Anda di halaman 1dari 6

Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi

Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.


Firawati

Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia
cujete) Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah

Firawati

Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia Timur, Makassar

E-mail : apoteker.fira@gmail.com

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi senyawa saponin ekstrak butanol daun
majapahit (Cresentia cujete). Hasil penelitian diperoleh bahwa isolat murni ekstrak butanol daun
majapahit dengan nilai Rf 0,6 diduga teridentifikasi mengandung senyawa saponin pada uji busa dan hasil
spektum infra merah yang ditandai dengan adanya gugus O-H, C=C, C-C, dan C-H.

Kata kunci: Saponin, Majapahit (Cresentia cujete), KLT, dan spektrofotometri infra merah.

Abstract
Isolation and identification saponin compound had been done butanol extract of Majapahit leaf
(Cresentia cujete), The results showed that pure isolate by butanol extract Majapahit leaf in Rf value of
0.6 allegedly identified the saponin compounds at foam test and infra red spectrum results of which is
marked by the presence of O-H, C=C, C-C, and C-H groups.

Keywords: Saponin, Majapahit (Cresentia cujete), TLC, and spectrophotometry infra red.

PENDAHULUAN daerah sehingga tidak semua komponen


kimia yang terkandung didalamnya sama.
Saponin adalah senyawa aktif Salah satu tanaman yang sering
permukaan yang kuat yang menimbulkan digunakan sebagai obat adalah Daun
busa jika dikocok dalam air dan dalam Majapahit (Crescentia cujete). Tidak semua
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan orang Indonesia mengenal tanaman
hemolisis sel darah merah. Tumbuhan yang majapahit yang berasal dari suku jeruk-
mengandung saponin telah digunakan jerukan ini. Beberapa hasil penelitian tentang
sebagai racun ikan selama beratus ratus Daun Majapahit, menurut Mita Kusuma
tahun, beberapa saponin juga berfungsi Dewi (2014) meneliti tentang aktivitas anti
sebagai anti mikroba. Saponin ada pada bakteri ekstrak daun majapahit terhadap
seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pertumbuhan bakteri Ralstonia
pada bagian-bagian tertentu saponin berasa Solanacearum penyebab penyakit layu.
pahit dalam larutan air membentuk busa yang Potensi tumbuhan Majapahit sebagai
stabil dapat menghemolisa eritrosit antibakteri telah dibuktikan oleh Rinawati
merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi (2011), yang melakukan uji antibakteri yang
membentuk persenyawaan dengan kolesterol menggunakan daun majapahit (Crescentia
dan hidroksidisteroid lainnya (Reni, 2012). cujete) pada bakteri Pseudomonas
Beberapa jenis tanaman diketahui fluorescens dengan metode difusi yang
banyak mengandung saponin seperti menunjukkan zona hambat sebesar 19 mm.
mahkota dewa, belimbing wuluh, kemiri, Nurhayati (2008), melakukan uji antibakteri
buah pare, turi, dan lain- lain. Tetapi pada menggunakan ekstrak buah majapahit dengan
umumnya perbedaan tumbuh, suhu dan tanah metode dilusi dan hasil uji aktivitas terhadap
dari suatu tanaman akan berpengaruh bakteri Shigella dysenteriae dan Escherichia
terhadap komponen kimia yang terkandung coli mampu membunuh pada konsentrasi
didalamnya. Hal ini dapat kita lihat dengan 100%.
tumbuhnya salah satu tanaman di berbagai

1
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.
Firawati

Berdasarkan uraian diatas, maka Setelah 5 hari disaring lalu cairan


permasalahan dalam peneitian ini adalah penyari diganti dengan pelarut yang
apakah ekstrak daun majapahit (Crescentia baru dan dimaserasi kembali, hingga
cujete) yang berasal dari Kabupaten Gowa simplisia tersari dengan baik. Ekstrak
Sulawesi Selatan mengandung saponin. yang diperoleh dikumpulkan kemudian
Tujuan penelitian adalah untuk diuapkan dengan rotavapor hingga
mengidentifikasi senyawa saponin dalam diperoleh ekstrak metanol kental yang
ekstrak daun majapahit (Crescentia cujete) selanjutnya dipartisi dengan pelarut
yang berasal dari Kabupaten Gowa, Sulawesi dietil eter dan air dengan perbandingan
Selatan. 1 : 1 sebanyak 50 ml dengan
Manfaat penelitian adalah sebagai pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil
bahan referensi tentang daun majapahit partisi yang berupa lapisan air ini
(Crescentia cujete) dan menjadi salah satu ditambahkan pelarut n-butanol dan air
tambahan data ilmiah tentang kandungan dengan perbandingan 1 : 1 sebanyak 50
saponin yang terdapat dalam ekstrak butanol ml dengan pengulangan sebanyak 3
daun majapahit (Crescentia cujete). kali, lalu ekstrak n-butanol diuapkan
dengan rotavapor hingga didapatkan
Metodologi Penelitian ekstrak kental. Selanjutnya dilakukan
uji busa dan uji pendahuluan.
a. Jenis dan desain Penelitian
Jenisopenelitianoinioadalahopenelitia 2. Uji Pendahuluan
neksperimental, menggunakan rancangan a. Uji Busa
eksperimental sederhana, yakni Serbuk kering sampel sebanyak 0,5
identifikasi senyawa alkaloid dengan gram dimasukkan kedalam tabung
menggunakan metode kromatografi lapis reaksi, tambahkan 10 ml air mendidih,
tipis dan dilanjutkan dengan metode dingin, dikocok hingga berbusa. Lebih
kromatografi lapis tipis dan dari 10 menit (ukur tinggi busa), busa
spektrofotometri infra merah. tidak hilang dengan penambaahan 1
tetes HCl 2 M.
b. Waktu dan tempat penelitian b. Pereaksi Warna
Penelitian ini telah dilakukan pada 0,5 gram serbuk kering sampel dalam
tahun 2015 di laboratorium Fitokimia tabung reaksi, tambah 5 ml kloroform,
Farmasi Universitas Indonesia Timur dan panaskan diatas tangas air sambil di
Laboratorium Kimia Terpadu Fakultas kocok, dinginkan. 1 ml filtrat +
MIPA Universitas Hasanuddin Makassar. pereaksi Liebermann Bouchard 20
tetes anhidrat asetat dengan 1 tetes
c. Metode Kerja asam silfat pekat) diamati perubahan
1. Ekstraksi warna. (reaksi positif saponin yaitu
Daun majapahit yang telah diolah merah, merah muda atau ungu dan
menjadi simplisia ditimbang sebanyak biru perlahan-lahan menjadi hijau).
500 gram, kemudian dimasukkan ke 3. Pemisahan dan Pemurnian
dalam bejana maserasi dan ditekan Komponen Kimia
dengan batang pengaduk hingga rata Ekstrak butanol dimasukkan ke dalam
permukaannya, dimasukkan cairan vial kemudian dilarutkan dengan
penyari metanol sebanyak 3 liter, masing-masing pelarut lalu ditotolkan
hingga simplisia tersebut terendam ke lempeng GF 366 nm dan dielusi
seluruhnya dalam cairan. Bejana lalu dengan cairan pengelusi kloroform :
ditutup dan didiamkan ditempat yang metanol : air (13 : 7 : 2) Kemudian
gelap 3-5 hari sambil diaduk-aduk. diamati dibawah sinar lampu UV 366
nm. Kemudian lempeng disemprot

2
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.
Firawati

dengan H2SO4 10% v/v, diangin- inframerah dan diperoleh hasil sebagai
anginkan kemudian difiksasi hingga berikut:
diperoleh warna noda. 1. Ekstraksi
4. Identifikasi Secara KLTP Ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak
Ekstrak yang diperoleh ditotolkan metanol awal sebanyak 17g dan ekstrak
secara tegak lurus pada permukaan butanol yang merupakan hasil partisi akhir
lempeng yang telah dibuat parit inilah yang dilanjutkan dengan pengujian
menggunakan pipa kapiler, kromatografi lapis tipis dan
dimasukkan dalam chamber yang spektrofotometri infra merah.
berisi eluen kloroform : metanol : air 2. Hasil Uji Pendahuluan
(13 : 7 : 2) yang telah dijenuhkan Hasil Uji Busa dan Pereaksi Warna
dengan posisi berdiri (diusahakan Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
tempat penotolan tidak kontak dengan Tabel 1. Hasil analisis kualitatif saponin
eluen yang digunakan) kemudian yang terkandung dalam daun majapahit
chamber ditutup dan lempeng dengan menggunakan pereaksi kimia
dibiarkan terelusi, setelah itu lempeng Pengujian Hasil Menurut Ket.
dikeluarkan dan diangin-anginkan Pengamatan Pustaka
Uji Busa Terbentuk Busa tahan > Positif
sampai kering, lalu diamati
(ditambahkan Busa 10 menit, Saponin
penampakan nodanya pada sinar 10 ml air busa tidak
lampu UV 366 nm. Pita-pita yang mendidih, hilang setelah
terbentuk dikeruk dari plat kaca dan dinginkan ditambahakan
ditampung ke dalam vial sesuai lalu kocok) 1 tetes HCl 2
M
dengan fraksinya.
Pereaksi Hijau dan Hijau Positif
5. Penentuan Spektrum Senyawa Lieberman perlahan- Perlahan Saponin
Murni Secara Spektrofotometri Bouchard lahan Menjadi
Infra Merah berubah kuning
Senyawa murni dari fraksi menjadi
dicampurkan dengan garam KBr (0,5- kuning
1,5 mg zat / 200 mg KBr). Campuran
ini dicetak kemudian dimasukkan ke 3. Pemisahan dan Pemurnian Komponen
dalam Acculab 2 dengan Kimia
spektrofotometer infra merah. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
6. Pengamatan Dan Pengolahan Data Tabel 2. Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Pengamatan dilakukan dengan Ekstrak n-butanol dengan penampak noda
melihat jumlah noda yang diperoleh UV
dari hasil Kromatografi Lapis Tipis No. Warna Noda RF
dan KLTP, serta hasil melihat 1. Ungu 0,1
pembacaan spektrum serapan dan 2. Jingga 0,3
letak struktur yang diperoleh dari 3. Jingga 0,4
Spektrofotometri Infra Merah. 4. Jingga 0,6
5. Coklat 0,8
Hasil Penelitian
4. Identifikasi Secara KLTP
Dari ekstrak yang diperoleh dilakukan
Dapat dilihat pada tabel berikut ini :
uji pendahuluan yaitu dengan menggunakan
pereaksi warna, kemudian dilakukan metode
kromatografi lapis tipis, kromatografi lapis
tipis preparatif, dan spektrofotometri

3
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.
Firawati

Tabel 3. Daftar nilai Rf dan warna pita hasil KLTP dan KLT dari fraksi-fraksi.
Pita Warna Pita Fraksi No.Urut Noda Nilai Warna

Pita 1 Kuning Fraksi A Pertama 0,72 Kuning

Pita 2 Jingga Fraksi B Pertama 0,62 Kuning

Pita 3 Jingga Fraksi C Pertama 0,31 Biru

Isolasi secara kromatografi lapis tipis karena metanol merupakan pelarut yang
preparatif senyawa saponin dari ekstrak umum yang dapat menarik hampir sebagian
n-butanol dengan cairan pengelusi besar senyawa kimia yang terkandung di
kloroform : metanol : air (13:7:2) dalam daun majapahit dan dilanjutkan
menghasilkan 3 fraksi. Dari 3 fraksi ekstraksi dengan pelarut n-butanol. Tujuan
tersebut pada fraksi B menampakkan dari ekstraksi ini adalah untuk menarik
noda tunggal yang diduga senyawa komponen senyawa saponin yang terdapat
saponin setelah diidentifikasi dengan dalam simplisia tersebut.
KLT kemudian dibuktikan dengan Hasil ekstraksi dengan pelarut metanol
kromatografi lapis tipis dua dimensi secara maserasi, selanjutnya diuapkan di alat
(KLT-dua dimensi) dengan cairan rotavapor hingga diperoleh ekstrak kering
pengelusi kloroform : metanol : air sebanyak 17 gram. kemudian dilakukan
(13:7:2) arah pertama dan (10:9:3) arah ekstraksi dengan corong pisah dengan
kedua. menggunakan pelarut n-butanol. Lapisan n-
5. Penentuan Spektrum Senyawa Murni butanol diuapkan untuk mendapatkan ekstrak
Secara Spektrofotometri Infra Merah kering kemudian diidentifikasi dengan
pereaksi kimia dan uji busa menghasilkan
Tabel 4. Daftar nilai Rf dan warna noda hasil KLT busa tahan > 10 menit, busa tidak hilang
dua dimensi setelah ditambahakan 1 tetes HCl 2 M,
Fraksi No.Urut Nilai RF Warna pereaksi perekasi Libermen menghasilkan
Noda Noda hijau perlahan menjadi kuning. Hasil ini
Sinar UV sama dengan literatur yang ada artinya positif
Fraksi B Arah I 0,65 Kuning mengandung senyawa saponin.
Arah II 0,6 Kuning Selanjutnya ekstrak kental yang
diperoleh dilakukan pemantauan dengan
Tabel 5. Hasil analisis spektrum infra merah
KLT menggunakan fase gerak
senyawa dari isolat fraksi B
No. Bilangan Kemungkinan kloroform:metanol:air (13:7:2). Hasil
Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi identifikasi secara kromatografi lapis tipis
Pada Spektra terhadap komponen kimia yang terdapat pada
1 3479,56 O-H ekstrak tersebut diperoleh 5 noda yaitu warna
2 1629,85 C=C ungu, jingga, jingga, jingga, coklat dengan
3 1097,50 C-C
penampak noda sinar UV 254 nm.
4 466,77 C-H
Selanjutnya dilakukan pemisahan
komponen kimia dengan menggunakan
Pembahasan
metode kromatografi lapis tipis preparatif
(KLTP) dengan eluen kloroform : metanol :
Penelitian ini diawali dari
air (13:7:2) diperoleh 3 pita/fraksi yaitu
pengumpulan bahan daun majapahit
fraksi A, B, dan fraksi C. Untuk fraksi A
(Cresentia cujete L) yang berasal dari
berwarna kuning dengan jumlah noda 1,
Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan.
untuk fraksi B berwarna jingga dengan
Kemudian dilakukan ekstraksi dengan
jumlah noda 1 yang merupakan fraksi
metode maserasi menggunakan pelarut
tunggal, untuk fraksi C berwarna jingga
metanol. Metanol digunakan sebagai pelarut

4
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.
Firawati

dengan jumlah noda 1. Selanjutnya fraksi B Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


diidentifikasi lagi dengan KLT dua dimensi 1986, Sediaan Galenika, Jakarta.
untuk membuktikan senyawa tersebut Gritter, Roy, (1991), Pengantar
tunggal, dan hasilnya adalah bahwa fraksi B Kromatografi, terbitan ke dua, ITB,
memperlihatkan noda tunggal baik arah Bandung.
pertama maupun arah kedua, hal ini Harfia.2006. Tumbuhan Obat dan
membuktikan bahwa fraksi B adalah Khasiatnya, Edisi II. Penerbit Penebar
senyawa murni. Swadaya. Jakarta.
Kemudian fraksi B dilanjutkan dengan Harbone, J.B., 2004, Metode Fitokimia,
menggunakan metode spektrofotometri infra Diterjemahkan Oleh Koasih Padwinata
merah, dimana hasilnya menyatakan bahwa dan Iwang Sudiro, Bandung.
adanya serapan pada bilangan gelombang Job sheet, 2012, Petunjuk Praktikum Kimia
3479,58 cm-1 dengan intensitas lebar dan Analitik Instrumen. Politeknik Negeri
melemah menunjukkan gugus OH dan Sriwijaya. Palembang.
adanya serapan pada bilangan 466,77 cm-1 Lau, W.S, 1999. Karakterisasi Infra Merah
diperoleh gugus C-H, pada bilangan 1629,85 Untuk Mikroelektronik. Worl Scientific.
cm-1 diperoleh gugus C=C, dan pada bilangan Gritter, R.J., J.M Bobbit, and A.E
1095,50 cm-1 diperoleh gugus C-O, kemudian Schwarting, 1991. Pengantar
untuk lebih membuktikan adanya senyawa Kromatografi. ITB : Bandung.
saponin pada daun majapahit. Gunawan, D. 2004. Ilmu Obat Alam
(Farmakognosi Jilid 1). Penebit
Kesimpulan Swadaya. Jakarta.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia,
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penuntun Cara Modern Menganalisis
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Tumbuhan. ITB. Bandung.
daun majapahit mengandung senyawa kimia http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterab
saponin. ioAktivitas Antibakteri Ekstrak Daun
Majapahit (Crescentia cujete) terhadap
Saran Pertumbuhan Bakteri Ralstonia
solanacearum Penyebab Penyakit Layu
Disarankan pada peneliti selanjutnya oleh Mita Kusuma Dewi, dkk. Dalam
agar melanjutkan penelitian ini dalam Jurnal LenteraBio Vol. 3 No. 1, Januari
memperoleh struktur kimia spesifik saponin 2014: 51–57.
dari daun majapahit (Cresentia cujete L) Kristanti AN, Aminah NS, Tanjung M, dan
dengan menggunakan instrumen yang lebih Kurniadi B. 2008. Buku Ajar Fitokimia.
canggih dan mendukung. Airlangga University Press. Surabaya.
Nurhayati. 2008. Aktivitas Antibakteri
Daftar Pustaka Ekstrak Buah Majapahit (Crescentia
cujete.L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Anonim. 2012. Kandungan dan Manfaat Shigella dysenteriae dan Escherichia
Buah Maja bagi Kesehatan. Available, coli secara in vitro. Thesis. Tidak
(http://dilihatnya.blogspot.com/).diakse dipublikasikan. Jurusan Biologi Fakultas
s 25 Maret 2015. MIPA Institut Teknologi Sepuluh
Anonim. 2013. Manfaat Buah Maja. November. Surabaya.
Available at (http://gatyaonline.com) Rinawati ND, 2011. Daya Antibakteri
diakses 25 Maret 2015. Tumbuhan Majapahit (Crescentia Cujete
Dalimartha,S, 2008, Atlas Tumbuhan Obat L.) terhadap Bakteri Vibrio
Indonesia Edisi V, Penerbit Pustaka alginolyticus. Skripsi. Tidak
Bunda, Jakarta. dipublikasikan. Surabaya: Jurusan

5
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Saponin Ekstrak Butanol Daun Majapahit (Cresentia cujete) Dengan Metode Kromatografi
Lapis Tipis dan Spektrofotometri Infra Merah.
Firawati

Biologi Fakultas MIPA Institut


Teknologi Sepuluh November.
Robinson, Trevor. 1991. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.
Saifudin, Aziz dan Viesa Rahayu.
2011.Standarisasi Obat Bahan Alam.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintesis Bahan
Alam. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sastroamidjojo, H. 2001. Obat Asli
Indonesia. Penerbit Dian Pustaka.
Jakarta.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia Gadja
Mada. Yogyakarta.
Utami, Prapti. 2008. Tanaman Obat.
Penerbit. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Wiryowidagdo, Sumarni. 2008. Kimia Dan
Farmakologi Bahan Alam. Penerbit
EGC. Jakarta.
Yani, A. 2004. Fraksinasi Komponen Aktif
Antibakteri Ekstrak Kulit Batang
Tanaman Berenuk (Crescentia cujete L).
Thesis. Tidak dipublikasikan.
Departemen Kimia Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai