PRAKTIKUM FITOKIMIA
“Pemeriksaan Pendahuluan dari Serbuk Simplisia (Penapisan
Fitokimia)”
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
I. Teori Singkat
Fitokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari mengani pertumbuhan dan
metabolism tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan
karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan leh tanaman. Ilmu
fitokimia secara analisis merupkan penambahan secara sistematis tentang berbagai senyawa kiia,
terutama dari golongan senyawa organic yang terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis,
metabolism dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kiia tersebut beserta
sebaran dan fungsi biologisnya. Untuk mengetahui atay menentukan kandungan zat aktif dalam
suatu tumbuhan atau ekstrak tumbuhan dapat dilakukan screening atau penapisan.
Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia
sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya
kandungan kimia senyawa yang teridentifikasi. Hasil yang negative dari pemeriksaan kimia
pendahuluan belum dapat dipastikan bahwa dalam simplisia terdapat tidak terdapat kandungan
senyawa kimia yang diperiksa.
Hal ini kemungkinan di sebabkan karena presentasenya yang sedikit dalam tubuhan atau
karena uji identifikasinya kurang sensitive untuk golongan senyawa tertentu. Senyawa metabolit
sekunder yang biasa di temui di dalam tumbuhan adalah golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid, triterpenoid, saponin, tannin, minyak atsiri, kuinon, dan kumarin.
Metode yang digunakan dalam skrininh fitokimia harus memliki persyaratan:
Metodenya sederhna dan cepat
Peralatan yang digunakan sedikit mungkin
Selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu
Dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam
kelompok senyawa yang diteliti.
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:
Uji warna
Penentuan kelarutan
Bbilangan Rf
Ciri spectrum UV
Masalah pada skrining fitokmia biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil analisis
pengujian atau skrinning, seperti:
Reaksi positif palsu adalah hasil pengujian menyatakn ada (positif), tapi sebenearnya
tidak ada (negative), hal ini bias disebabkan kesalahan alat, atau pengaruh senyawa yang
memiliki kesamaan sifat maupun struktur atom yang identi.
Reaksi negative palsu adalah hasil pengujian menyatakn tidak ada (negative),
tapisebenarnya ada (positif), hal ni bias disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena
kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak
memenuhi syrat, oleh karena itu senyawa yang tadinya ada hilang atau rusak karena
reaksi enzimatik mapupun hidrolisis.
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplkisia nabati atau simplisia hewani menggunakan elarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampi semua pelarut diuapkan sehingga diperoleh masa kental atau serbuk. Ektraksi adalah
kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari sauu bahan simplsiai sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut. Didalam satu simplisia ada senyawa yang dapat larut dala
cairan penyari da nada yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Ekstrak
yang digyunakan pada praktikum kali ini adalah ekstrak daun jambu biji. Pada praktikum ini
digunakan metode ektraksi maserasi, dimana metode ini memliki keuntungan dan kelemaha,
yaitu:
Keuntungan:
Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana peredam
Biaya operasionalnya realtif rendah
Prosesnya realtif hemat peyari dan tanpa pemanasan
Kekurangan:
Proses penyarinya tidak sempurna karena zat aktif mampu terekstraksi sebesar 50% saja
Prosesnya lama karean butuh waktu beberapa hari
Metabolit sekunder yang dihasilkan dari proses ekstraksi serta metode yang dapat dilakukan
skrinning fitokimia antara lain adalah,, untuk deteksi triterpenoid dapat digunakan uji noller, uji
sannie, dan uji resenthaler. Lalu, untuk Deteksi steroid dapat digunakan uji Libermann-Burchard,
reaksi lifschutz, reaksi rossenhein, uji zimmermann, reaksi tschugaeff, dan reaksi pinus. Deteksi
tannin dapat menggunakan uji ferri klorida, uji gelatin, uji goldbeater, dan uji phenazone.
Deteksi alkaloid dapat menggunakan tes dragendroff, tdan tes mayer. Kemudian untuk dekteksi
flavonoid dapat menggunakan uji shinoda, uji larutan uji dengan menambahkan feri klorida.
KUMARIN