FITOKIMIA II
2. Yulianita, M.Farm
LABORATORIUM FARMASI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan isolasi senyawa golongan saponin dengan metode
gravimetri.
1.2 Dasar Teori
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman
senggani (Melastoma malabathricum L). Tanaman senggani termasuk ke dalam famili
Melastomataceae yang tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar
matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu
gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias.
Banyak sekali penyakit yang dapat diobati oleh tanaman ini, diantaranya
gangguan pencernaan makanan (dispepsi), disentri basiler, diare, hepatitis, keputihan
(leukorea), sariawan, busung air dan bisul. Bagian tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan sebagai pengobatan adalah bunga,daun, akar, buah, dan biji (Budi et al.,
2013).
Tanaman bunga senggani ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin.
Saponin sebagai detergen alami yang merupakan glikosida non-nitrogen, glikosida
kompleks atau metabolit sekunder (Asri et al., 2018). Saponin memiliki aktifitas
sebagai anti mikroba antibakteri, antifungi, antiperadangan sehingga dapat
menyembuhkan penyakit diare, disentri, sariawan, keputihan, serta bisul.
Saponin triterpenoid merupakan senyawa yang bersifat asam, berbentuk kristal,
tidak berwarna, titik lebur yang tinggi, mengandung oksigen, memiliki 1 sampai 6
molekul monosakarida, dan mengandung beberapa senyawa asam alifatik dalam
bentuk ester. Sifat asam pada saponin ditandai adanya satu atau dua gugus –CO--
(karbonil) dalam aglikon atau molekul gula. Adanya kandungan oksigen pada saponin
kemungkinan mengandung gugus hidroksil (-OH), aldehida (-CHO), atau –CH2OH.
Jenis saponin ini memiliki aktivitas hemolitik dengan kekuatan yang berbeda
tergantung pada jenis atau tipe substitusinya (Hanani, 2015).
Untuk menganalisis kadar saponin dalam tumbuhan dapat dilakukan berbagai
metode seperti TLC Scanner, Spektrofotometri UV-Vis, Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) dan metode gravimetri (Minarno, 2016; Mien dkk, 2015). Pada
penelitian ini menggunakan metode gravimetri karena sangat sederhana dalam
pengerjaannya yang didasarkan pada penimbangan berat konstan dari suatu senyawa
setelah melakukan pelarutan sampel, penambahan pereaksi, penyaringan, pencucian,
pengeringan dan penimbangan endapan hingga konstan (Pursitasari, 2014).
BAB II
METODE KERJA
+ 10 mL air panas,
didinginkan. + 1 tts HCl 2 N lewat
dinding tabung, jika busa
Dikocok kuat 10 detik tidak hilang berarti (+)
ad terbentuk busa positif saponin
Refluks dg 50 mL
petroleum eter suhu
600-800C selama 30
menit.
Setelah dingin lar.
1,25 g ekstrak bunga Petroleum eter
senggani Dipisakan lar.etil dibuang & residu
Seluruh lar. Butanolik asetat, residu dilarutkan dslsm 50
dicampur & diuapkan dilarutkan dg n- mL etil asetat
butanol 3x 50mL
dg rotavapor
Sisa penguapan +
methanol 10 Ml. lar.
Diteteskan ke 50 mL
dietil eter sambal
diaduk
3.2 Perhitungan -
3.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar saponin pada ekstrak
bunga senggani dengan metode gravimetri. Saponin adalah koloid yang larut
dalam air dan berbusa setelah dikocok, memiliki rasa pahit.Saponin dapat
menghemolisis atau menghancurkan sel-sel darah merah. Saponin dapat diisolasi
dan ditetapkan kadarnya menggunakan analisa kuantitatif gravimetri seperti
yang telah dilakukan oleh Pramono (2004). Selain itu dapat juga digunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis- Densitometri, dan Spektrofotometri-
UV(Sukmasari dan Fatimah, 2006; Khristyana dkk, 2005).
Saponin memiliki sifat yang sangat larut dalam air, membentuk busa
koloidal, dan memiliki sifat detergen yang baik. Saponin memiliki rasa yang pahit,
dalam larutan air membentuk busa stabil, meghemolisa eritrosit, slit untuk
dimurnikan dan identifikasi.
Prinsip analisis gravimetri ialah yang didasarkan pada pengukuran berat,
yang melibatkan pembentukan isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan.
Kelebihan menggunakan gravimetri adalah pengotor yang terdapat dalam
sampel dapat diketahu, mudah dalam proses pengerjaannya, hasil analisis sangat
spesifik dan juga akurat. Kekurangan menggunakan metode penetapan kadar
dengan gravimetri adalah proses pengerjaannya lama, waktu yang dibutuhkan
selama proses pengendapan dan pengeringan endapan sangat lama.
Metode maserasi merupakan metode yang paling aman, mudah dan
sederhana dilakukan dengan merendam simplisia kering kedalam larutan etanol
perendaman dilakukan selama 7 hari sambil dikocok. Didapatkanlah hasil ekstrak
cair. Setelah itu dimasukan kedalam alat rotary evavorator didaptkanlah ekstrak
kental.
Setelah itu barulah menentukan kadar saponin dengan cara ekstrak bunga
senggani di refluks dengan Petroleum Eter pada suhu 60º-80ºC selama 30 menit
Setelah dingin larutan petroleum eter dibuang dan residu yang tertinggal
dilarutkan dalam etil asetat. Larutan dipindahkan ke corong pisah kemudian
dipisahkan larutan etil asetat. Residu yang tertinggal dilarutkan dengan n-butanol
sebanyak 3 kali. seluruh larutan butanolik dicampur dan diuapkan dengan rotari
evaporator. Sisa penguapan dilarutkan dengan methanol kemudian larutan ini
diteteskan ke dalam dietil eter sambil diaduk. Endapan yang terbentuk dalam
campuran dituang pada kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan di
atas kertas saring kemudian ditimbang sampai bobot tetap. Perlakuan dilakukan
sebanyak 3 kali replikasi Selisih bobot kertas saring sebelum dan sesudah
penyaringan ditetapkan sebagai bobot saponin (Astrid et al., 2017).
Hasil yang dilakukan dari tiap replikasi didapatkan hasil pada tabel I,
perbedaan replikasi disebabkan karena faktor pemanasan, mengunakan kompor
yang suhunya tidak stabil. Didalam tumbuhan ada banyak manfaat saponin,
saponin paling banyak terdapat pada tumbuhan hijau (kusmartono,2008).
BAB IV
KESIMPULAN