Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


PRAKTIKUM II & III
SIMULASI INVITRO DAN MODEL FARMAKOKINETIKA RUTE
INTRAVASKULAR DAN EKSTRAVASKULAR

Disusun Oleh :

Nama : Nur Wulan Septiyani


NIM : E0018080
Kelas :3B
Kelompok : 8 (Delapan)
Dosen Pengampu : 1. apt. Arifina Fahamsya, M. Sc
2. apt. Lailana Garna N, M. Pharm., Sci

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
SEMESTER 6
2021
PRAKTIKUM II DAN III

SIMULASI INVITRO DAN MODEL FARMAKOKINETIKA RUTE


INTRAVASKULAR DAN EKSTRAVASKULAR

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu yang mempelajari mekanisme obat dalam tubuh adalah farmakokinetik.
Pada umumya setiap obat masuk ke dalam tubuh akan mengalami empat fase yaitu
absorbsi yang merupakan proses obat memasuki sirkulasi cairan tubuh. Distribusi,
proses obat diangkut ke area tubuh dimana obat diharapkan bereaki atau disimpan
dalam tubuh. Biotransformasi, proses dimana obat diubah menjadi bentuk yang kurang
aktif. Eksresi, obat dikeluarkan dari dalam tubuh (Priharjo, 1995).
Konsep dasar dari farmakokinetika adalah salah satunya memahami parameter-
parameter farmakokinetika, yaitu parameter farmakokinetika primer meliputi volume
distribusi (Vd), klirens (Cl), dan kecepatan absorbsi (Ka), sekunder meliputi kecepatan
eliminasi (Ke) dan T1/2 dan turunan meliputi AUC dan Css. Dengan konsep-konsep
tersebut dilakukan simulasi in vitro dengan menggunakan suatu model farmakokinetika
untuk mengukur parameter-parameter farmakokinetika dan lebih memahami setiap
parameternya. Setelah dibuat suatu model farmakokinetik dalam praktikum ini dapat
digunakan untuk karakteristirisasi suatu obat dengan meniru suatu perilaku dan nasib
obat dalam sistem biologis jika diberikan dengan suatu pemberian rute utama dan
bentuk dosis tertentu.
Dalam suatu penelitian/studi farmakokinetika, perkembangan kadar/jumlah obat
(senyawa asal dan atau metabolitnya) dalam tubuh dilakukan pada titik-titik waktu
yang diskontinyu (misalnya pada waktuwaktu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 6 jam dan
8 jam setelah pemberian obat), karena sampai dengan saat ini memang tidak mungkin
untuk dapat menentukan kinetika obat dalam tubuh secara eksperimental dalam waktu
yang kontinyu. Dengan demikian, data eksperimental yang akan kita peroleh hanyalah
untuk waktu-waktu tersebut tadi (Hakim, 2019).
Jika data tersebut dibiarkan apa adanya, tidak banyak manfaat yang bisa ditarik.
Oleh karena itu, dalam dunia farmakokinetika akan dijumpai apa yang disebut dengan
"Model". Yang paling sering dipakai adalah model kompartemental, dimana keadaan
tubuh direpresentasikan ke dalam bentuk kompartemen (Hakim, 2019).
1.2 Dasar Teori
a. Farmakokinetik
Farmakokinetika adalah suatu ilmu yang mempelajari kuantitas obat dalam
tubuh sehubungan dengan waktu. Dengan kata lain, farmakokinetika mempelajari
bagaimana proses-proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi terjadi,
berdasarkan kadar obat yang terukur dalam cairan tubuh vs waktu setelah pemberian
(Waldon,
D.J. 2008).
b. Jalur Pemberian Obat
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravascular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi (Zunilda,.dkk, 2017). Menurut model satu
kompartemen, tubuh dianggap sebagai satu kompartemen tempat obat menyebar
secara seketika dan merata ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
disederhanakan sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat (Gunawan, et
al,2016). Prinsip pemakaian model kompartemen satu yaitu tubuh merupakan satu
kompartemen dengan volume = Vd, kadar obat setiap waktu dinyatakan dengan
Cpo, fase distribusi cepat dan tak teramati. Eliminasi obat dari tubuh dianggap
berlangsung menurut reaksi orde ke satu dengan tetapan laju eliminasi (Kel) yang
meliputi tetapan kecepatan metabolisme (Km) dan tetapan laju ekskresi (Ke)
(Hasibuan, 2019).
c. Model Farmakokinetik
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan
hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari
model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan
observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter tersebut antara lain terdiri dari
beberapa parameter antara lain parameter primer yang terdiridari volume distribusi
(Vd); klirens (Cl); dan kecepatan absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari
kecepatan eliminasi (K); dan waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter
turunan. Model farmakokinetik tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi
obat berkenaan dengan menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 2018).
d. Model Farmakokinetika
Salah satu pemodelan matematika yang paling umum digunakan untuk
mengkaji profil farmakokinetika adalah model kompartementeral.Beberapa model
farmakokinetika kompartementeral antara lain model kompartemen tunggal dan
multi kompartemen telah dikenal secara luas. Diantara ketiga model kompartemen
tersebut, model dua kompartemen mengalami perkembangan yang paling pesat yang
ditunjukkan dengan peningkatan jumlah publikasi yang paling tinggi sejak tahun
1970 sampai 2017 (Kovalchik, 2017; R Core Team, 2015). Oleh karena itu,
pengetahuan yang lebih dalam mengenai model dua kompartemen diperlukan bagi
seorang farmasis antara lain untuk melakukan pemodelan farmakokinetika maupun
pengaturan dosis obat di bidang farmasi klinis.
e. Model Komparten
Pada model satu kompartemen terbuka, obat hanya dapat memasuki darah dan
mempunyai volume distribusi kecil, atau juga dapat memasuki cairan ekstra sel atau
bahkan menembus sehingga menghasilkan volume distribusi yang besar. Pada
model satu kompartemen terbuka terlihat seolah olah tidak ada fase distribusi, hal
ini disebabkan distribusinya berlangsung cepat (Wulandari, 2009). Pergerakan obat
di antara kompartemen-kompartemen yang berbeda dari tubuh (darah, jaringan
adipose, hati dan sebagainya) adalah suatu proses yang kompleks dan dinamis serta
tidak mudah dianalisis. Oleh karena itu sebagai pendekatan pertama, diumpamakan
bahwa semua kompartemen tubuh berada dalam kesetimbangan yang cepat dengan
kompartemen pusat (biasanya adalah darah), dan bahwa konsentrasi obat di seluruh
tubuh adalah konstan. Jadi efek terapi obat harus dihubungkan dengan konsentrasi
obat dalam darah (Gibson dan Paul, 1995).

1.3 Tujuan

Tujuan Umum : Memahami konsep farmakokinetika suatu obat.

Tujuan Khusus:
- Mempelajari konsep farmakokinetika suatu obat dengan menggunakan metilen blue
menggunakan simulasi invitro.
- Membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan dosis, rute pemakaian,
klirens dan volume distribusi yang berbeda.
- Menerapkan analisis farmakokinetika dalam perhitungan parameter
farmakokinetika.
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

2.1 ALAT

- Magnetic stirrer

- Tabung reaksi

- Pipet ukur

- Gelas beaker 1 L / 2 L

- Pipet volume 25 mL/30 Ml

2.2 BAHAN

- Metilen merah

- Air suling / aquadest


III. CARA KERJA

3.1 Macam Percobaan


Simulasi

Dilakukan satu macam percobaan secara intravaskular


I: Dosis 200 mg, klirens 200 ml/15 menit, Vd 0,5 L
II: Dosis 100 mg, klirens 100 ml/15 menit, Vd 0,5 L
III: Dosis 200 mg, klirens 200 ml/15 menit, Vd 1 L

Dilakukan satu macam percobaan secara ekstravaskular

I: Dosis 200 mg, klirens 200 ml/15 menit, Vd 0,5 L


II: Dosis 100 mg, klirens 100 ml/15 menit, Vd 0,5 L
III: Dosis 200 mg, klirens 200 ml/15 menit, Vd 1 L

Hasil

3.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Metilen Merah


Metilen merah

Dibuat larutan baku induk 100 µg/mL dari 10 mg metilen

Dilarutkan dalam 100 mL air suling

Dibuat larutan baku kerja metilen merah

Diencerkan larutan baku induk dengan air suling sampai


didapat larutan dengan kadar : 50, 150 µg/mL

Hasil
3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Ditentukan panjang gelombang maksimum menggunakan


larutan baku kerja 2 dan 5 µg/mL

Diamati nilai serapan pada panjang gelombang 530-570 nm

Dibuat kurva serapan terhadap panjang gelombang dari


larutan baku kerja 2 dan 5 µg/mL pada kertas grafik
berskala sama

Tentukan e maksimum

Hasil

3.4 Pembuatan Kurva Baku

Dilakukan pengamatan serapan dari larutan baku kerja pada


panjang gelombang maksimum yang telah didapat dari 2

Dibuat tabel hasil pengamatan

Dibuat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan ada


kertas grafik berskala sama

Dihitung koefisien kolerasinya dan dibuat garisnya

Hasil
3.5 Simulasi Model Farmakokinetika Invitro

a. Rute Intravaskular Kompartemen Satu Terbuka

Diisi gelas beker dengan air suling secara kuantitatif, sesuai


dengan nilai Vd

Jalankan stirer

Ditambahkan metilen merah kedalam gelas beker sesuai


dengan dosis yang telah ditentukan sebelumnya (metilen
merah yang ditambahkan diambil dari larutan baku induk
yang disesuaikan volumenya

Diambil sampel dari gelas beker larutan metilen merah


berkali – kali sebesar nilai Cl

Segera gantikan volume yang diambil tersebut dengan air


suling

Diukur serapan sampel pada panjang gelombangg


maksimum yang telah diperoleh

Digunakan air suling sebagai blanko

Dihitung parameter farmakokinetika

Hasil
b. Rute ekstravaskular Kompartemen Satu Terbuka

Diisi gelas beker dengan air suling secara kuantitatif, sesuai


dengan nilai Vd

Jalankan stirer

Ditambahkan metilen merah 1/5 – ¼ dosis kedalam gelas


beker sesuai dosis yang telah ditentukan sebelumnya
(metilen merah yang ditambahkan diambil dari larutan baku
induk yang telah ditentukan sebelumnya). Homogenkan

Diambil sampel dari gelas beker larutan metilen merah


berkali – kali sebesar nilai Cl.

Segera gantikan volume yang diambil tersebut dengan air


suling

Diukur serapan sampel pada panjang gelombang maksimum


yang telah diperoleh

Digunakan air suling sebagai blanko

Dihitung parameter farmakokinetika

Hasil
IV. HASIL PERCOBAAN
4.1 Pembuatan larutan Baku Metilen Merah
No. Perlakuan Hasil

1. Ditimbang Metilen Merah 10 mg

2. Dilarutkan dengan Aquades hingga 100 ml Larutan Homogen

3. Dihitung konsentrasi larutan baku C = 1.000 mcg/mL

Keterangan :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑐𝑔
C = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑚𝑙
100.000 𝑚𝑐𝑔 𝑚𝑐𝑔
C= = 1.000 ⁄𝑚𝑙
100 𝑚𝑙

4.2 Pembuatan Larutan Stok Metilen Merah


No. Perlakuan Hasil

1. Dibuat larutan stok Metilen Merah 10; 20; 40;


50; dan 80 mcg/ml
2. Diambil dari larutan baku sejumlah … ml, untuk M1V1 = M2V2
konsentrasi:
a. 10 mcg/ml 0,1 ml
b. 20 mcg/ml 0,2 ml
c. 40 mcg/ml 0,4 ml
d. 50 mcg/ml 0,5ml
e. 80 mcg/ml 0,8 ml
3. Ditambahkan akuades hingga 10 ml Larutan homogen

Perhitungan konsentrasi
➢ 10 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 10 mcg/ml . 10 ml
10 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml

= 0,1 ml
➢ 20 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 20 mcg/ml . 10 ml
20 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml
= 0,2 ml
➢ 40 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 40 mcg/ml . 10 ml
40 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml

= 0,4 ml
➢ 50 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 50 mcg/ml . 10 ml
50 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml

= 0,5 ml
➢ 80 mcg/ml
M1 . V1 = M2 . V2
1000 mcg/ml . V1 = 80 mcg/ml . 10 ml
80 mcg/ml x 10ml
V1 = 1000 mcg/ml

= 0,8 ml

4.3 Pembuatan Kurva Baku Metilen Merah


Kadar (mcg/ml) Absorbansi

10 0,205
20 0,279
40 0,356
50 0,717
80 0,836
a) Buatlah grafik kurva baku Metilen merah menggunakan Microsoft excel dan
secara manual

Kurva Baku Metilen Merah


1
y = 0,0096x + 0,0935
0,9
R² = 0,8846
0,8
0,7
absorbansi

0,6
0,5
Absorbansi
0,4
0,3 Linear (Absorbansi)
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100
Kadar (mcg/ml)

b) Tentukan nilai a, b dan r dengan menggunakan Microsoft excel dan


kalkulator
a = 0,0935
b = 0,0096
r = 0,8846

c) Tentukan persamaan regresi linier menggunakan rumus Y = bx+a dari


microsoft excel dan kalkulator
Y = bx + a
0,478 = 0,0096x + 0,0935
0,478 – 0,0935 = 0,0096x
0,3845 = 0,0096 x
X = 0,03845/0,0096
X = 40,05

4.4 Kadar Metilen Merah dalam sampel tiap waktu (Intravaskular)


Kelompok T (Menit) Absorbansi Konsentrasi Log C T Vs Log C
(C) (mcg/ml)
I 0 0,370 28,80 1,459392488 R = 0,913
15 0,339 25,57 1,407730728 A = 1,5029
30 0,280 19,42 1,288249226 B = -0,0089
45 0,202 11,30 1,053078443
II 0 0,301 21,61 1,334654767 R = 0,6849
15 0,310 22,55 1,353146546 A =1,5323
30 0,230 14,21 1,152594078 B = -0,0042
45 0,243 15,57 1,192288613
III 0 0,289 20,36 1,308777774 R = 0,2842
15 0,339 25,57 1,407730728 A = 1,3792
30 0,320 23,59 1,372727941 B = -0,0027
45 0,241 15,36 1,186391216

a) Hitung konsentrasi masing-masing kelompok dengan menggunakan hasil


persamaan tahap nomor 3.
Kelompok I :
a. T 0 menit
Y = bx + a
0,370 = 0,0096 x + 0,0935
0,370 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2765
=X
0,0096

X = 28,80

b. T 15 menit
Y = bx + a
0,339 = 0,0096 x + 0,0935
0,339 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2455
=X
0,0096

X = 25,57

c. T 30 menit
Y = bx + a
0,280 = 0,0096 x + 0,0935
0,280 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1865
=X
0,0096

X = 19,42
d. T 45 menit
Y = bx + a
0,202 = 0,0096 x + 0,0935
0,202 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1085
=X
0,0096

X = 11,30

Kelompok II :
a. T 0 menit
Y = bx + a
0,301 = 0,0096 x + 0,0935
0,301 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2075
=X
0,0096

X = 21,61

b. T 15 menit
Y = bx + a
0,310 = 0,0096 x + 0,0935
0,310 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2165
=X
0,0096

X = 22,55

c. T 30 menit
Y = bx + a
0,230 = 0,0096 x + 0,0935
0,230 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1365
=X
0,0096

X = 14,21

d. T 45 menit
Y = bx + a
0,243 = 0,0096 x + 0,0935
0,243 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1495
=X
0,0096
X = 15,57

Kelompok III :
a. T 0 menit
Y = bx + a
0,289 = 0,0096 x + 0,0935
0,289 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1955
=X
0,0096

X = 20,36

b. T 15 menit
Y = bx + a
0,339 = 0,0096 x + 0,0935
0,339 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2455
=X
0,0096

X = 25,57

c. T 30 menit
Y = bx + a
0,320 = 0,0096 x + 0,0935
0,320 – 0,0935 = 0,0096 x
0,2265
=X
0,0096

X = 23,59

d. T 45 menit
Y = bx + a
0,241 = 0,0096 x + 0,0935
0,241 – 0,0935 = 0,0096 x
0,1475
=X
0,0096

X = 15,36
b) Gambarkan kurva log c VS t
Kelompok I

kelompok 1
10 y = -0,0089x + 1,5029
R² = 0,9130
log cp

log cp
Linear (log cp)
1
0 10 20 30 40 50
waktu

Kelompok II

kelompok2
10

y = -0,0042x + 1,3523
R² = 0,6489
log cp

log cp
Linear (log cp)

1
0 10 20 30 40 50
waktu

Kelompok III

kelompok 3
10
y = -0,0027x + 1,3792
R² = 0,2842
log cp

log cp
Linear (log cp)

1
0 10 20 30 40 50
waktu
4.5 Perhitungan Area Under Curve (AUC) Intravaskular
Percobaan I:
(𝐶1 + 𝐶0) × (𝑡1 − 𝑡0)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐚 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡0) × (𝑡15−𝑡0)
= 2
(25,57 + 28,80 ) × (15−0)
= 2
(54,37) × (15)
= 2
815,55
=
2

= 407,775

(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUCb= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2

(19,42 + 25,57 ) × (30 − 15)


=
2
(44,99 ) × (15)
= 2
674,85
= 2

= 337,425

(𝐶3+𝐶2)×(𝑡3−𝑡2)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐜= 2

(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡45 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30) × (𝑡45−𝑡30)


= 2
(11,30+19,42) × (45−30)
=
2
(30,72) × (15)
= 2
460,8
= 2

= 230,4

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑨𝑼𝑪 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝐴𝑈𝐶𝑎 + 𝐴𝑈𝐶 𝑏 + 𝐴𝑈𝐶 𝑐


= 407,775 + 337,425 + 230,4
= 975,6
Percobaan II
(𝐶1 + 𝐶0) × (𝑡1 − 𝑡0)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐚 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡0) × (𝑡15−𝑡0)
= 2
(25,55 + 21,61 ) × (15−0)
= 2
(47,16) × (15)
= 2
707,4
= 2

= 353,7

(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUCb= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2

(14,21 + 25,55) × (30 − 15)


=
2
(39,76) × (15)
= 2
596,4
=
2

= 298,2

(𝐶3 + 𝐶2) × (𝑡3 − 𝑡2)


𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐜 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡45 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30) × (𝑡45−𝑡30)
= 2
(15,57+14,21) × (45−30)
= 2
(29,78) × (15)
= 2
446,7
= 2

= 223,35

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑨𝑼𝑪 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝐴𝑈𝐶𝑎 + 𝐴𝑈𝐶 𝑏 + 𝐴𝑈𝐶 𝑐


= 353,7 + 298,2 + 223,35
= 875,25
Percobaan III:
(𝐶1 + 𝐶0) × (𝑡1 − 𝑡0)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐚 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡0) × (𝑡15 − 𝑡0)
=
2
(25,57 + 20,36 ) × (15−0)
= 2
45.93 × (15)
= 2
688,95
= 2

= 344,475

(𝐶2+𝐶1)×(𝑡2−𝑡1)
Nilai AUC b= 2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡15) × (𝑡30−𝑡15)
= 2
(23,59 +25,57) × (30−15)
= 2
(49,16 ) × (15)
= 2
737,4
=
2

= 368,7
(𝐶3 + 𝐶2) × (𝑡3 − 𝑡2)
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐀𝐔𝐂𝐜 =
2
(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡45 + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡30) × (𝑡45−𝑡30)
= 2
(15,36+23,59) × (45−30)
= 2
38,95 × (15)
= 2
584,25
=
2

= 292,125

𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑨𝑼𝑪 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝐴𝑈𝐶𝑎 + 𝐴𝑈𝐶 𝑏 + 𝐴𝑈𝐶 𝑐


= 344,475 + 368,7 + 292,125
= 1,005.3
4.6 Kadar Metilen Merah Dalam Sampel tiap waktu (Ekstravaskular)
Kelompok T (Menit) Absorbansi Konsentrasi Log C T Vs Log C
(C) (mcg/ml)
I 0 0 -9,739 0 R = 0,7943
15 0,170 7,96 0,9009130677 A = 0,2353
30 0,228 14,01 1,146438135 B = 0,0256
45 0,245 15,78 1,198106999
II 0 0 -9,739 0 R = 0,8845
15 0,106 1,30 0,113943352 A = -0,0979
30 0,221 13,28 1,123198075 B = 0,0323
45 0,276 19.01 1,278982117
III 0 0 19.01 1,278982117 R = 0.0021
15 0,119 -9,739 0 A = 0,7513
30 0,131 3,90 0,591064607 B = -0.0013
45 0,193 10,36 1,015359755

a) Hitung konsentrasi masing-masing kelompok dengan menggunakan hasil


persamaan tahap nomor 3.
Kelompok I :
a. T 0 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0 = 0,0096x + 0,0935
0-0,0935 = 0,0096x
X = -9,739
b. T 15 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,170 = 0,0096x + 0,0935
0,170-0,0935 = 0,0096x
X = 7,96
c. T 30 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,228 = 0,0096x + 0,0935
0,228-0,0935 = 0,0096x
X = 14,01
d. T 45 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,245 = 0,0096x + 0,0935
0,245-0,0935 = 0,0096x
X = 15,78

Kelompok II :
a. T 0 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0 = 0,0096x + 0,0935
0-0,0935 = 0,0096x
X = - 9,739
b. T 15 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0.106 = 0,0096x + 0,0935
0.106-0,0935 = 0,0096x
X = 1,30
c. T 30 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,221 = 0,0096x + 0,0935
0,221-0,0935 = 0,0096x
X = 13,28
d. T 45 menit
y = 0,0096x + 0,093
0,221 = 0,0096x + 0,0935
0,221-0,0935 = 0,0096x
X = 19,01

Kelompok III :
a. T 0 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0 = 0,0096x + 0,0935
0-0,0935 = 0,0096x
X = -9,739
b. T 15 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,119 = 0,0096x + 0,0935
0,119-0,0935 = 0,0096x
X = 2,65
c. T 30 menit
y = 0,0096x + 0,0935
0,131 = 0,0096x + 0,0935
0,131-0,0935 = 0,0096x
X = 3,90
d. T 45 menit
Y = 0,0096x + 0,0935
0,193 = 0,0096x + 0,0935
0,193-0,0935 = 0,0096x
X = 10,36

b) Gambarkan kurva log c VS t


Kelompok 1

kelompok 1
10
y = 0,0256x + 0,2354
R² = 0,7943
log cp

1 log cp
0 10 20 30 40 50 Linear (log cp)

0,1
waktu
Kelompok 2

kelompok 2
10
y = 0,0323x - 0,0979
1 R² = 0,8845
0 10 20 30 40 50
log cp

0,1 log cp
Linear (log cp)
0,01

0,001
waktu

Kelompok 3

kelompok 3
10 y = -0,0013x + 0,7513
R² = 0,0021
log cp

1 log cp
0 10 20 30 40 50 Linear (log cp)

0,1
waktu

4.7 Perhitungan Area Under Curve (AUC) Ekstravaskular


Percobaan I:
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCa = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t0)𝑥 (𝑡15−𝑡0)
= 2
(7,96−9,739)𝑥 (15−0)
= 2
(−1,779)𝑥 (15)
= 2

= - 26,685 µg menit/mL
C2+C1) x (t2+t1)
Nilai AUCb =
2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t15)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(14,01+7,96)𝑥 (30−15)
= 2
(21,97)𝑥 (15)
= 2

= 164,775 µg menit/mL
(C3+C2) x (t3+t2)
Nilai AUCc =
2
(konsentrasi saat t45+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(15,78+14,01)𝑥 (45−30)
= 2
(29,79)𝑥 (15)
= 2

= 446,85 µg menit/mL
AUC total kelompok I = AUCa + AUCb + AUCc
= - 26,685 + 164,775 +446,85
= 584,94 µg menit/mL

Percobaan II:
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCa = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t0)𝑥 (𝑡15−𝑡0)
= 2
1,30+(−9,739)𝑥 (15−0)
= 2
(−8,439)𝑥 (15)
= 2

= -63,2925 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCb = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(1,30+13,28)𝑥 (30−15)
= 2
(14,58)𝑥 (15)
= 2

= 109,35 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCc = 2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t45)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(13,28+19,01)𝑥 (45−30)
= 2
(32,29)𝑥 (15)
= 2

= 242,175 µg menit/mL
AUC total kelompok II = AUCa + AUCb + AUCc
= -63,2925+ 109,35 + 242,175
= 288,2325 µg menit/mL
Percobaan III:
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCa = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t0)𝑥 (𝑡15−𝑡0)
= 2
(−9,739+19,01)𝑥 (15−0)
= 2
(20,749)𝑥 (15)
= 2

= 215,6 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCb = 2
(konsentrasi saat t15+konsentrasi saat t30)𝑥 (𝑡30−𝑡15)
= 2
(0.131+0,119)𝑥 (30−15)
= 2
(0.25)𝑥 (15)
= 2

= 1,875 µg menit/mL
C1+C0) x (t1+t0)
Nilai AUCc = 2
(konsentrasi saat t30+konsentrasi saat t45)𝑥 (𝑡45−𝑡30)
= 2
(10,36+3,90)𝑥 (45−30)
= 2
(14,26)𝑥 (15)
= 2

= 106,95 µg menit/mL
AUC total kelompok II = AUCa + AUCb + AUCc
= 215,6+ 1,875 + 106,95
= 324,42 µg menit/mL

4.8 Perhitungan nilai K, t1/2, dan Ka Perhitungan K:


Dari kurva Log C vs t tentukan titik-titik fase eliminasi, kemudian tentukan
persamaan garis regresinya.
t cp log cp
0 28,8 1,459392
15 25,57 1,407731
30 19,42 1,288249
45 11,3 1,053078
kurva t vs log cp
10 y = -0,0089x + 1,5029
R² = 0,9130

log cp
log cp

1 Linear (log cp)


0 20 40 60
waktu

Harga Slop garis = -K/2,303


Harga t ½ = 0,693/k
Standa Upper
Coefficie rd P- Lower Upper Lower 95,0
nts Error t Stat value 95% 95% 95,0% %
Interce 1,502876 0,0546 27,499 0,0013 1,2677 1,738 1,2677 1,738
pt 267 51 61 2 33 02 33 02
- - - -
0,008922 0,0019 4,5817 0,0444 - 0,000 - 0,000
t 824 47 4 82 0,0173 54 0,0173 54

a= 1,502876267
b= -0,008922824

slope = -k/2,303
k= -slope x 2,303

k= -slope*2,303
0,020549264 Menit

harga slope
garis = -k/2,303
-0,008922824

t 1/2 0,693/k
t 1/2 0,693/0,020549264
= 33,72383521 Menit
Perhitungan K:
K = -Slop x 2,303
= -(-0.00892)x 2,303
= 0.02054276/menit
Dari kurva Log C vs t tentukan titik-titik fase eliminasi, kemudian tentukan
persamaan garis regresinya.
y=bx + a
a= intercept = 1.502876
b = waktu (t) = -0.00892
Harga Slop garis = -K/2,303

−𝐾
Slop = 2,303
− 0.02054276
= 2,303

= -0,00892

Harga t ½ = 0,693/k
0,693
T½ = 𝐾
0,693
= 0.02054276

= 33,7345127919 menit
V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Simulasi Invitro Model Farmakokinetika
Rute Intravaskular Dan Esktravaskular” yang memiliki tujuan agar mahasiswa dapat
memahami konsep farmakokinetika suatu obat menggunakan metilen merah
menggunakan simulasi invitro, membedakan profil farmakokinetika suatu obat dengan
dosis, rute pemakaian, klirens dan volume distribusi yang berbeda dan menerapkan konsep
farmakokinetika dalam perhitungan parameter farmakokinetika. Sampel yang digunakan
pada percobaan yang kedua yakni metilen merah yang akan di uji aktifitas
farmakokinetiknya dengan menggunakan metode model in vitro.
Farmakokinetika merupakan suatu cabang ilmu yang masih relatif baru, yang
terutama mempelajari segi kuantitas dari obat di dalam tubuh. Untuk pertama kali
farmakokinetika didefinisikan sebagai analisis matematik dari kuantitas dan aktifitas obat
di dalam tubuh dalam hubungannya dengan waktu (Dost cit. Donatus, 1998).
Menurut Mammillary model kompartemen dibagi menjadi 4 yaitu :

a. Kompartemen satu terbuka iv

Perfusi terjadi sangat cepat seperti tanpa proses distribusi sebab distribusi tidak diamati
karena terlalu cepatnya. (Hanya ada satu fase yaitu eliminasi).

b. Kompartemen satu terbuka ev

Sebelum memasuki kompartemen sentral, obat harus mengalami absorbsi. (Terdiri dari
2 fase yaitu absorbsi dan eliminasi).

c. Kompartemen 2 terbuka intravaskuler

Kompartemen dianggap hanya satu dan ada proses distribusi dari sentral ke perifer atau
sebaliknya. Tidak ada proses absorbsi tetapi ada proses eliminasi.

d. Kompartemen 2 terbuka ekstravaskuler

Obat mengalami proses absorpsi, distribusi dan eliminasi.

Pada praktikum kali ini menggunakan model satu kompartemen terbuka, karena
tubuh diasumsikan berupa kompartemen tunggal, di mana seluruh kompartemer tubuh
dianggap sebagai kompartemen sentral. Kompartemen sentral di sini didefinisikan sebagai
jumlah seluruh bagian badan, di mana kadar obat berada dalam keseimbangan dengan
kadar obat yang ada dalam darah atau plasma (Ritschel, 1980). Model kompartemen ini
menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan (Shargel dan Yu, 1999).
Percobaan ini menggunakan reaksi orde satu karena laju reaksi bergantung pada satu
reaktan dan jumlag eksponennya satu serta reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktan. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu metilen merah, Metil merah
merupakan salah satu zat warna azo yang digunakan dalam pewarnaan kain. Metil merah
ini memiliki gugus azo, yang merupakan zat warna sintesis dan paling reaktif dalam proses
pencelupan bahan tekstil. Metil merah mempunyasi sistem kromofor gugus azo (-N=N-)
yang berikatan dengan gugus aromatik. Perbedaan antara metil merah dan metil jingga
adalah pada gugus aktif kedua, metil merah memiliki gugus karboksil sedangkan metil
jingga memiliki gugus sulfonatsulfonat (Endang dkk, 2011)

Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat tabel hasil pengamatan dan
dibuat kurva kadar larutan baku kerja terhadap serapan pada kertas grafik berskala sama
dan dihitung koefisien korelasinya dan dibuat garisnya. Berdasarkan kurva diperoleh
persamaan regresi linier y = 0,0096x + 0,0935 dan nilai r = 0,8846.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyiapkan gelas beaker berisi air
suling sesuai dengan volume distribusi tiap kelompok. Gelas beaker dalam simulasi ini
digambarkan sebagai pembuluh darah dan air suling sebagai darah dalam tubuh manusia.
Disiapkan juga jumlah metilen merah yang akan ditambahkan ke dalam gelas beaker
sesuai dosis tiap kelompok. Untuk intravaskular dan ekstravaskular dosis kelompok 1
sebesar 200 mg, kelompok 2 sebesar 100 mg, dan kelompok 3 sebesar 200 mg. Metilen
merah digambarkan sebagai zat obat.

Metilen merah dianggap sebagai obat dengan pemberian secara intravena yang
langsung terdistribusi dalam saluran sistemik tanpa melalui absorbsi. Larutan dalam gelas
beaker diilustrasikan sebagai volume distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi (Vd)
merupakan volume hipotesis cairan tubuh yang akan diperlukan untuk melarutkan. jumlah
total obat pada konsentrasi yang sama seperti yang ditemukan dalam darah (Ansel, 2006).

Volume distribusi (Vd) merupakan volume hipotesis cairan tubuh yang akan
diperlukan untuk melarutkan jumlah total obat pada konsentrasi yang sama seperti yang
ditemukan dalam darah (Ansel, 2006). Volume distribusi yang diperoleh mencerminkan
suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang mengurangi konsentrasi plasma dan
membuat nilai distribusi lebih besar, dengan ikatan pada protein plasma, yang
meningkatkan konsentrasi plasma dan membuat volume distribusi menjadi lebih kecil.
(Holford, 1998).

Dilakukan simulasi dengan menambahkan metilen merah kedalam beaker glass.


Setelah metilen merah dimasukkan dalam larutan, dilakukan pengadukan secara terus
menerus yang menggambarkan seperti aliran darah yang mengalir dalam tubuh dengan
kecepatan konstan. Diambil sampel dalam beaker glass larutan metilen merah pada menit
ke-0, 15, 30, 45 (setiap 15 menit) sebanyak jumlah volume yang ditentukan tiap kelompok.
Proses ini disebut dengan proses klirens (Cl) atau bersihan obat dari dalam tubuh. Klirens
merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi obat yang
merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang dibersihkan dari
kompartemen tubuh setiap waktu tertentu. Secara umum eliminasi obat terjadi pada ginjal
dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan jumlah dari
klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik) (Mutschler, 1999)

Setiap pengambilan larutan klirens pada beaker glass ditambahkan kembali air
suling untuk menggambarkan kondisi dalam tubuh. Tahap selanjutnya yaitu pengukuran
konsentrasi setiap larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada Panjang
gelombang 530 nm untuk menentukan kadar metilen merah yang diekskresikan per satuan
waktu. Hasil absorbansi setiap larutan digunakan untuk menentukan konsentrasinya
dengan menggunakan kurva baku metilen merah yang telah diketahui sebelumnya.

Hasil yang diperoleh dapat dibaca pada grafik t vs log C, pada setiap kelompok
konsentrasi metil merah berkurang seiring berjalannya waktu. Hal ini sama dengan
konsentrasi obat didalam tubuh yang semakin berkurang seiring berjalannya waktu.
Karena Berdasarkan model farmakokinetika yang paling sederhana larutan obat dalam
suatu volume tubuh digambarkan sebagai model kompartemen satu terbuka di mana
konsentrasi obat dari waktu nol awal akan semakin berkurang secara konstan hingga
waktu tertentu sampai konsentrasi obat didalam tubuh habis.
Tabel parameter farmakokinetik (intravaskular) :
Kelompok
Parameter
1 2 3
Dosis (mg) 200 100 200
Klirens (ml/ 15 menit) 200 100 200
Volume Distribusi 0,5 0,5 1
AUC (mg.ml/menit) 975,6 875,25 1005,3

Berdasarkan nilai AUC dari sampel, AUC pada kelompok 2 < kelompok 3. Hal ini
disebabkan nilai Vd kelompok 2 > kelompok 3, di mana ketika Vd semakin kecil maka
kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).

Berdasarkan nilai AUC pada kelompok 1 > kelompok 2. Hal ini disebabkan karena
perbedaan dosis pemberian dan klirens yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma,
sehingga semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).
Tabel parameter farmakokinetik (ekstravaskular) :
Kelompok
Parameter
1 2 3
Dosis (mg) 200 100 200
Klirens (ml/ 15 menit) 200 100 200
Volume Distribusi 0,5 0,5 1
AUC (mg.ml/menit) 584,94 288,23 324,42

Berdasarkan nilai AUC dari sampel, AUC pada kelompok 1 > kelompok 3. Hal ini
disebabkan nilai Vd kelompok 1 < kelompok 3, di mana ketika Vd semakin kecil maka
kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya juga besar (Hakim, 2012).

Berdasarkan nilai AUC pada kelompok 1 > kelompok 2. Hal ini disebabkan karena
perbedaan dosis pemberian dan klirens yang mempengaruhi kadar obat dalam plasma,
sehingga semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC (Hakim, 2012).
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :

6.1 Konsep dasar dari farmakokinetika adalah salah satunya memahami parameter-
parameter farmakokinetika, yaitu parameter farmakokinetika primer meliputi
volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan kecepatan absorbsi (Ka), sekunder meliputi
kecepatan eliminasi (Ke) dan T1/2 dan turunan meliputi AUC dan Css.

6.2 Semakin kecil Vd maka kadar obat dalam plasma tinggi sehingga nilai AUC-nya
juga besar.

6.3 Semakin besar dosis dan klirens, semakin besar juga nilai AUC.
DAFTAR PUSTAKA

Aiache, J.M., 2018, Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi ke-2, Surabaya: Penerbit Airlangga
University Press.

Angestiarum, 2015, Farmakokinetika Klinik, (http://angestiarumff14.web.unair.ac.id) Diakses


tanggal 25 Maret 2016.

Ansel, H. C., 2006, Pharmaceutical Calculations: the pharmacist’s handbook, Lippicontt


William and Wilkins, Philadelpia.

Endang Widjajanti, Regina Tutik P, Dan M. Utomo. 2011. Pola Adsorpsi Zeolit Terhadap
Pewarna Azo Metil Merah Dan Metil Jingga. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan Dan Penerapan Mipa,Fakultas Mipa, Universitas Negeri Yogyakarta.

Gunawan, G.S., 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gunawan, G.S., 2016, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hakim, L., 2012, Farmakokinetika, Yogyakarta : Bursa Ilmu.

Hasibuan, Poppy Anjelisa Z., 2019, Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda
Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara , Medan

Holford, N.H., 1998, Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis yang Rasional dan
Waktu Kerja Obat Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.

Kovalchik, S. (2017). RISmed: Download Content from NCBI Databases. Retrieved from
https://cran.r-project.org/package=RISmed

Priharjo, R. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

R Core Team. (2015). R: A Language and Environment for Statistical Computing. R Foundation
for Statistical Computing, Vienna, Austria. Viena, Austria

Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Shargel, L. dan Andrew, A, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya :


Airlangga University Press.

Shargel, L. dan Yu., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,


Surabaya: Airlangga Univeersity Press.

Shargel, L. dan Yu., 2017, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya: Airlangga
Univeersity Press.
Staff Pengajar Departemen Farmakologi FK Unsri. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sukmadjaja. A. dkk. 2006. Pengembangan Aplikasi Komputer Pengolah Data Konsentrasi Obat
Dalam Plasma Untuk Studi Pemodelan Parameter Farmakokinetik. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 3(3) : 143 – 152.

Tjay, T.K., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan EfekEfek
Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta : Gramedia.

Waldon, D.J., 2008, Pharmacokinetics and Drug Metabolism. Cambridge: Amgen, Inc., One
Kendall Square, Building 1000, USA

Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna, 2017, Pengantar Farmakologi. Dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan

Pembuatan larutan baku


kerja metilen merah
intravaskular

Penentuan panjang
gelombang maksimum
intravaskular

Pembuatan kurva baku


intravaskular

Simulasi model
farmakokinetika invitro
intravaskular
5

Penyampuran metilen
merah dengan akuades
ekstravaskular

Pengadukan larutan

Larutan seri
ekstravaskular

Simulasi model
farmakokinetika invitro
ekstravaskular

Anda mungkin juga menyukai