Anda di halaman 1dari 6

EKSTRAKSI PADA PUTIK BUNGA KASUMBA TURATEA (Carthamus

tinctorius L.) DENGAN METODE MASERASI


Zumrotul Avifa Kasjib1*, Lina Fauzi’ah2
1,2
Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang, Km.14,5 Yogyakarta, 55584, Indonesia
*email: avifapby@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada putik bunga
kasumba turatea (Carthamus tinctotius L.) dengan metode maserasi. Maserasi dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan kedalam pelarut metanol selama 48 jam. Hasil identifikasi
metabolit sekunder tersebut positif mengandung sterol dan triterpenoid, polifenol dan tanin,
serta flavonoid.

Kata kunci : kasumba turatea, maserasi

PENDAHULUAN
Kasumba turatea (Chartamus tinctorius L.) banyak digunakan oleh masyarakat sebagai
obat kolesterol, angina pektoris (nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah jantung),
hipertensi, nyeri haid dan sakit perut setelah melahirkan (Wijayakusuma, 2008). Dalam tradisi
pengobatan bugis Makassar, kasumba turatea atau kasumba bugis digunakan sebagai obat
herbal untuk mengatasi penyakit sarampa atau cacar air dan telah menjadi herbal andalan bagi
orang Sulawesi untuk mengatasi penyakit tersebut.
Manfaat dari bunga kasumba turatea menunjukkan adanya senyawa aktif yang
terkandung, yaitu metabolit sekunder. Metabolit sekunder diproduksi oleh berbagai organisme
tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme
penghasilnya. Metabolit sekunder telah dilaporkan memiliki berbagai aktivitas biologi yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara
lain antikanker, anti bakteri, antioksidan dan antifungi (Winarsi, 2007). Kasumba turatea
mengandung 2 kelompok besar pigmen yang larut dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye
carthamin, yang berwarna orange-merah serta larut dalam larutan alkali (Youngson,, 2005).
Bunganya mempunyai kandungan 0,3% – 0,6% carthamin flavonoids, glikosida, sterol dan
derivat serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan bijinya. Selain itu kasumba turatea
memiliki kandungan kimia seperti arthamone, neo-carthamin, nanocosane, saflomin A,
dipalmitin, adenosid, beta-sitosterol, polisakarida (Wijayakusuma, 2008).
Penelitian terkait tanaman kasumba turatea masih jarang dilakukan. Senyawa kimia
yang terkandung dalam bahan alam dapat diambil dengan metode ekstraksi. Metode ekstraksi
mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstraksi terhadap pelarut yang
digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu
ketelitian dalam memilih metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa
metabolit sekunder yang diinginkan. Kandungan kimia dari kasumba turatea dapat dipisahkan
dengan metode ekstraksi. Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan adalah maserasi,
soxhletasi, perkolasi, refluks dan destilasi uap.
Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi yang mana
maserasi merupakan proses perendaman sampel dalam pelarut organik yang digunakan pada
temperature ruangan. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang
cukup antara pelarut dan jaringan yang akan diekstraksi. Pemilihan pelarut untuk proses
maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan bahan alam
dalam pelarut tersebut (Lenny,2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada putik
bunga kasumba turatea dengan ekstraksi secara maserasi.
METODE PENELITIAN
a. Alat
Corong pisah, oven, pestle, mortar, gelas beaker, evaporator buchii, tabung reaksi, botol
kaca, timbangan analitik, penangas air, batang pengaduk, dan erlenmeyer
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain putik bunga kasumba turatea, etanol, metanol, HCL
2N, H2SO4 3 mL, CH3COOH 5 mL, larutan FeCl3 10% 1 mL, CHCl3 1 mL, akuades, pereaksi
Mayer, serbuk magnesium, KI.
c. Prosedur Kerja
1. Preparasi Sampel
Putik bunga kasumba turatea yang diperoleh dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan
menggunakan pestle dan mortar hingga menjadi serbuk.
2. Isolasi Minyak Atsiri dengan Maserasi
 Maserasi
Putik bunga kasumba turatea dimasukkan kedalam oven 50℃. Kemudian dihaluskan
menggunakan mortar dan pastle lalu ditimbang sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam
botol kaca dan ditambahkan pelarut metanol 50 mL. Dimaserasi selama 48 jam, setelah itu
dipisahkan filtrat dan endapan menggunakan kertas saring, lalu filtratnya dipekatkan dengan
evaporator.
3. Identifikasi Metabolit Sekunder
a. Uji Alkaloid
Ekstrak putik kasumba turatea dilarutkan dengan 5 mL HCl 2N. Larutan yang
didapat kemudian dibagi 2 tabung reaksi. Tabung pertama digunakan sebagai blanko, tabung
kedua ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Pereaksi Mayer dibuat dengan cara:
sebanyak 1,36 g HgCl2 dilarutkan dalam 60 mL akuades. Pada bagian yang lain dilarutkan 5
g KI dalam 10 mL akuades. Kedua larutan ini kemudian dicampur dan diencerkan dengan
akuades sampai 100 mL. Terbentuknya endapan jingga pada tabung ke satu dan endapan
putih hingga kekuningan pada tabung ke dua menunjukkan adanya alkaloid (Jones dan
Kinghorn, 2006).
b. Uji Glikosida
Pemeriksaan glikosida dilakukan dengan reaksi Lieberman-Buchard. Ekstrak putik
kasumba turatea dilarutkan dalam pelarut etanol, diuapkan diatas penangas air lalu dilarutkan
dalam 5 ml CH3COOH kemudian ditambah 10 tetes H2SO4. Terbentuknya warna biru atau
hijau menunjukkan adanya glikosida (Depkes RI, 1995).
c. Uji Stereol dan Triterpenoid
Ekstrak dilarutkan dalam 0,5 mL CHCl3, ditambahkan dengan 0,5 mL CH3COOH.
Selanjutnya campuran ini ditetesi dengan 2 mL H2SO4. Terbentuknya warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol. Bila cincin kecoklatan atau violet menunjukkan adanya
triterpenoid (Jones dan Kinghorn, 2006).
d. Uji Saponin
Ekstrak ditambahkan dengan 10 mL akuades kemudian didinginkan, dikocok kuat
selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10
cm. Pada penambahan HCl 2N, buih akan hilang (Depkes RI, 1995).
e. Uji Polifenol dan Tanin
Ekstrak ditambahkan dengan 1 mL larutan FeCl3 10%. Jika terbentuk warna biru tua,
biru kehitaman atau hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa polifenol dan tannin
(Robinson, 1995; Jones dan Kinghorn, 2006).
f. Uji Flavonoid
Ekstrak sebanyak 2 mL dipanaskan, kemudian ditambah etanol. Ke dalam larutan
ditambahkan serbuk magnesium dan ditambahkan HCl. Terbentuk larutan berwarna merah
menunjukkan adannya Flavonoid (Alwi,2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan identifikasi metabolit sekunder dengan menggunakan putik bunga
kasumba turatea. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi metabolit sekunder yaitu alkaloid,
glikosida, stereol dan triterpenoid, saponin, polifenol dan tanin, serta flavonoid dengan metode
ekstraksi maserasi.
Preparasi sampel dilakukan dengan menimbang sebanyak 300 gram putik bunga
kasumba turatea dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 50 ℃ selama 15 menit,
pengeringan dilakukan untuk menghilangkan kadar air dalam sampel untuk memperlancar
proses analisis dan menambah daya awet sampel. Diperoleh putik bunga kasumba turatea
kering sebanyak 150 gram sebagaimana terdapat pada gambar 1.

Gambar 1.

Sampel dihaluskan menggunakan pestle dan mortar hingga menjadi serbuk fungsinya
untuk mempercepat proses ekstraksi sebagaimana terdapat pada gambar 2.

Gambar 2.
Putik bunga kasumba turatea yang telah dihaluskan kemudian ditimbang 10 gram lalu
dimasukkan kedalam botol kaca dan ditambahkan pelarut metanol 50 mL hingga semua sampel
terendam keseluruhan dan ditutup rapat. Setelah itu, dimaserasi selama 48 jam terlindungi dari
cahaya, sambal sesekali diaduk. Ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3.
Sampel yang telah dimaserasi selama 48 jam dipisahkan dengan cara penyaringan
menggunakan kertas saring, agar diperoleh endapan dan, filtrat, dan residu sebagaimana
terdapat pada gambar 4.
Gambar 4.
Filtrat yang di peroleh dipekatkan dengan cara evaporator fungsinya untuk
mendapatkan ekstrak yang kental dan telah terbebas dari metanol sebagaimana terdapat pada
gambar 5 (A dan B).

Gambar 5 (A). Gambar 5 (B).


Pasta yang diperoleh dilakukan uji kualitatif yaitu identifikasi metabolit sekunder,
meliputi uji alkaloid, glikosida, stereol dan triterpenoid, saponin, polifenol dan tanin, serta
flavonoid. Uji alkaloid dengan cara ekstrak putik bunga kasumba turatea dilarutkan dengan 5
mL HCl 2 N agar larutan terbentuk dua fase yang bertujuan untuk melarutkan alkaloid.
Kemudian larutan yang didapat dibagi dalam 2 tabung reaksi. Tabung pertama digunakan
sebagai blanko, tabung kedua ditambahkan pereaksi mayer sebanyak 3 tetes bertujuan untuk
mendeteksi alkaloid. Pada Tabung pertama dilarutkan 5 g KI yang berfungsi sebagai indikator
ke dalam 10 mL akuades. Kedua larutan ini kemudian dicampur dan diencerkan dengan
akuades sampai 100 mL, yang mana akan didapatkan endapan jingga yang berbentuk amorf,
hal ini menunjukkan bahwa mengandung alkaloid, tetapi pada percobaan ini larutan tidak
membentuk endapan jingga atau dengan kata lain negativ mengandung alkaloid.
Uji glikosida dilakukan dengan pereaksi mayer. Ekstrak kasumba turatea dilarutkan
dalam pelarut etanol karena bersifat polar dan diuapkan di atas penangas air lalu dilarutkan
dalam 5 mg CH3COOH yang berfungsi sebagai pelarut, kemudian ditambah 10 tetes H2SO4
untuk memperjelas jika terbentuk warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida. Hasil
yang didapat menunjukkan tidak ada kandungan glikosida pada ekstrak putik bunga kasumba
turatea.
Uji stereol dan triterpenoid ekstrak dilarutkan dalam 0,5 mL CHCl3 dan ditambahkan
0,5 mL CH3COOH, kemudian ditetesi dengan 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung reaksi. Jika
terbentuk warna hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol. Jika cincin kecoklatan atau violet
menunjukkan adanya triterpenoid. Hasil yang didapat menunjukkan adanya sedikit triterpenoid
dan ada kandungan stereol pada ekstrak putik bunga kasumba turatea.
Uji saponin ekstrak ditambahkan dengan 10 mL akuades kemudian dikocok kuat
selama 10 detik bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara
tepat dan sempurna. Kemudian terbentuk buih selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10 cm.
Jika pada penambahan HCl 2 N berfungsi sebagai indikator buih akan hilang menunjukkan
adanya senyawa saponin. Hasil yang didapat menunjukkan tidak ada kandungan saponin pada
ekstrak putik bunga kasumba turatea.
Uji polifenol dan tanin ekstrak ditambahkan 1 mL larutan FeCl3 10% berfungsi untuk
menghasilkan warna hitam yang menandakan positif tanin/polifenol. Jika terbentuk warna biru
tua, biru kehitaman atau biru kehijauan menunjukkan adanya senyawa polifenol dan tanin.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini menunjukkan adanya kandungan senyawa polifenol
dan tanin dengan adanya perubahan warna biru kehitaman pada ekstrak putik bunga kasumba
turatea.
Uji flavonoid ekstrak sebanyak 2 mL dipanaskan, kemudian ditambahkan etanol.
Larutan ditambahkan serbuk Mg dan ditambahkan HCl, untuk mendeteksi adanya senyawa
flavonoid. Mg akan bereaksi, ekstrak akan berubah menjadi warna merah. Jika terbentuk
larutan berwarna merah menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Hasil yang didapat pada
percobaan ini menunjukkan adanya sedikit kandungan flavonoid pada ekstrak putik bunga
kasumba turatea.
Tabel 1.1 Hasil uji metabolit sekunder metode maserasi
Jenis Uji Referensi Hasil
Tidak terbentuk endapan
Alkaloid Tidak mengandung Alkaloid
kuning (-)
Tidak terbentuk warna biru
Glikosida Tidak mengandung Glikosida
atau hijau (-)
Mengandung Sterol dan Terbentuknya warna hijau
Stereol dan Triterpenoid
Triterpenoid kebiruan (+)
Saponin Tidak mengandung Saponin Tidak terbentuk buihv(-)
Terbentuk warna hitam
Polifenol dan tanin Tidak mengandung Saponin
kehijauan (+)
Flavonoid Mengandung Flavonoid Terbentuk warna merah (+)

Gambar A Gambar B Gambar C Gambar D

Gambar F Gambar G Gambar H


Gambar E

Keterangan :
Gambar 6 (a) Uji Alkaloid Sampel + HCl, (b) Uji Alkaloid Sampel + HCl + Pereaksi Mayer,
(c) Uji Alkaloid Blanko, Sampel + KI, (d) Uji Glikosida, (e) Uji Sterol dan Triterpenoid, (f) Uji
Saponin, (g) Uji Polifenol dan Tanin, (h) Uji Flavonoid
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1995., Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta: Media
Depkes RI, 2006., Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia, Jakarta: Depkes RI.
Hyeronimus,S.B., 2006, Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. 1st ed, Jakarta: Media.
Imran.A, 2014, Skripsi, Prodi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin Makassar
Jones, W.P., dan Kinghorn, A.D., 2006, Extraction of Plant Secondary Metabolites. In:
Sharker, S.D. Latif Z., Gray A.L, eds. Natural Product Isolation 2nd edition. New Jersey:
Humana Press.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tingg,. Bandung, ITB Press.
Wijayakusuma, H., 2008, Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara
Winarsi, D.R., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas ed, V. Yogyakarta: Kanisius.
Youngson, D.R., 2005, Antioksidan: Manfaat Vitamin C & E Bagi Kesehatan. Penyunt. L.
Juwono. Jakarta: Arean

Anda mungkin juga menyukai