
ini adalah bagaimana metode pengolahan teh Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
hitam yang dilakukan oleh masing – masing pengukuran kadar katekin total pada setiap
perkebunan karena terbatasnya informasi dari tahapan pembuatan serbuk hitam di
pengusaha perkebunan. Penurunan kadar perkebunan BCA untuk kontrol kualitas dan
katekin dari teh hitam biasanya terjadi paling jaminan terhadap penurunan kadar katekin
besar pada tahap penggilingan dan oksimatis. yang belum didapatkan pada penelitian ini.
Menurut Direktorat Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Perkebunan, 2017 produk teh UCAPAN TERIMA KASIH
hitam berdasarkan pengolahannya dibedakan
menjadi teh hitam ortodoks dan teh hitam Penulis mengucapkan terima kasih
Crushing-Tearing-Curling (CTC). Pengolahan kepada pihak - pihak yang telah ikut
keduanya berbeda pada penggunaan mesing membantu terlaksananya penelitian ini.
penggilingan dan mesin oksimatis (terjadinya
oksidasi enzimatis). Mesin penggilingan pada
sistem ortodoks adalah menggunakan Open DAFTAR PUSTAKA
Top Roller (OTR), Rotorvane (RV) dan Press
Cup Roller (PCR), sedangkan pada teh hitam Anjarsari, I.R.D. 2016. Katekin teh Indonesia:
CTC adalah sistem penggilingan Crushing- prospek dan manfaatnya. Jurnal Kultivasi.
Tearing-Curling (CTC). Proses oksimatis pada 15(2): 99-106.
pengolahan teh hitam ortodoks dioptimalkan Balittri, J.T. 2013. Kandungan Senyawa Kimia
dengan cara menyimpan bubuk teh pada baki Pada Daun Teh (Camellia sinensis), Warta
sampai dengan bubuk teh dianggap sudah Penelitian dan Pengembangan Tanaman
optimal oksimatisnya. Sementara itu pada Industri., 19(3): 12–16.
proses pengolahan teh hitam CTC, oksimatis Bambang, K. dan Suhartika, T. 1995. Potensi
dioptimalkan pada mesin Continuous teh Indonesia ditinjau dari aspek kesehatan.
Fermenting Machine (CFM). Proses Laporan Hasil Litbang Teknik Produksi
penggilingan pada teh hitam ortodoks dan Pasca Panen Teh dan Kina. 1994/1995.
berlangsung selama 75 menit. Dan proses Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil
oksimatis teh ortodoks berlangsung selama 90 Perkebunan. 2017., Pedoman Penanganan
– 110 menit. Pada pengolahan teh hitam CTC Pasca Panen Tanaman Teh, Direktorat
proses penggilingan dan oksimatis Jenderal Perkebunan. Kementerian
berlangsung selama ± 80 – 85 menit Pertanian., 22–29.
(Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Drużyńska, B., Stępniewska, A., Wołosiak, R.
Perkebunan, 2017). Perlu dilakukan penelitian 2007. The Influence Of Time And Type Of
lanjutan terkait bagaimana pengolahan teh Solvent On Efficiency Of The Extraction
hitam dari perkebunan DT dan BCA untuk Of Polyphenols From Green Tea And
menjamin manfaat kesehatan, kualitas warna, Antioxidant Properties Obtained Extracts.
aroma, rasa teh hitam yang dihasilkan. Acta Sci. Pol. Technol. Aliment. 6(1); 27-36

49
JURNAL KIMIA (JOURNAL OF CHEMISTRY) 14 (1), JANUARI 2020: 43-50

Hilal, Y. and Engelhardt, U. 2007. Perva-Uzunalic, A., Sˇkerget, M., Knez, Z.,
Characterisation of white tea-comparison to Gru¨ner, B. W. F. O. S. 2006. Extraction of
green tea and black tea. J. verbr. Lebensm active ingredients from green tea (Camellia
2: 414-421. sinensis): Extraction efficiency of major
Karori, S. M., Wachira, F. N., Wanyoko, J. K. catechins and caffeine. Food Chemistry.
and Ngure, R. M. 2007., Antioxidant 96: 597–605.
capacity of different types of tea products. Whitehead and Temple. 1992. Rapid
African Journal of Biotechnology, 6: 2287- method for measuring thearubigins and
96, dalam Balittri, J. T. 2013. Kandungan theaflavins in black tea using C18
Senyawa Kimia Pada Daun Teh (Camellia absorbent cartridges. Journal of the Science
sinensis). Warta Penelitian dan and Food Agriculture. 58:149–152 dalam
Pengembangan Tanaman Industri. 19(3): Anjarsari, I. R. D. 2016. Katekin teh
12–16. Indonesia: prospek dan manfaatnya. Jurnal
Kultivasi. 15(2): 99-106.

50

Anda mungkin juga menyukai