Anda di halaman 1dari 11

NUR WULAN SEPTIYANI

3B / E0018080
TSF BAHAN ALAM

FORMULASI SEDIAAN LULUR


I. PENDAHULUAN
Lulur adalah kosmetika yang digunakan untuk merawat dan membersihkan kulit dari kotoran
dan sel kulit mati (Septiana Indratmoko, 2017). Lulur adalah sediaan kosmetik tradisional yang
diresepkan dari turun-temurun digunakan untuk mengangkat sel kulit mati, kotoran, dan membuka
pori-pori sehingga pertukaran udara bebas dan kulit menjadi lebih cerah dan putih. Lulur terbagi
beberapa bentuk sediaan yaitu lulur bubuk, lulur krim, ataupun lulur kocok/cair (Pramuditha,
2016). Lulur berbeda dengan scrub dapat dilihat dari tekstur lulur yang berupa butiran halus dan
mudah mengering (Putra, 2016).
Lulur merupakan bentuk sediaan cair maupun setengah padat yang berupa emulsi untuk
mengangkat kotoran sel kulit mati yang tidak terangkat sempurna oleh sabun dan memberikan
kelembaban serta mengembalikan kelembutan kulit, seperti kelenjar rambut dan keringat, untuk
mendapatkan efek maksimal lulur digunakan selama 30 menit pada kulit tubuh agar dapat meresap
dengan baik kedalam kulit (Hari, 2015).
Luluran merupakan aktifitas menghilangkan kotoran, minyak, atau kulit mati yang dilakukan
dengan pijatan di seluruh badan (Septiana Indratmoko, 2017). Lulur atau luluran dikenal para
wanita Indonesia sebagai salah satu proses untuk membersihkan sekaligus menjaga kecantikan
kulit. Tradisi membuat lulur dengan meramu bahan alami seperti rempah-rempah, buah-buahan
dan bahan lainnya telah lama dikenal turun temurun dari berbagai generasi dan kini menjadi lebih
dikenal terutama oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Lulur atau body scrub
bertujuan untuk mengangkat sel-sel kulit mati, kotoran dan membuka pori-pori sehingga kulit
dapat bernapas dan menjadi lebih cerah dan putih (Putra, 2016).
Bahan dasar pembuatan lulur tradisional adalah tepung beras. Tepung beras dapat membantu
meningkatkan produksi kolagen yang berfungsi untuk meningkatkan elastisitas kulit. Kandungan
yang terdapat pada tepung beras adalah gamma oryzanol. Kandungan senyawa ini mampu
memperbaharui pembentukan pigmen melanin, sebagai antioksidan dan juga efektif menangkal
sinar ultraviolet. Berdasarkan uji laboratorium BPKI (Badan Peneliti dan Konsultasi Industri)
gamma oryzanol yang terkandung dalam tepung beras sebanyak 0,14%. Bahan dasar lulur
tradisional selain tepung beras dapat diperkaya dengan bahan-bahan yang mengandung senyawa
fungsional. Salah satu contoh bahan yang mengandung senyawa fungsional tersebut adalah kunyit,
kencur,bengkoang dan sebagainya (Arbarini, 2015).
Sedangkan, untuk bahan-bahan dasar lulur krim sama dengan krim pembersih kulit pada
umumnya yang mengandung lemak dan penyegar, lulur krim sejenis butiran-butiran kasar yang
bersifat pengampelas (abrasiver) agar bisa mengangkat sel-sel kulit mati dari epidermis.
Bermacam-macam bahan yang pernah dicoba sebagai butiran pengampelas mulai dari butiran
pasir, biji keras tanaman, sampai butiran abrasiver sintetis. Butiran itu tidak boleh terlalu kasar
supaya tidak melukai kulit, terlalu halus sehingga tidak berfungsi sebagai pengampelas, terlalu
runcing, dan terlalu bulat sehingga licin dan tidak bekerja sebagai pengampelas (Pramuditha,
2016).
Sesuai fungsi utama lulur yang mengangkat sel-sel kulit mati, lulur yang baik mempunyai
butiran sehingga ketika dipegang dan dioleskan terasa kasar sehingga semua kotoran yang
menempel pada kulit dapat terangkat. Lulur mempunyai aroma yang tidak terlalu wangi dan warna
tidak mencolok, sebab jika terlalu wangi dan terlalu mencolok dikhawatirkan pewangi dan
pewarna itu berasal dari pewangi dan pewarna buatan, seperti pewarna tekstil. Untuk aroma dan
warna lulur dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan saat pembuatan lulur (Pramuditha,
2016).
II. FORMULASI
Formulasi Sediaan Lulur Mandi
Bahan Jumlah
Ekstrak teh hitam 1 gram
Ekstrak jahe 1 gram
Beras putih 20 gram
Asam stearat 5 gram
Tween 80 2 gram
Setil alcohol 3 gram
Propilenglikol 3 gram
Paraffin cair 9,67 gram
III. PENIMBANGAN
Ekstrak teh hitam = 1 gram
Ekstrak jahe = 1 gram
Beras putih = 20 gram
Asam stearat = 5 gram
Tween 80 = 2 gram
Setil alcohol = 3 gram
Propilenglikol = 3 gram
Paraffin cair = 9,67 gram
Adeps lanae (lanolin) = 5 gram
Metil paraben (nipagin) = 0,15 gram
IV. PROSEDUR PEMBUATAN

Siapkan alat dan bahan

- Meleburkan fase minyak pada suhu 70°C (adeps lanae, asam stearate, setil
alcohol, vaselin album, cera album)
- Mencampurkan fase air (melarutkan metal paraben dalam propilenglikol,
paraffin cair, kemudian tambahakan tween 80)
- Pertahankan suhu tetap 70°C
- Fase minyak dan fase cair dicampur dan digerus sampai homogen
- Setelah terbentuk fase krim, tambahkan ekstrak the hitam dan jahe dan
serbuk beras putih yang sudah diayak dengan ayakan nomor 60/40

HASIL
V. UJI MUTU SEDIAAN
5.1. Uji Organoleptis

Sediaan lulur

- Dilakukan pengamatan meliputi warna, bau dan tekstur


sediaan lulur mandi

HASIL

5.2. Uji pH
Pengukuran pH
5.3. Pengukuran daya sebar

0,5 gram sampel lulur

- Diletakkan diatas alat uji daya sebar yang berupa lempengan kaca
beralaskan kertas skala
- Tutup dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sudah ditimbang)
- Diamati selama 3-5 menit
- Letakkan beban 50 gram secara terus menerus dengan penambahan 50
mg tiap 5 menit (50 g, 100 g, 150 g, 200 g)
- Diukur diameternya

HASIL

5.4. Uji mikrobiologi

0,5 gram sampel lulur

- Disterilisasi
- Menggoreskan lulur mandi menggunakan ose pada media NA
- Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam
- Hitung total plate count (TPC)

HASIL
5.5. Uji kelembaban kulit

Alat uji

- Tekan tombol start pada alat digital moisture oil content analyser
- Letakkan pada bagian kulit yang diuji kelembabannya

HASIL
VI. PEMBAHASAN
Lulur adalah jenis kosmetik tradisional yang dibuat dari bunga- bunga atau ekstrak daun
atau bahan-bahan lain yang sangat bermanfaat untuk menjaga kecantikan. Khasiat dan manfaat
“luluran” bagi tubuh terutama wanita, belum banyak yang mengetahui. Salah satu perawatan
kulit alami yang masih sering dilakukan oleh wanita dari jaman dahulu hingga kini adalah lulur
tradisional yang masih dipercaya efektif membuat kulit putih alami. Lulur tradisional biasanya
menggunakan bahan alami seperti rempah-rempah tradisional. Kini, lulur tradisional telah
mengalami banyak modifikasi namun tetap mempertahankan kealamiannya.
Manfaat teh bagi kesehatan dan kecantikan sudah lama diketahui dan sudah banyak
diformulasikan dalam berbagai produk kosmetik terutama jenis teh hijau. Sedangkan jenis the
hitam jarang diformulasikan dalam sebuah produk kosmetik. Teh hitam (Camellia sinensis)
adalah teh hijau yang mengalami proses fermentasi. Salah satu kandungan antioksidan yang
hanya ada dalam teh hitam adalah theaflavin. Aktivitas antioksidan theaflavin sama dengan
katekin yang sangat potensial sebagai antiradikal bebas (Ulfa M, Khairi N, Maryam F., 2016).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kekuatan antioksidan dari theaflavin sebesar 88,59–
93,556%. Sedangkan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol the hitam dengan metode 2,2-
difenil-1- pikril hidrazil (DPPH) mempunyai nilai IC50 sebesar 14,0993 μg/mL yang lebih kuat
dibandingkan dengan efek antioksidan vitamin C (Widowati W, Tati H, Hana R, Tjandrawati
M, Victor I., 2011).
Jahe (Zingiber officinale) telah lama digunakan dalam system pengobatan tradisional cina
atau TCM karena manfaatnya yang meliputi sebagai antinyeri, antimikroba, asma, konstipasi,
antidiabetes, gingivitis, rheumatoid athrithis, dan stroke. Shogaol adalah salah satu senyawa
yang terbentuk akibat dehidrasi dari gingerol. 10- shogaol mampu meningkatkan pertumbuhan
normal sel kulit (epidermal keratinosit dan dermal fibroblas). Sehingga mampu meregenerasi
sel kulit mati (Chen, et al., 2012).
Lulur Mandi berbasis bahan alam dengan kandungan aktif ekstrak teh hitam dan jahe
dibuat dengan menggunakan zat tambahan lainnya, kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik
dan mikrobiologi dalam jangka waktu 30 hari.
Pada pembuatan lulur mandi ini caranya adalah dengan Melebur fase minyak pada suhu
70°C (adaps lanae, asam stearat, setil alkohol, Vaselin album, Cera album), Mencampurkan
fase air (melarutkan metil paraben dalam propilenglikol, paraffin cair, kemudian ditambahkan
tween 80) dan pertahankan suhu tetap pada 70°C, Fase minyak dan fase cair dicampur digerus
sampai homogeny, Setelah terbentuk fase krim ditambahkan ekstrak teh hitam dan jahe dan
serbuk beras putih yang sudah diayak dengan ayakan nomor 60/40.
Setelah sediaan lulur jadi, maka dilakukan uji mutu sediaan lulur mandi meliputi uji
organoleptik dengan cara mengamati warna, bau dan tekstur sediaan lulur mandi; uji pH;
pengukuran daya sebar; uji mikrobiologi; uji kelembaban kulit; dan uji histokimia.
Uji pH dilakukan karena pH adalah pengatur derajat keasaman suatu sediaan sehingga
manjamin sediaan lulur dapat memberikan kenyamanan pada kulit sewaktu digunakan, karena
jika pH lulur terlalu basa akan menyebebkan kulit bersisik dan jika pH terlalu asam akan
menyebabkan iritasi kulit.
Uji daya sebar digunakan untuk mengetahui seberapa luas lulur dapat meyebar saat
ditimpa dengan beban. Evaluasi berupa pengukuran daya sebar dengan cara menimbang sampel
lulur mandi sebanyak 0,5 g diletakkan di atas alat uji daya sebar yang berupa lempengan kaca
berlaskan kertas skala, tutup dengan kaca pasangannya (yang sebelumnya sudah ditimbang),
amati selama 3-5 menit, letakkan beban 50 g secara terus menerus dengan penambahan 50 mg
tiap 5 menit (50 g, 100 g, 150 g, 200 g), ukur diameter. Sediaan yang baik yaitu memiliki daya
sebar yang luas, karena semakin luas daya sebarnya berarti semakin luas kontak antara obat
dengan kulit sehingga absorbsi obatnya pun akan lebih cepat dan memberikan kenyamanan
penggunaan sediaan tersebut leh konsumen.
Selanjutnya uji mikrobiologi dengan mensterilisasi semua alat dan bahan yang akan
digunakan, menggoreskan lulur mandi menggunakan ose pada media NA, inkubasi pada suhu
370C selama 24 jam, hitung Total Plate Count (TPC).
Terakhir dilakukan uji kelembaban kulit dengan cara tekan tombol start pada alat Digital
Moisture Oil Content Analyzer, letakkan pada bagian kulit yang diuji kelembabannya.
Adapun evaluasi berupa uji daya lekat. Daya lekat merupakan kemampuan dari sediaan
untuk melekat pada kulit dalam jangka waktu lama saat dipakai. Semakin lama daya lekat suatu
sediaan, maka semakin lama waktu penetrasi obat ke kulit sehingga absorbsi obat akan lebih
maksimal. Tujuan uji daya lekat yaitu untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh lulur
untuk melekat di kulit.
VII. KESIMPULAN
1. Lulur mandi adalah salah satu sediaan kosmetik dalam bentuk krim sengan bahan agak kasar
atau disebut kosmetik abrasiver.
2. Uji mutu sediaan lulur meliputi uji organoleptic, uji pH, pengukuran daya sebar, uji
mikrobiologi, uji kelembaban kulit, uji daya lekat.
DAFTAR PUSTAKA

Arbarini, A. 2015. ‘Pengaruh Penambahan Ekstrak Rimpang Kencur Pada Tepung Beras Terhadap
Sifat Fisik Kosmetik Lulur Tradisional’, 4, pp. 9–15.
BPOM, 1994. ‘Persyaratan Cemaran Mikroba Pada Kosmetika Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan.’
Chen, et al. 2012. Graphene Oxide: Preparation, Functionalization, and Electrochemical Application.
Chemical Review, 112, 6027-6053.Hari, S. N. 2015. ‘Pengaruh Penggunaan Lulur Zaitun
Terhadap Perawatan Kulit Tubuh’.
Pramuditha, N. 2016. ‘Uji Stabilitas Fisik Lulur Krim Dari Ampas Kelapa (cococ nucifera L.) dengan
Menggunakan Emulgator dan Nonionik’.
Putra, A. A. M. M. 2016. ‘Bauran Pemasaran Lulur Di UD. Sekar Jagat Denpasar’, Skripsi
Septiana Indratmoko, M. W. 2017. ‘FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIK LULUR SERBUK
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn) DAN SERBUK KOPI (Coffea arabica
Linn) UNTUK PERAWATAN TUBUH Formulation’, X(1), pp. 18–23.
Ulfa M, Khairi N, Maryam F. 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Krim Body Scrub dari Ekstrak The
Hitam (Camellia sinensis), Variasi Kosentrasi Emulgator Span-Tween 60. Jurnal Farmasi
2016;4(4)
Widowati W, Tati H, Hana R, Tjandrawati M, Victor I. 2011. Potency Of Antioxidant,
Anticholesterol And Platelet Antiaggregation Of Black Tea (Camelia Sinensis ). Bul. Littro.
2011. 22, 1: 74 – 83.

Anda mungkin juga menyukai