Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA
“Pemeriksaan Pendahuluan dari Serbuk Simplisia (Penapisan
Fitokimia)”

Nama: Atika Puti Widyana (2016210032)*


Carrista
Clarissha
Cory Cindy Lesnussa
Dewi Sulistya Rini
Dinda Rafa Maulida
Kelas: B
Kelompok: 2
Tanggal Praktikum: 15 September 2018

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA

2018
I. Teori Singkat
Fitokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari mengani pertumbuhan dan
metabolism tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan
karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan leh tanaman. Ilmu
fitokimia secara analisis merupkan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kiia,
terutama dari golongan senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis,
metabolism dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kiia tersebut beserta
sebaran dan fungsi biologisnya. Untuk mengetahui atay menentukan kandungan zat aktif dalam
suatu tumbuhan atau ekstrak tumbuhan dapat dilakukan screening atau penapisan.
Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia
sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya
kandungan kimia senyawa yang teridentifikasi. Hasil yang negative dari pemeriksaan kimia
pendahuluan belum dapat dipastikan bahwa dalam simplisia terdapat tidak terdapat kandungan
senyawa kimia yang diperiksa.
Hal ini kemungkinan di sebabkan karena presentasenya yang sedikit dalam tubuhan atau
karena uji identifikasinya kurang sensitive untuk golongan senyawa tertentu. Senyawa metabolit
sekunder yang biasa di temui di dalam tumbuhan adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid, triterpenoid, saponin, tannin, minyak atsiri, kuinon, dan kumarin.
Metode yang digunakan dalam skrininh fitokimia harus memliki persyaratan:
 Metodenya sederhna dan cepat
 Peralatan yang digunakan sedikit mungkin
 Selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu
 Dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam
kelompok senyawa yang diteliti.
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:
 Uji warna
 Penentuan kelarutan
 Bbilangan Rf
 Ciri spectrum UV
Masalah pada skrining fitokmia biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil analisis
pengujian atau skrinning, seperti:
 Reaksi positif palsu adalah hasil pengujian menyatakn ada (positif), tapi sebenearnya
tidak ada (negative), hal ini bias disebabkan kesalahan alat, atau pengaruh senyawa yang
memiliki kesamaan sifat maupun struktur atom yang identi.
 Reaksi negative palsu adalah hasil pengujian menyatakn tidak ada (negative),
tapisebenarnya ada (positif), hal ni bias disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena
kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak
memenuhi syrat, oleh karena itu senyawa yang tadinya ada hilang atau rusak karena
reaksi enzimatik mapupun hidrolisis.
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplkisia nabati atau simplisia hewani menggunakan elarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampi semua pelarut diuapkan sehingga diperoleh masa kental atau serbuk. Ektraksi adalah
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari sauu bahan simplsiai sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut. Didalam satu simplisia ada senyawa yang dapat larut dala
cairan penyari da nada yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Ekstrak
yang digyunakan pada praktikum kali ini adalah ekstrak daun jambu biji. Pada praktikum ini
digunakan metode ektraksi maserasi, dimana metode ini memliki keuntungan dan kelemaha,
yaitu:
Keuntungan:
 Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana peredam
 Biaya operasionalnya realtif rendah
 Prosesnya realtif hemat peyari dan tanpa pemanasan
Kekurangan:
 Proses penyarinya tidak sempurna karena zat aktif mampu terekstraksi sebesar 50% saja
 Prosesnya lama karean butuh waktu beberapa hari
Metabolit sekunder yang dihasilkan dari proses ekstraksi serta metode yang dapat dilakukan
skrinning fitokimia antara lain adalah,, untuk deteksi triterpenoid dapat digunakan uji noller, uji
sannie, dan uji resenthaler. Lalu, untuk Deteksi steroid dapat digunakan uji Libermann-Burchard,
reaksi lifschutz, reaksi rossenhein, uji zimmermann, reaksi tschugaeff, dan reaksi pinus. Deteksi
tannin dapat menggunakan uji ferri klorida, uji gelatin, uji goldbeater, dan uji phenazone.
Deteksi alkaloid dapat menggunakan tes dragendroff, tdan tes mayer. Kemudian untuk dekteksi
flavonoid dapat menggunakan uji shinoda, uji larutan uji dengan menambahkan feri klorida.

II. Alat dan Bahan


 Alat:
 Kertas Saring
 Tabung Reaksi
 Water bath
 Cawan penguap
 Kapas
 Corong
 Rak Tabung Reaksi
 Bahan:
 Serbuk simplisia
 NaOH 1N
 NH4OH 30%
 Natrium Asetat
 Kloroform
 HCL encer
 HCL pekat
 Amil alcohol
 Feri (III) klorida 1%
 Eter
 Asam asetat anhidrat
 H2SO4 98%
 Ethanol 96%
 Lempeng Mg
 Pereaksi Meyer
 Pereaksi Dragendorf
 Pereaksi Stiansny

III. Cara Kerja


1. Identifikasi golongan Alkaloid
Sebanyak 3 gram simplosoa dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 30% (pekat), di gerus
dalam mortar, kemudian ditambahkan 20ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat,
campuran tersebut disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrate berupa larutan organic
(sebagai larutan A), sebagian dari larutan A (10 ml) di ekstraksi dengan 10 ml larutan HCL 1:10
denga pengocokan dalam tabung reaksi, ambil larutan bagian atasnya (sebagai larutan B).
Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprotan atau ditetesi dengan
pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah/jingga pada ertas saring menunjukkan adanya
senyawa alkaloid. Larutan B di bagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan msing-masing pereaksi
Dragendorff dan Meyer, terbentuk edapan merah bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan
putih dengan pereaksi Meyer menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
2. Identifikasi golongan Flavonoid
2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air panas, di didihkan selama 5 menit,
saring dengan kertas saring, diperoleh filtat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan.
Kedalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi), ditambahkan serbuk atau lempeng
magnesium secukupnya dan 1 ml HCL pekat. Tambahkan 5 ml amilalkohol, dikocok dengan
kuat, biarkan hinggga memisah, terbentuk warna dalam larutan amilalkohol menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
3. Identifikasi golongan Saponin
Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan nomor 2 dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan dikocok secara vertical dalam 10 detik, kemudian dibiarkan selama
10 menit, terbentuk busa stabil dalam tabung reaksi menunjukkan adanya senyawa golongan
saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCL 1% busa tetap stabil.
4. Identifikasi golongan Tanin
2 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit,
didinginkan dan disaring dengan kertas saring dan filtrate yang diperoleh dibagi 2 bagian.
Kedalam masing-masing 5 ml filtrate (dalam tabung reaksi):
a. Ditambahkan beberapa tetes larutan Feri (III) klorida 1 %, terbentuk warna biru
hijau violet.
b. Ditambahkan beberapa tetes larutan gelatin 1% terbentuk endapan putih
menunjukkan adanya senyawa golongan tannin.
Kedalam 50 ml filtrate yang kedua ditambahkan 15 ml Perekasi Stiansny. Dipanaskan
diatas peangas air, terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya Tanin
Katekuat. Endapan disaring, filtrate yang diperoleh dijenuhkan dengan serbuk natrium
asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan Feri (III) klorida 1% terbentuk warna biru tinta
menunjukkan adanya Tanin Galat.
5. Identifikasi golongan Kuinon
Diambil 5 ml larutan percobaan dari nomor 2. Masukkan kedalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N terbentuk warna merah intensif menunjukkan
adanya senyawa golongan Kuinon.
6. Identifikasi golongan Steroid dan Triterpenoid
1 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring dan diambil
filtrate nya, 5ml dari filtrate tersebut diuapkan dalam cawan penguap sehingga diperoleh
residue / sisa, kedalam residu ditambahka 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat
pekat, terbentuk warna hijau atau merah menunjukkan adanya senyawa golongan steroid atau
triterpenoid.
7. Identifikasi golongan Minyak Atsiri
Sejumlah 2 gram serbuk simplisia dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml pelarut
petroleum eter dan pasang corong )yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air)
pada mulut tabung, panaskan selama 10 menit fi atas peangas air dan di dinginkan, saring edngan
kertas saring, filtrate diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan pelarut alcohol
sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap, residu
berbau aromatic / menyenangkan, menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.
8. Identifikasi golongan Kumarin
2 gram simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi (volume 20 ml) ditambahkan 10 ml
pelarut kloroform dan pasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air)
pada mulut tabung. Panaskan selama 20 menit diatas penangas air dan di dinginkan, saring
dengan kertas saring, filtrate diuapkan pada cawan penguap sampai kering, sisa ditambahkan air
panas sebanyak 10 ml, dinginkan. Laurtan dimasukkan kedlam tabung reaksi, tambahkan 0,5 ml
larutan Ammonia (NH4OH) 10%. Amati dibawah sinar lampu ultraviolet pada panjang
gelombang 365 nm, maka terjadi fluoresensi warna biru atau hijau, biru kehijauan, menunjukkan
adanya golongan Kumarin.
IV. Hasil Percobaan
No Pengujian Hasil Teori Hasil Percobaan
.
1. Alkaloid (Pule Pundak)  Larutan A. warna merah  (-) Tidak ada warna merah
 Terbentuk endapan merah bata
 (+) Ada endapan merah bata
 +Dragendroff
 Terbentuk endapan putih  (+) Ada endapan putih
 +Mayer
2. Flavonoid (Daun Encok) Terbentuk warna amilalkohol (+) Ada warna amilalkohol
Amilalkohol
3. Saponin (Daun Akar Manis) Terbentuk busa (+) Mengandung busa
Ada busa stabil + HCL 1%
busa tetap stabil
4. Tanin (Daun Jambu Biji)
+Pereaksi Stiansny Endapan merah muda (-) Tidak ada endapan merah
(katekuat) (-) tidak ada warna biru tinta
Warna biru tinta (Galat)
Terbentuk warna biru hijau
+FeCL3 1% (+) Warna biru hijau
violet
+Lar. Gelatin 1% (-) Tidak ada endapan putih
Terbentuk endapan putih
5. Kuinon (Rhei Radix) Warna merah intensif (+) Warna merah intensif
+NaOH 1N
6. Steroid & Triterpenoid (Daun
Alpukat) Warna hijau (+) Warna hijau
+As. Asetat Warna merah (-) Tidak ada warna merah
+H2SO4
7. Minyak Atsiri (Daun Sirih)
Bau aromatic Bau aromatic
8. Kumarin (Daun Kemuning)
+0,5 NH4OH 10% Warna biru/hijau biru (+) Warna Hijau
difluoresensi Biru kehijauan
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
No. Pengujian Kesimpulan
1. Alkaloid (Pule Pundak) Pule Pundak positif mengandung alkaloid dalam
kadar kecil.
2. Flavonoid (Daun Encok) Daun encok positif mengandung flavonoid
3. Saponin (Daun Akar Manis) Akar Manis positif mengandung saponin
4. Tanin (Daun Jambu Biji) Daun jambu biji positif mengandung Tanin Galat
5. Kuinon (Rhei Radix) Rhei radix positif mengandung kuinon
6. Steroid & Triterpenoid (Daun Daun alpukat positif mengandung steroid, negative
Alpukat) mengandung triterpenoid
7. Minyak Atsiri (Daun Sirih) Daun sirih positif mengandung minyak atsiri0ol
8. Kumarin (Daun Kemuning) Daun kemuning positif mengandung kumarin

VII. Daftar Pustaka


1. Tim Dosen Praktikum Fitokimia, Penuntun Praktikum Fitokimia. 2018.Jakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila
2. Dep.Kes R.I, Matera Medika Indonesia, Jilid II, Dit. Jend. POM, Jakarta, 1978.
3. Djamal, R., 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian. Unversitas
Negeri Andalas.
4. Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Depok: Penebar Swadaya.
5. Miller, J.M, Separation Methods in Chemical Analysis, Wiley Interscience, New York,
1975.
LAMPIRAN

KUMARIN

Anda mungkin juga menyukai