Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DETERMINASI TANAMAN

Determinasi ini dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang digunakan.

Hasil determinasi sampel yang digunakan adalah Euphorbia hirta L. Yang berasal dari suku

Euphorbiaceae (Materia Medika Jilid II:30), 1978). Determinasi tanaman dilakukan di

Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Semarang Jawa Tengah. Beradasarkan

hasil determinasi dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tanaman antinganting (Acalypha indica L.). Hasil determinasi dapat dilihat pada

lampiran.

B. Pengumpulan, Pengeringan, dan Pembuatan Serbuk Daun Patikan Kebo

Tanaman patikan kebo yang digunaka pada penelitian berasal dari desa Mojoranu,

Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro pada bulan Januari – Februari 2022. Bagian

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daunnya, daun yang diambil secara

acak dipagi hari. Daun patikan kebo yang telah diambil kemudian dilakukan pembersihan

dengan cara dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran menempel pada daun

patikan kebo yang berasal dari pasir, debu atau yang berasal dari tanah ataupun benda

anorganik asing. Selanjutnya ditiriskan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

didalam ruangan. untuk menghindari efek buruk dari sinar uKLTraviolet yang dapat

menyebabkan kerusakan zat aktif yang terdapat pada daun patikan kebo. Proses

pengeringan ini dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan kandungan air sehingga

dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan menjaga kestabilan kandungan

senyawa aktif. Setelah dijemur dilakukan proses penyerbukan dengan menggunakan

blender, penyerbukan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel dari simplisia dan
membuka dinding sel pada daun patikan kebo sehingga dapat memudahkan proses

penetrasi cairan penyari masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif serta

untuk memperoleh hasil ukuran partikel serbuk yang homogen (Depkes RI, 1986). Setelah

berbentuk serbuk kemudian dilakukan pengayakan menggunakan mesh nomor 60 (Antari

dkk, 2015).

C. UJI KADAR AIR

Simplisia Berat Awal (g) Susut Kering (%)

Serbuk Daun Patikan Kebo 4 0,612

Kadar air merupakan parameter untuk menetapkan residu air setelah proses

pengeringan. Pengujian kadar air pada serbuk daun patikan kebo diperoleh hasil sebesar

0,612%. Kadar air yang diperoleh pada serbuk daun patikan kebo karena telah sesuai

dengan syarat mutu yaitu ≤ 10%. Kadar air yang terlalu tinggi (>10%) menyebabkan

tumbuhnya mikroba yang akan menurunkan stabilitas ekstrak (Saifudin dkk., 2011)

D. Pembuatan Ekstrak Daun Patikan Kebo

Pada pembuatan ekstrakk daun patikan kebo menggunaan metode maserasi.

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada

temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam

karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan

membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit

sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi

senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Husna d,

2016).
Pembuatan ekstrak yaitu dengan cara serbuk kering daun patikan kebo sebanyak

200 gram dimasukkan ke dalam bejana dan ditambah etanol 96% sebanyak 2000 ml,

bejana diaduk sampai simplisia terbasahi seluruhnya, kemudian bejana ditutup rapat, dan

diamkan selama 3 x 24 jam sambil sesekali diaduk. Hasil ekstraksi disaring menggunakan

kertas saring kemudian dipanasan diatas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.

E. PENETAPAN KONTROL KUALITAS EKSTRAK

1. Uji Organoleptis

Metode
Bentu Bau Warna Rasa
Ekstraksi

Hitam
Maserasi Ekstrak kental khas Pahit
kehijauan

2. Penetapan Kadar Rendemen

a. Maserasi

Simplisia Serbuk kering (g) Ekstrak Etanol (g) Rendemen (b/b) %

Daun patikan kebo 200 38,3521 19,18%

3. Uji Alkaloid

Sampel Pereaksi Pustaka Keterangan

Serbuk daun Sampel + 1 ml HCl 2N + 9 Menghasilkan Hasil terdapat

patikan kebo mL air suling + dipanaskan, endapan bata endapan warna

kemudian + dragendroff atau jingga jingga


4. Uji Penegasan Senyawa Alkaloid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Lempeng KLT terlebih dahulu dipanaskan dalam oven dengan suhu 1100C

selama 30 menit. Ekstrak etanol daun patikan kebo disuspensikan dengan pelarut

etanol. Setelah itu ditotolkan pada lempeng KLT yang sudah diberi garis batas elusi.

Identifikasi dengan metode kromatografi lapis tapis, menggunakan eluen metanol :

kloroform (1: 1). Setelah itu eluen dijenuhkan dalam chember dengan menggunakan

kertas saring. Selanjutnya lempeng KLT yang telah ditotol dengan ekstrak dimasukkan

kedalam chember dan kemudian dielusi. Pengamatan terhadap penampakan noda

dilakukan dengan menggunakan sinar UV 254 nm kemudian deteksi bercak dengan

menyemprotkan pereaksi dragendorff, lalu dihitung harga Rf.

Golongan Senyawa Metode Ekstraksi Eluen Nilai Rf

Alkaloid Maserasi metanol : kloroform (1 : 1) 0,82

Hasil dari pengujian KLT menunjukan bahwa ekstrak etanol daun patikan kebo

dengan metode maserasi mengandung alkaloid dengan ditunjukan dengan warna jingga

setelah disemprot dengan dragendorff. Nilai Rf ekstrak etanol daun patikan kebo adalah

0,82

F. Penetapan Kadar Alkaloid Total Ekstrak Daun Patikan Kebo

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah kadar senyawa alkaloid yang

terkandung pada daun patikan kebo (Euphorbia hirta L.). Penetapan kadar alkaloid total

ekstrak daun patikan kebo dilakukan dengan cara menyaring ekstrak yang telah

didapatkan dari proses maserasi, kemudian dipekatkan menggunakan waterbath hingga

menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental ini selanjutnya dibagi menjadi tiga karena akan

dilakukan replikasi sebanyak 3 kali, kemudian dilakukan penimbangan menggunaan


neraca digital. Ekstrak pekat ini kemudian ditambahkan dengan 25 mL HCl 2% yang

bertujuan untuk menambah kepolaran dan ditambahakan 25 mL n-heksan yang bersifat

non polar agar dapat menarik senyawa alkaloid dan diekstraksi dalam corong pisah 250

mL. Fraksi n-heksan kemudian ditampung dalam beaker glass, sedangkan fraksi HCl

didalam corong ditambahkan dengan ammonium hidroksida 35% sampai pH 9 untuk

mengembalikan suasana basa alkaloid, selanjutnya ditambahkan kloroform yang

bersifat non polar agar dapat mengekstraksi senyawa alkaloid yang juga bersifat non

polar. Pemberian kloroform dilakukan sebanyak 2 kali, kemudian fraksi kloroform

dikumpulkan pada cawan dan diuapkan hingga didapatkan pada crude alkaloid total

daun patikan kebo (Mukhaimin dkk, 2018). Penetapan kadar alkaloid total daun patikan

kebo fraksi kloroform didapatkan hasil berturut-turut yaitu 60.79%, 69.32%, dan 69.04%,

sehingga rata-rata besar kadar yang diperoleh dari ketiga replikasi tersebut adalah

66.38%. Hal ini menunjukkan bahwasannya daun patikan kebo mengandung senyawa

alkaloid yang dapat digunakan sebagai obat anti diare, anti diabetes, anti mikroba dan

anti malaria (Wink, 2008).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Dari hasil determinasi patikan kebo dalam penelitian ini yang di dapatkan dari desa

Mojoranu, Bojonegoro terdeteksi benar adanya kadar senyawa alkaloid.

b. Kadar senyawa alkaloid yang diperoleh yaitu 66.38%.

2. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penetapan kadar dengan metode dan

dengan pelarut yang berbeda, serta dilakukan penelitian lebih lanjut sampai pada

pemurnian isolat yang positif alkaloid untuk menentukan jenis alkaloid yang terkandung.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Determinasi


Lampiran 2. Persiapan Simplisia dan Uji Kadar

No Gambar Keterangan

1 Daun patikan kebo

yang segar

Proses pengeringan
2
daun patikan kebo

3 Serbuk kering patikan kebo


4 Pengujian kadar air

serbuk daun patikan kebo

Lampiran 3. Proses Ekstraksi Maserasi

No Gambar Keterangan

Proses maserasi selama 3


1
hari

2
Proses pengentalan ekstrak
3 Ekstrak kental

Lampiran 5. Identifikasi Kandungan Senyawa Alkaloid Ekstrak

No Pereaksi Gambar Keterangan

Sampel + 1 ml HCl 2N + 9

mL air suling + Hasil endapan


1
dipanaskan, kemudian + warna jingga

dragendroff
Lampiran 6. Uji dan Perhitungan KLT

Eluen Nilai Rf Gambar

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jarak yang ditempuh pelarut


metanol :

kloroform Rf = 7
8,5
(1 : 1)
Rf = 0,82

Perhitungan fase gerak KLT = metanol : kloroform (1 : 1)

1. Metanol = 1/2 x 20 mL = 10 mL

2. Kloroform = 1/2 x 20 mL = 10 mL
Lampiran 7. Uji Penetapan Kadar Alkaloid

No Gambar Keterangan

1. Penimbangan cawan kosong

2. Penimbangan sampel

Pemisahan fase HCl dan N-


3.
heksan
3. Pengaturan sampai pH 9

Pemisahan fase yang sudah

4 diatur sampai pH 9 dengan

kloroform

5 Pemberian klorofom kedua kali


Fase kloroform yang sudah

6 diuapkan (padatan crude

alkaloid)

Penimbangan padatan crude


7
alkaloid total
Lampiran 8. Data Penetapan Kadar Alkaloid

Berat Berat Rata-


Berat Cawan Berat Cawan + Ekstrak Kadar %
Sampel Ekstrak Rata %
1 2,0483 90,0779 91,3276 1,2452 60,79 66,38
90,0777 91,3231
90,0776 91,3228
90,0778 91,3221
90,0776 91,3218
90,0766 91,3218
90,0766 91,3218

2 3,0039 96,2017 98,3179 2,0822 69,32

96,2011 98,3171

96,201 98,313

96,2008 98,3127

96,2001 98,283

96,2001 98,2825

96,2000 98,2822

96,2000 98,2822

3 3,0073 88,7391 90,816 2,0762 69,04

88,7381 90,8143

88,7380 90,8131

88,7381 90,8126

88,7362 90,8124

88,7362 90,8124

88,7362 90,8124

Anda mungkin juga menyukai