SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2020 A. DESKRIPSI SIMPLISIA Nama : DAUN BELIMBING HUTAN (Baccaurea angulata Merr) Tempat Asal Pengambilan Simplisia : Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan barat Bagian Yang Digunakan : DAUN BELIMBING HUTAN (Baccaurea angulata Merr) Kondisi Simplisia : Kering B. METODE PENELITIAN a) Uji Alkaloid Uji alkaloid dilakukan menggunakan pereaksi Mayer (kalium tetraiodomerkurat (II)), Wagner (iodin dalam kalium iodida) dan Dragendroff (bismut nitrat dalam kalium iodida). Sampel yang mengandung alkaloid akan membentukendapan jingga sampai kecoklatan dan terbentuk endapan apabila direaksikan dengan masing-masing dari ketiga reagen tersebut. b) Uji Flavonoid Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan menggunakan pereaksi serbuk magnesium (Mg) dan asam klorida pekat (HCl). Penambahan serbuk Mg bertujuan agar membentuk ikatan dengan gugus karbonil pada senyawa flavonoid. Penambahan HCl bertujuan untuk membentuk garam flavilium yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah jingga. c) Uji Saponin Uji saponin dilakukan dengan melarutkan sampel dalam akuades kemudian dipanaskan selama 15 menit lalu dikocok selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang stabil selama kurang lebih 10 menit dan ditambahkan beberapa tetes asam klorida 2 N, maka sampel positif mengandung saponin. d) Uji Tanin / Polifenol Uji tanin/ polifenol dilakukan dengan menambahkan larutan FeCl3 5 % terhadap sampel. Sampel yang mengandung polifenol akan membentuk senyawa kompleks Fe3+ - tanin / polifenol dengan ikatan koordinasi dengan terjadinya perubahan warna menjadi biru kehitaman atau hijau kecoklatan. Hal ini terjadi karena atom O pada tanin / polifenol dapat mendonorkan pasangan elektron bebasnya ke Fe3+ yang memiliki orbital d kosong membnetuk ikatan kovalen koordinat untuk menjadi suatu senyawa kompleks. e) Uji terpenoid dan steroid Uji nterpenoid/ steroid dilakukan dengan melarutkan sampel dengan pereaksi Liebermann Burchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat). Sampel yang mengandung senyawa golongan steroid akan berubah warna menjadi hijau kebiruan. Sedangkan senyawa golongan triterpenoid akan berubah warna membentuk cincin coklat atau violet. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel dimaserasi selama 3x24 jam dengan pelarut metanol. Setiap 1x24 jam pelarut metanol diganti dengan yang baru. Ekstrak metanol yang diperoleh dari hasil maserasi selanjutnya dipartisi dengan metode ekstraksi cair-cair. Partisi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan 2 pelarut yaitu n-heksana dan etil asetat. Partisi adalah suatu proses pemisahan komponen-komponen dalam suatu senyawa berdasarkan perbedaan kelarutan, dengan prinsip distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur. Hasil yang diperoleh dari ekstraksi sebesar 17,094 gram dari 1,2 kg sampel yang digunakan. Ekstrak kasar metanol yang digunakan dalam partisi sebanyak 2 gram. Hasil yang diperoleh dari partisi ekstrak kasar metanol yaitu fraksi n-heksana sebesar 0,078 gram, fraksi etil asetat sebesar 0,235 gram sedangkan fraksi metanol sebesar 1,461 gram. Uji Fitokimia dilakukan sebagai uji pendahuluan secara kualitatif untuk mengetahui kandungan senyawa kimia (metabolit sekunder) dalam tumbuhan (daun). Kandungan kimia yang diuji secara fitokimia pada daun tumbuhan yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin/polifenol dan terpenoid/steroid. Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak senyawa alkaloid, komponen fenolik, tanin, gula, asam amino, glikosida. Ekstrak kasar metanol daun belimbing hutan mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid serta steroid. Fraksi n-heksana hanya mengandung flavonoid dan steroid, fraksi etil asetat mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol dan steroid. Sedangkan sedangkan fraksi methanol positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. Ekstrak daun Belimbing Hutan pada ekstrak kasar metanol dan fraksi metanol terdeteksi mengandung saponin. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun yang dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponin termasuk golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon berdasarkan isoprena. Septiadi et al. (2013) melaporkan bahwa saponin berkontribusi sebagai anti jamur dengan mekanisme menurunkan tegangan permukaan membran sterol sehingga protein dan enzim dalam sel mikroba terlepas. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak kasar metanol mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, terpenoid maupun steroid, fraksi n-heksana hanya mengandung flavonoid dan steroid, fraksi etil asetat mengandung alkaloid, flavonoid, polifenol dan steroid. Sedangkan sedangkan fraksi metanol positif mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan steroid. E. LAMPIRAN Andriyanto, B. E., Ardiningsih, P., & Idiawati, N. (2016). Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Belimbing Hutan (Baccaurea angulata Merr.). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 5(4).