Anda di halaman 1dari 4

Skrining Fitokimia

Nama : Feliciana Stefanus, NIM : 171501099


Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis kualitatif
kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan (Malik dkk., 2016).
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia
yang bertujuan memberi gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia yang dilakukan dengan melihat reaksi
pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna (Kristianti dkk., 2008).
Jenis-jenis skrining fitokimia :
1. Skrining Fitokimia Alkaloid
Metode :
Culvenor dan Fitzgerald
Prosedur skrining :
Bahan tanaman segar sebanyak 5-10 gram diekstraksi dengan kloroform
beramonia lalu disaring. Selanjutnya ke dalam filtrat ditambahkan 0,5-1 ml asam
sulfat 2N dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan asam (atas) dipipet dan
dimasukkan ke dalam tiga buah tabung reaksi. Ke dalam tabung reaksi yang pertama
ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer. Ke dalam tabung reaksi kedua ditambahkan
dua tetes pereaksi Dragendorf dan ke dalam tabung reaksi yang ketiga dimasukkan
dua tetes pereaksi Wagener.
Hasil :
Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada
tabung reaksi yang pertama dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada
tabung reaksi kedua dan ketiga.
Prosedur pembuatan pereaksi :
Pembuatan larutan kloroform beramonia, dapat dilakukan dengan cara
mengambil sebanyak 1 ml amonia pekat 28% ditambahkan ke dalam 250 ml
kloroform. Kemudian dikeringkan dengan penambahan 2,5 gram Natrium sulfat
anhidrat dan disaring.
Pembuatan larutan Mayer dilakukan dengan cara mengambil HgCl2
sebanyak 1,5 gram dilarutkan dengan 60 ml akuades. Di tempat lain dilarutkan KI
sebanyak 5 gram dalam 10 ml akuades. Kedua larutan yang telah dibuat tersebut
kemudian dicampur dan diencerkan dengan akuades sampai volume 100 ml. pereaksi
Mayer yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam botol gelap.
Pembuatan pereaksi Dragendorf dilakukan dengan mencampur Bismuth
subnitrat sebanyak 1 gram dilarutkan dalam campuran 10 ml asam asetat glasial dan
Skrining Fitokimia
Nama : Feliciana Stefanus, NIM : 171501099
40 ml akuades. Di tempat lain 8 gram KI dilarutkan dalam 20 ml akuades. Kedua
larutan yang telah dibuat dicampur kemudian diencerkan dengan akuades sampai
volumenya 100 ml. pereaksi Dragendorf ini harus disimpan dalam botol yang
berwarna gelap dan hanya dapat digunakan selama periode beberapa minggu setelah
dibuat.
Pembuatan pereaksi Wagner, dilakukan dengan cara mengambil senyawa
KI sebanyak 2 gram dan iodine sebanyak 1,3 gram kemudia dilarutkan dengan
akuades sampai volumenya 100 ml kemudian disaring. Pereaksi Wagner ini juga
harus disimpan dalam botol yang gelap.
2. Skrining Fitokimia Flavonoid
Pereaksi :
Wilstater/ Sianidin.
Prosedur Skrining :
Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan pelarut n-heksana
atau petroleum eter sebanyak 15 ml kemudian disaring. Ekstrak yang diperoleh
selanjutnya diekstraksi lebih lanjut menggunakan metanol atau etanol sebanyak 30
ml. Selanjutnya, 2 ml ekstrak metanol atau etanol yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 0,5 ml asam klorida pekat
(HCl pekat) dan 3-4 pita logam Mg.
Hasil :
Adanya flavonoid ditandai dengan warna merah, oranye dan hijau tergantung
struktur flavonoid yang terkandung dalam sampel tersebut
3. Skrining Fitokimia Tanin
Metode :
Uji gelatin FeCl3.
Prosedur skrining :
Sebanyak 2 ml ekstrak air dari suatu bagian tanaman ditambahkan ke dalam 2
ml air suling. Selanjutnya, larutan ekstrak tersebut ditetesi dengan satu atau dua tetes
larutan FeCl31%.
Hasil :
Adanya kandungan tanin ditandai dengan timbulnya warna hijau gelap atau
hijau kebiruan.
Suatu esktrak bagian tanaman mengandung tanin jika terbentuk endapan putih,
setelah diberi larutan gelatin 1% yang mengandung NaCl 10%.
Skrining Fitokimia
Nama : Feliciana Stefanus, NIM : 171501099
4. Skrining Fitokimia Senyawa Terpenoid dan Steroid Tak Jenuh
Pereaksi :
Lieberman-Burchard
Prosedur skrining :
Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan pelarut n-heksana
atau petroleum eter sebanyak 10 ml kemudian disaring. Ekstrak yang diperoleh
diambil sedikit dan dikeringkan di atas papan spot test, ditambahkan tiga tetes
anhidrida asetat dan kemudian satu tetes asam sulfat pekat.
Hasil :
Adanya senyawa golongan terpenoid akan ditandai dengan timbulnya warna
merah sedangkan adanya senyawa golongan steroid ditandai dengan munculnya
warna biru.
5. Skrining Fitokimia Antrakuinon
Metode :
Modifikasi uji Borntrager
Prosedur skrining :
Bahan tanaman sebanyak 5 gram diuapkan di atas penangas air sampai kering.
Bahan kering yang sudah dingin tersebut kemudian dimasukkan ke dalam campuran
larutan 10 ml KOH 5N dan 1 ml H2O2 3% dan dipanaskan di atas penangas air
selama 10 menit, kemudian disaring. Ke dalam filtrat yang diperoleh setelah
penyaringan ditambahkan asam asetat glasial sampai larutan bersifat asam, kemudian
diekstraksi dengan benzena. Ekstrak benzena yang diperoleh kemudian diambil 5 ml
dan ditambah dengan 5 ml amonia, lalu dikocok.
Hasil :
Jika terbentuk warna merah pada lapisan amonia, maka bahan tanaman
tersebut mengandung senyawa golongan antrakuinon (Endarini, 2016).
6. Uji Kardenolin dan bufadienol.
Metode :
Metode Keller Killiani, metode Liebeman-Burchard dan metode Kedde.
Prosedur skrining :
(i) Metode Keller-Killiani yaitu dengan menguapkan 2 mL sampel, dan
mencucinya dengan heksana sampai heksana jernih. Residu yang tertinggal
dipanaskan diatas penangas air kemudian ditambahkan 3 mL pereaksi FeCl3 dan 1
mL H2SO4 pekat.
Skrining Fitokimia
Nama : Feliciana Stefanus, NIM : 171501099
Hasil :
Jika terlihat cincin merah bata menjadi biru atau ungu maka identifikasi
menunjukkan adanya kardenolin dan bufadienol.
(ii) Metode Lieberman-Burchard yaitu dengan cara menguapkan sampel
sampai kering. Kemudian ditambahkan kedalamnya 10 mL heksana, diaduk selama
beberapa menit lalu biarkan. Selanjutnya diuapkan diatas penangas air dan
ditambahkan 0,1 g Na2S04 anhidrat lalu diaduk. Larutan disaring sehingga diperoleh
filtrat. Kemudian filtrat dipisahkan menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai
blangko dan filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi asam asetat glasial dan H2SO4,
Hasil :
Senyawa kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna merah sampai
ungu.
(iii) Metode Kedde yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai kering
kemudian menambahkan 2 mL kloroform, lalu dikocok dan disaring. Filtrat dibagi
menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, dan filtrat B ditambah 4 tetes
reagen Kedde.
Hasil :
Senyawa kardenolin dan bufadienol akan menunjukkan warna ungu (Marliana
dkk. 2016).

Daftar Pustaka
Endarini, R.H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Farmakognisi dan Fitokimia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 131-140.
Kristianti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. dan Kurniadi, B., 2008. Buku ajar fitokimia.
Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas
Airlangga.
Malik, Abd., Edward, F., dan Waris, R. (2016). Skrining Fitokimia dan Penetapan Kandungan
Flavonoid Total Ekstrak Metanolik Herba Boroco (Celosia argentea L.). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. Vol 1(1). Halaman 3-4.
Marliana, S.D., Suryanti, V., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi
Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.)
dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol 3(1). Halaman 27.

Anda mungkin juga menyukai