3B / E0018080
TSF BAHAN ALAM
- Meleburkan fase minyak pada suhu 70°C (adeps lanae, asam stearate, setil
alcohol, vaselin album, cera album)
- Mencampurkan fase air (melarutkan metal paraben dalam propilenglikol,
paraffin cair, kemudian tambahakan tween 80)
- Pertahankan suhu tetap 70°C
- Fase minyak dan fase cair dicampur dan digerus sampai homogen
- Setelah terbentuk fase krim, tambahkan ekstrak the hitam dan jahe dan
serbuk beras putih yang sudah diayak dengan ayakan nomor 60/40
HASIL
V. UJI MUTU SEDIAAN
5.1. Uji Organoleptis
Sediaan lulur
HASIL
5.2. Uji pH
Pengukuran pH
5.3. Pengukuran daya sebar
- Diletakkan diatas alat uji daya sebar yang berupa lempengan kaca
beralaskan kertas skala
- Tutup dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sudah ditimbang)
- Diamati selama 3-5 menit
- Letakkan beban 50 gram secara terus menerus dengan penambahan 50
mg tiap 5 menit (50 g, 100 g, 150 g, 200 g)
- Diukur diameternya
HASIL
- Disterilisasi
- Menggoreskan lulur mandi menggunakan ose pada media NA
- Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
- Hitung total plate count (TPC)
HASIL
5.5. Uji kelembaban kulit
Alat uji
- Tekan tombol start pada alat digital moisture oil content analyser
- Letakkan pada bagian kulit yang diuji kelembabannya
HASIL
VI. PEMBAHASAN
Lulur adalah jenis kosmetik tradisional yang dibuat dari bunga- bunga atau ekstrak daun
atau bahan-bahan lain yang sangat bermanfaat untuk menjaga kecantikan. Khasiat dan manfaat
“luluran” bagi tubuh terutama wanita, belum banyak yang mengetahui. Salah satu perawatan
kulit alami yang masih sering dilakukan oleh wanita dari jaman dahulu hingga kini adalah lulur
tradisional yang masih dipercaya efektif membuat kulit putih alami. Lulur tradisional biasanya
menggunakan bahan alami seperti rempah-rempah tradisional. Kini, lulur tradisional telah
mengalami banyak modifikasi namun tetap mempertahankan kealamiannya.
Manfaat teh bagi kesehatan dan kecantikan sudah lama diketahui dan sudah banyak
diformulasikan dalam berbagai produk kosmetik terutama jenis teh hijau. Sedangkan jenis the
hitam jarang diformulasikan dalam sebuah produk kosmetik. Teh hitam (Camellia sinensis)
adalah teh hijau yang mengalami proses fermentasi. Salah satu kandungan antioksidan yang
hanya ada dalam teh hitam adalah theaflavin. Aktivitas antioksidan theaflavin sama dengan
katekin yang sangat potensial sebagai antiradikal bebas (Ulfa M, Khairi N, Maryam F., 2016).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kekuatan antioksidan dari theaflavin sebesar 88,59–
93,556%. Sedangkan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol the hitam dengan metode 2,2-
difenil-1- pikril hidrazil (DPPH) mempunyai nilai IC50 sebesar 14,0993 μg/mL yang lebih kuat
dibandingkan dengan efek antioksidan vitamin C (Widowati W, Tati H, Hana R, Tjandrawati
M, Victor I., 2011).
Jahe (Zingiber officinale) telah lama digunakan dalam system pengobatan tradisional cina
atau TCM karena manfaatnya yang meliputi sebagai antinyeri, antimikroba, asma, konstipasi,
antidiabetes, gingivitis, rheumatoid athrithis, dan stroke. Shogaol adalah salah satu senyawa
yang terbentuk akibat dehidrasi dari gingerol. 10- shogaol mampu meningkatkan pertumbuhan
normal sel kulit (epidermal keratinosit dan dermal fibroblas). Sehingga mampu meregenerasi
sel kulit mati (Chen, et al., 2012).
Lulur Mandi berbasis bahan alam dengan kandungan aktif ekstrak teh hitam dan jahe
dibuat dengan menggunakan zat tambahan lainnya, kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik
dan mikrobiologi dalam jangka waktu 30 hari.
Pada pembuatan lulur mandi ini caranya adalah dengan Melebur fase minyak pada suhu
70°C (adaps lanae, asam stearat, setil alkohol, Vaselin album, Cera album), Mencampurkan
fase air (melarutkan metil paraben dalam propilenglikol, paraffin cair, kemudian ditambahkan
tween 80) dan pertahankan suhu tetap pada 70°C, Fase minyak dan fase cair dicampur digerus
sampai homogeny, Setelah terbentuk fase krim ditambahkan ekstrak teh hitam dan jahe dan
serbuk beras putih yang sudah diayak dengan ayakan nomor 60/40.
Setelah sediaan lulur jadi, maka dilakukan uji mutu sediaan lulur mandi meliputi uji
organoleptik dengan cara mengamati warna, bau dan tekstur sediaan lulur mandi; uji pH;
pengukuran daya sebar; uji mikrobiologi; uji kelembaban kulit; dan uji histokimia.
Uji pH dilakukan karena pH adalah pengatur derajat keasaman suatu sediaan sehingga
manjamin sediaan lulur dapat memberikan kenyamanan pada kulit sewaktu digunakan, karena
jika pH lulur terlalu basa akan menyebebkan kulit bersisik dan jika pH terlalu asam akan
menyebabkan iritasi kulit.
Uji daya sebar digunakan untuk mengetahui seberapa luas lulur dapat meyebar saat
ditimpa dengan beban. Evaluasi berupa pengukuran daya sebar dengan cara menimbang sampel
lulur mandi sebanyak 0,5 g diletakkan di atas alat uji daya sebar yang berupa lempengan kaca
berlaskan kertas skala, tutup dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sudah ditimbang),
amati selama 3-5 menit, letakkan beban 50 g secara terus menerus dengan penambahan 50 mg
tiap 5 menit (50 g, 100 g, 150 g, 200 g), ukur diameter. Sediaan yang baik yaitu memiliki daya
sebar yang luas, karena semakin luas daya sebarnya berarti semakin luas kontak antara obat
dengan kulit sehingga absorbsi obatnya pun akan lebih cepat dan memberikan kenyamanan
penggunaan sediaan tersebut leh konsumen.
Selanjutnya uji mikrobiologi dengan mensterilisasi semua alat dan bahan yang akan
digunakan, menggoreskan lulur mandi menggunakan ose pada media NA, inkubasi pada suhu
370C selama 24 jam, hitung Total Plate Count (TPC).
Terakhir dilakukan uji kelembaban kulit dengan cara tekan tombol start pada alat Digital
Moisture Oil Content Analyzer, letakkan pada bagian kulit yang diuji kelembabannya.
Adapun evaluasi berupa uji daya lekat. Daya lekat merupakan kemampuan dari sediaan
untuk melekat pada kulit dalam jangka waktu lama saat dipakai. Semakin lama daya lekat suatu
sediaan, maka semakin lama waktu penetrasi obat ke kulit sehingga absorbsi obat akan lebih
maksimal. Tujuan uji daya lekat yaitu untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh lulur
untuk melekat di kulit.
VII. KESIMPULAN
1. Lulur mandi adalah salah satu sediaan kosmetik dalam bentuk krim sengan bahan agak kasar
atau disebut kosmetik abrasiver.
2. Uji mutu sediaan lulur meliputi uji organoleptic, uji pH, pengukuran daya sebar, uji
mikrobiologi, uji kelembaban kulit, uji daya lekat.
DAFTAR PUSTAKA
Arbarini, A. 2015. ‘Pengaruh Penambahan Ekstrak Rimpang Kencur Pada Tepung Beras Terhadap
Sifat Fisik Kosmetik Lulur Tradisional’, 4, pp. 9–15.
BPOM, 1994. ‘Persyaratan Cemaran Mikroba Pada Kosmetika Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan.’
Chen, et al. 2012. Graphene Oxide: Preparation, Functionalization, and Electrochemical Application.
Chemical Review, 112, 6027-6053.Hari, S. N. 2015. ‘Pengaruh Penggunaan Lulur Zaitun
Terhadap Perawatan Kulit Tubuh’.
Pramuditha, N. 2016. ‘Uji Stabilitas Fisik Lulur Krim Dari Ampas Kelapa (cococ nucifera L.) dengan
Menggunakan Emulgator dan Nonionik’.
Putra, A. A. M. M. 2016. ‘Bauran Pemasaran Lulur Di UD. Sekar Jagat Denpasar’, Skripsi
Septiana Indratmoko, M. W. 2017. ‘FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK LULUR SERBUK
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn) DAN SERBUK KOPI (Coffea arabica
Linn) UNTUK PERAWATAN TUBUH Formulation’, X(1), pp. 18–23.
Ulfa M, Khairi N, Maryam F. 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Krim Body Scrub dari Ekstrak The
Hitam (Camellia sinensis), Variasi Kosentrasi Emulgator Span-Tween 60. Jurnal Farmasi
2016;4(4)
Widowati W, Tati H, Hana R, Tjandrawati M, Victor I. 2011. Potency Of Antioxidant,
Anticholesterol And Platelet Antiaggregation Of Black Tea (Camelia Sinensis ). Bul. Littro.
2011. 22, 1: 74 – 83.