Disusun Oleh :
I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan Khusus:
- Mempelajari konsep farmakokinetika suatu obat dengan menggunakan metilen blue
menggunakan simulasi invitro.
- Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis, rute pemakaian,
klirens dan volume distribusi yang berbeda.
- Menerapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan parameter
farmakokinetika.
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
2.1 ALAT
- Magnetic stirrer
- Tabung reaksi
- Pipet ukur
- Gelas beaker 1 L / 2 L
2.2 BAHAN
- Metilen merah
Hasil
Hasil
3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Tentukan e maksimum
Hasil
Hasil
3.5 Simulasi Model Farmakokinetika Invitro
Jalankan stirer
Hasil
b. Rute ekstravaskular Kompartemen Satu Terbuka
Jalankan stirer
Hasil
IV. HASIL PERCOBAAN
4.1 Pembuatan larutan Baku Metilen Merah
No. Perlakuan Hasil
Keterangan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑐𝑔
C = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑚𝑙
100.000 𝑚𝑐𝑔 𝑚𝑐𝑔
C= = 1.000 ⁄𝑚𝑙
100 𝑚𝑙
Perhitungan konsentrasi
➢ 10 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 10 mcg/ml . 10 ml
10 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,1 ml
➢ 20 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 20 mcg/ml . 10 ml
20 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,2 ml
➢ 40 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 40 mcg/ml . 10 ml
40 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,4 ml
➢ 50 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 50 mcg/ml . 10 ml
50 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,5 ml
➢ 80 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 80 mcg/ml . 10 ml
80 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,8 ml
10 0,205
20 0,279
40 0,356
50 0,717
80 0,836
a) Buatlah grafik kurva baku Metilen merah menggunakan Microsoft excel dan
secara manual
0,6
0,5
Absorbansi
0,4
0,3 Linear (Absorbansi)
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100
Kadar (mcg/ml)
X = 28,80
b. T 15 menit
Y = bx + a
0,339 = 0,0096 x + 0,0935
0,339 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2455
=X
0,0096
X = 25,57
c. T 30 menit
Y = bx + a
0,280 = 0,0096 x + 0,0935
0,280 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1865
=X
0,0096
X = 19,42
d. T 45 menit
Y = bx + a
0,202 = 0,0096 x + 0,0935
0,202 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1085
=X
0,0096
X = 11,30
Kelompok II :
a. T 0 menit
Y = bx + a
0,301 = 0,0096 x + 0,0935
0,301 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2075
=X
0,0096
X = 21,61
b. T 15 menit
Y = bx + a
0,310 = 0,0096 x + 0,0935
0,310 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2165
=X
0,0096
X = 22,55
c. T 30 menit
Y = bx + a
0,230 = 0,0096 x + 0,0935
0,230 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1365
=X
0,0096
X = 14,21
d. T 45 menit
Y = bx + a
0,243 = 0,0096 x + 0,0935
0,243 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1495
=X
0,0096
X = 15,57
Kelompok III :
a. T 0 menit
Y = bx + a
0,289 = 0,0096 x + 0,0935
0,289 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1955
=X
0,0096
X = 20,36
b. T 15 menit
Y = bx + a
0,339 = 0,0096 x + 0,0935
0,339 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2455
=X
0,0096
X = 25,57
c. T 30 menit
Y = bx + a
0,320 = 0,0096 x + 0,0935
0,320 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2265
=X
0,0096
X = 23,59
d. T 45 menit
Y = bx + a
0,241 = 0,0096 x + 0,0935
0,241 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1475
=X
0,0096
X = 15,36
b) Gambarkan kurva log c VS t
Kelompok I
kelompok 1
10 y = -0,0089x + 1,5029
R² = 0,9130
log cp
log cp
Linear (log cp)
1
0 10 20 30 40 50
waktu
Kelompok II
kelompok2
10
y = -0,0042x + 1,3523
R² = 0,6489
log cp
log cp
Linear (log cp)
1
0 10 20 30 40 50
waktu
Kelompok III
kelompok 3
10
y = -0,0027x + 1,3792
R² = 0,2842
log cp
log cp
Linear (log cp)
1
0 10 20 30 40 50
waktu
4.5 Perhitungan Area Under Curve (AUC) Intravaskular
Percobaan I:
(𝐶1 + 𝐶0) × (𝑡1 − 𝑡0)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐚 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡0) × (𝑡15−𝑡0)
= 2
(25,57 + 28,80 ) × (15−0)
= 2
(54,37) × (15)
= 2
815,55
=
2
= 407,775
(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUCb= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2
= 337,425
(𝐶3+𝐶2)×(𝑡3−𝑡2)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐜= 2
= 230,4
= 353,7
(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUCb= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2
= 298,2
= 223,35
= 344,475
(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUC b= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2
(23,59 +25,57) × (30−15)
= 2
(49,16 ) × (15)
= 2
737,4
=
2
= 368,7
(𝐶3 + 𝐶2) × (𝑡3 − 𝑡2)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐜 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡45 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30) × (𝑡45−𝑡30)
= 2
(15,36+23,59) × (45−30)
= 2
38,95 × (15)
= 2
584,25
=
2
= 292,125
Kelompok II :
a. T 0 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0 = 0,0096x + 0,0935
0-0,0935 = 0,0096x
X = - 9,739
b. T 15 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0.106 = 0,0096x + 0,0935
0.106-0,0935 = 0,0096x
X = 1,30
c. T 30 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,221 = 0,0096x + 0,0935
0,221-0,0935 = 0,0096x
X = 13,28
d. T 45 menit
y = 0,0096x + 0,093
0,221 = 0,0096x + 0,0935
0,221-0,0935 = 0,0096x
X = 19,01
Kelompok III :
a. T 0 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0 = 0,0096x + 0,0935
0-0,0935 = 0,0096x
X = -9,739
b. T 15 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,119 = 0,0096x + 0,0935
0,119-0,0935 = 0,0096x
X = 2,65
c. T 30 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,131 = 0,0096x + 0,0935
0,131-0,0935 = 0,0096x
X = 3,90
d. T 45 menit
Y = 0,0096x + 0,0935
0,193 = 0,0096x + 0,0935
0,193-0,0935 = 0,0096x
X = 10,36
kelompok 1
10
y = 0,0256x + 0,2354
R² = 0,7943
log cp
1 log cp
0 10 20 30 40 50 Linear (log cp)
0,1
waktu
Kelompok 2
kelompok 2
10
y = 0,0323x - 0,0979
1 R² = 0,8845
0 10 20 30 40 50
log cp
0,1 log cp
Linear (log cp)
0,01
0,001
waktu
Kelompok 3
kelompok 3
10 y = -0,0013x + 0,7513
R² = 0,0021
log cp
1 log cp
0 10 20 30 40 50 Linear (log cp)
0,1
waktu
= - 26,685 µg menit/mL
C2+C1) x (t2+t1)
Nilai AUCb =
2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t15)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(14,01+7,96)𝑥 (30−15)
= 2
(21,97)𝑥 (15)
= 2
= 164,775 µg menit/mL
(C3+C2) x (t3+t2)
Nilai AUCc =
2
(konsentrasi saat t45+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(15,78+14,01)𝑥 (45−30)
= 2
(29,79)𝑥 (15)
= 2
= 446,85 µg menit/mL
AUC total kelompok I = AUCa + AUCb + AUCc
= - 26,685 + 164,775 +446,85
= 584,94 µg menit/mL
Percobaan II:
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCa = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t0)𝑥 (𝑡15−𝑡0)
= 2
1,30+(−9,739)𝑥 (15−0)
= 2
(−8,439)𝑥 (15)
= 2
= -63,2925 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCb = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(1,30+13,28)𝑥 (30−15)
= 2
(14,58)𝑥 (15)
= 2
= 109,35 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCc = 2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t45)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(13,28+19,01)𝑥 (45−30)
= 2
(32,29)𝑥 (15)
= 2
= 242,175 µg menit/mL
AUC total kelompok II = AUCa + AUCb + AUCc
= -63,2925+ 109,35 + 242,175
= 288,2325 µg menit/mL
Percobaan III:
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCa = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t0)𝑥 (𝑡15−𝑡0)
= 2
(−9,739+19,01)𝑥 (15−0)
= 2
(20,749)𝑥 (15)
= 2
= 215,6 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCb = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(0.131+0,119)𝑥 (30−15)
= 2
(0.25)𝑥 (15)
= 2
= 1,875 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCc = 2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t45)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(10,36+3,90)𝑥 (45−30)
= 2
(14,26)𝑥 (15)
= 2
= 106,95 µg menit/mL
AUC total kelompok II = AUCa + AUCb + AUCc
= 215,6+ 1,875 + 106,95
= 324,42 µg menit/mL
log cp
log cp
a= 1,502876267
b= -0,008922824
slope = -k/2,303
k= -slope x 2,303
k= -slope*2,303
0,020549264 Menit
harga slope
garis = -k/2,303
-0,008922824
t 1/2 0,693/k
t 1/2 0,693/0,020549264
= 33,72383521 Menit
Perhitungan K:
K = -Slop x 2,303
= -(-0.00892)x 2,303
= 0.02054276/menit
Dari kurva Log C vs t tentukan titik-titik fase eliminasi, kemudian tentukan
persamaan garis regresinya.
y=bx + a
a= intercept = 1.502876
b = waktu (t) = -0.00892
Harga Slop garis = -K/2,303
−𝐾
Slop = 2,303
− 0.02054276
= 2,303
= -0,00892
Harga t ½ = 0,693/k
0,693
T½ = 𝐾
0,693
= 0.02054276
= 33,7345127919 menit
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Simulasi Invitro Model Farmakokinetika
Rute Intravaskular Dan Esktravaskular” yang memiliki tujuan agar mahasiswa dapat
memahami konsep farmakokinetika suatu obat menggunakan metilen merah
menggunakan simulasi invitro, membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan
dosis, rute pemakaian, klirens dan volume distribusi yang berbeda dan menerapkan konsep
farmakokinetika dalam perhitungan parameter farmakokinetika. Sampel yang digunakan
pada percobaan yang kedua yakni metilen merah yang akan di uji aktifitas
farmakokinetiknya dengan menggunakan metode model in vitro.
Farmakokinetika merupakan suatu cabang ilmu yang masih relatif baru, yang
terutama mempelajari segi kuantitas dari obat di dalam tubuh. Untuk pertama kali
farmakokinetika didefinisikan sebagai analisis matematik dari kuantitas dan aktifitas obat
di dalam tubuh dalam hubungannya dengan waktu (Dost cit. Donatus, 1998).
Menurut Mammillary model kompartemen dibagi menjadi 4 yaitu :
Perfusi terjadi sangat cepat seperti tanpa proses distribusi sebab distribusi tidak diamati
karena terlalu cepatnya. (Hanya ada satu fase yaitu eliminasi).
Sebelum memasuki kompartemen sentral, obat harus mengalami absorbsi. (Terdiri dari
2 fase yaitu absorbsi dan eliminasi).
Kompartemen dianggap hanya satu dan ada proses distribusi dari sentral ke perifer atau
sebaliknya. Tidak ada proses absorbsi tetapi ada proses eliminasi.
Pada praktikum kali ini menggunakan model satu kompartemen terbuka, karena
tubuh diasumsikan berupa kompartemen tunggal, di mana seluruh kompartemer tubuh
dianggap sebagai kompartemen sentral. Kompartemen sentral di sini didefinisikan sebagai
jumlah seluruh bagian badan, di mana kadar obat berada dalam keseimbangan dengan
kadar obat yang ada dalam darah atau plasma (Ritschel, 1980). Model kompartemen ini
menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan (Shargel dan Yu, 1999).
Percobaan ini menggunakan reaksi orde satu karena laju reaksi bergantung pada satu
reaktan dan jumlag eksponennya satu serta reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu metilen merah, Metil merah
merupakan salah satu zat warna azo yang digunakan dalam pewarnaan kain. Metil merah
ini memiliki gugus azo, yang merupakan zat warna sintesis dan paling reaktif dalam proses
pencelupan bahan tekstil. Metil merah mempunyasi sistem kromofor gugus azo (-N=N-)
yang berikatan dengan gugus aromatik. Perbedaan antara metil merah dan metil jingga
adalah pada gugus aktif kedua, metil merah memiliki gugus karboksil sedangkan metil
jingga memiliki gugus sulfonatsulfonat (Endang dkk, 2011)
Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat tabel hasil pengamatan dan
dibuat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan pada kertas grafik berskala sama
dan dihitung koefisien korelasinya dan dibuat garisnya. Berdasarkan kurva diperoleh
persamaan regresi linier y = 0,0096x + 0,0935 dan nilai r = 0,8846.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyiapkan gelas beaker berisi air
suling sesuai dengan volume distribusi tiap kelompok. Gelas beaker dalam simulasi ini
digambarkan sebagai pembuluh darah dan air suling sebagai darah dalam tubuh manusia.
Disiapkan juga jumlah metilen merah yang akan ditambahkan ke dalam gelas beaker
sesuai dosis tiap kelompok. Untuk intravaskular dan ekstravaskular dosis kelompok 1
sebesar 200 mg, kelompok 2 sebesar 100 mg, dan kelompok 3 sebesar 200 mg. Metilen
merah digambarkan sebagai zat obat.
Metilen merah dianggap sebagai obat dengan pemberian secara intravena yang
langsung terdistribusi dalam saluran sistemik tanpa melalui absorbsi. Larutan dalam gelas
beaker diilustrasikan sebagai volume distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi (Vd)
merupakan volume hipotesis cairan tubuh yang akan diperlukan untuk melarutkan. jumlah
total obat pada konsentrasi yang sama seperti yang ditemukan dalam darah (Ansel, 2006).
Volume distribusi (Vd) merupakan volume hipotesis cairan tubuh yang akan
diperlukan untuk melarutkan jumlah total obat pada konsentrasi yang sama seperti yang
ditemukan dalam darah (Ansel, 2006). Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan
suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan
membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma, yang
meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil.
(Holford, 1998).
Setiap pengambilan larutan klirens pada beaker glass ditambahkan kembali air
suling untuk menggambarkan kondisi dalam tubuh. Tahap selanjutnya yaitu pengukuran
konsentrasi setiap larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada Panjang
gelombang 530 nm untuk menentukan kadar metilen merah yang diekskresikan per satuan
waktu. Hasil absorbansi setiap larutan digunakan untuk menentukan konsentrasinya
dengan menggunakan kurva baku metilen merah yang telah diketahui sebelumnya.
Hasil yang diperoleh dapat dibaca pada grafik t vs log C, pada setiap kelompok
konsentrasi metil merah berkurang seiring berjalannya waktu. Hal ini sama dengan
konsentrasi obat didalam tubuh yang semakin berkurang seiring berjalannya waktu.
Karena Berdasarkan model farmakokinetika yang paling sederhana larutan obat dalam
suatu volume tubuh digambarkan sebagai model kompartemen satu terbuka di mana
konsentrasi obat dari waktu nol awal akan semakin berkurang secara konstan hingga
waktu tertentu sampai konsentrasi obat didalam tubuh habis.
Tabel parameter farmakokinetik (intravaskular) :
Kelompok
Parameter
1 2 3
Dosis (mg) 200 100 200
Klirens (ml/ 15 menit) 200 100 200
Volume Distribusi 0,5 0,5 1
AUC (mg.ml/menit) 975,6 875,25 1005,3
Berdasarkan nilai AUC dari sampel, AUC pada kelompok 2 < kelompok 3. Hal ini
disebabkan nilai Vd kelompok 2 > kelompok 3, di mana ketika Vd semakin kecil maka
kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).
Berdasarkan nilai AUC pada kelompok 1 > kelompok 2. Hal ini disebabkan karena
perbedaan dosis pemberian dan klirens yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma,
sehingga semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).
Tabel parameter farmakokinetik (ekstravaskular) :
Kelompok
Parameter
1 2 3
Dosis (mg) 200 100 200
Klirens (ml/ 15 menit) 200 100 200
Volume Distribusi 0,5 0,5 1
AUC (mg.ml/menit) 584,94 288,23 324,42
Berdasarkan nilai AUC dari sampel, AUC pada kelompok 1 > kelompok 3. Hal ini
disebabkan nilai Vd kelompok 1 < kelompok 3, di mana ketika Vd semakin kecil maka
kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).
Berdasarkan nilai AUC pada kelompok 1 > kelompok 2. Hal ini disebabkan karena
perbedaan dosis pemberian dan klirens yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma,
sehingga semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).
VI. KESIMPULAN
6.1 Konsep dasar dari farmakokinetika adalah salah satunya memahami parameter-
parameter farmakokinetika, yaitu parameter farmakokinetika primer meliputi
volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan kecepatan absorbsi (Ka), sekunder meliputi
kecepatan eliminasi (Ke) dan T1/2 dan turunan meliputi AUC dan Css.
6.2 Semakin kecil Vd maka kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya
juga besar.
6.3 Semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC.
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M., 2018, Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi ke-2, Surabaya: Penerbit Airlangga
University Press.
Endang Widjajanti, Regina Tutik P, Dan M. Utomo. 2011. Pola Adsorpsi Zeolit Terhadap
Pewarna Azo Metil Merah Dan Metil Jingga. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan Dan Penerapan Mipa,Fakultas Mipa, Universitas Negeri Yogyakarta.
Gunawan, G.S., 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Gunawan, G.S., 2016, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasibuan, Poppy Anjelisa Z., 2019, Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda
Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara , Medan
Holford, N.H., 1998, Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis yang Rasional dan
Waktu Kerja Obat Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Kovalchik, S. (2017). RISmed: Download Content from NCBI Databases. Retrieved from
https://cran.r-project.org/package=RISmed
Priharjo, R. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
R Core Team. (2015). R: A Language and Environment for Statistical Computing. R Foundation
for Statistical Computing, Vienna, Austria. Viena, Austria
Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Shargel, L. dan Yu., 2017, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya: Airlangga
Univeersity Press.
Staff Pengajar Departemen Farmakologi FK Unsri. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sukmadjaja. A. dkk. 2006. Pengembangan Aplikasi Komputer Pengolah Data Konsentrasi Obat
Dalam Plasma Untuk Studi Pemodelan Parameter Farmakokinetik. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 3(3) : 143 – 152.
Tjay, T.K., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan EfekEfek
Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta : Gramedia.
Waldon, D.J., 2008, Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge: Amgen, Inc., One
Kendall Square, Building 1000, USA
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna, 2017, Pengantar Farmakologi. Dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
Penentuan panjang
gelombang maksimum
intravaskular
Simulasi model
farmakokinetika invitro
intravaskular
5
Penyampuran metilen
merah dengan akuades
ekstravaskular
Pengadukan larutan
Larutan seri
ekstravaskular
Simulasi model
farmakokinetika invitro
ekstravaskular