Anda di halaman 1dari 11

NUR WULAN SEPTIYANI

3B / E0018080
TSF BAHAN ALAM

FORMULASI SEDIAAN TEH


I. PENDAHULUAN
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak
negara. Teh menjadikan sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai
peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, yakni sebagai salah satu
penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas. Hal ini ditunjang dengan perkebunan teh
di Indonesia yang cukup luas dan jumlah produksi teh yang besar (Syaipulloh, 2011).
Ada 4 (empat) jenis teh yang sudah akrab bagi orang Indonesia : teh Oolong (Oolong
tea), teh hitam (black tea), teh hijau (green tea), teh putih (white tea). Keempatnya dibedakan
berdasarkan proses pengolahannya. Kualitas tinggi apabila dipetik dari lembar pucuk
pertama sampai ketiga. Sebab dalam ketiga lembar daun itu kandungan daun katekin
penambah rasa segar dan kafein tinggi. Katekin sendiri merupakan senyawa yang kaya
antioksidan (Almajano MP, 2017).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, taksonomi teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Guttiferales
Famili : Theacceae
Genus : Cammellia
Species : Cammellia sinensis (Nazaruddin dkk, 1993).
Tanaman teh dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 6-9 m. Diperkebunan-
perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 meter tingginya dengan
pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar
diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak (Siswoputranto, 1978).
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur
yang berkisar antara 10 – 30 °C pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm per tahun dengan
ketinggian 600 – 2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam secara berbaris dengan
jarak tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50–
100 cm dengan batang tegak dan bercabang-cabang (Setyamidjaja, 2000).
Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50–70 tahun, namun setelah
50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian
tanaman tua agar produktivitas tanaman teh tetap bagus. Pohon yang tua diganti dengan
bibit yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan khusus untuk pembiakan
tanaman muda (Setyamidjaja, 2000).
Bahan-bahan kimia dalam teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu :
substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis dan enzim. Keempat kelompok
tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang baik pada teh jadi apabila
pengendaliannya selama pengolahannya dapat dilakukan dengan tepat (Arifin, 1994).
Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk tanaman teh
( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu. Manfaat minuman teh ternyata
dapat menimbulkan rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak
menimbulkan dampak negatif. Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen.
Teh semacam ini hanya dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta
penggunaan mesin–mesin peralatan pengolahan yang memadai (lengkap) (Arifin, 1994).
Menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan perbedaan
cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau (tanpa fermentasi), teh
oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi penuh). Gondoin et al. (2010)
menambahkan bahwa terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih. Daun teh yang dipetik pada
pengolahan teh putih hanya daun paling ujung yang belum terbuka atau masih kuncup dan
masih mengandung bulu-bulu halus, sedangkan pengolahan yang dilakukan menyerupai
pengolahan teh hijau.
II. FORMULASI
R/ bubuk teh camelia sinensis 10 gram
Bubuk teh murbei 10 gram
Bubuk jahe 10%
Asam jawa 6%
III. PENIMBANGAN
Bubuk the camelia sinensis = 10 gram
Bubuk the murbei = 10 gram
Bubuk jahe = 10% x 20 gram = 2 gram
Asam jawa = 6% x 20 gram = 1,2 gram
IV. PROSEDUR PEMBUATAN
Siapkan alat dan bahan

- Dicuci bahan dengan air mengalir, dirajang lalu dikeringkan dengan oven
pada suhu 60°C selama 6 jam
- Digiling hingga mendapatkan derajat serbuk yang sesuai
- Daun yang telah diserbukkan ditimbang berdasarkan pada formulasi
- Dicampur dan dikemas dalam kantong teh celup
- Diseduh dengan air masak bersuhu 90°C lalu diaduk dan ditutup serta
dibiarkan selama 3 menit

HASIL
V. UJI MUTU SEDIAAN
5.1.Uji Organoleptis
Sediaan teh

- Dilakukan uji kesukaan terhadap formula meliputi penilaian


terhadap warna, rasa, dan aroma air seduhan the.

HASIL
VI. PEMBAHASAN
Teh adalah tumbuhan yang daunnya dapat dijadikan sebagai minuman. Teh
mengandung kafein atau sebuah infuse yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk
daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air
panas.
Menurut Wan et al. (2009), teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan
perbedaan cara pengolahannya, khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau (tanpa
fermentasi), teh oolong (fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi penuh).
Gondoin et al. (2010) menambahkan bahwa terdapat jenis teh lain, yaitu teh putih. Daun
teh yang dipetik pada pengolahan teh putih hanya daun paling ujung yang belum terbuka
atau masih kuncup dan masih mengandung bulu-bulu halus, sedangkan pengolahan yang
dilakukan menyerupai pengolahan teh hijau.
Semakin pesatnya penelitian mengenai manfaat teh untuk kesehatan, menghasilkan
banyak temuan terkait macam-macam jenis teh dan cara pengolahan berikut manfaat dan
khasiatnya dari macam-macam teh tersebut. Salah satunya teh murbei yang menurut
penelitian banyak mengandung zat-zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Di
antaranya ialah senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ) yang berfungsi untuk mengobati
diabetes mellitus (Sofian, 2005).
Tanaman murbei dikenal sebagai pakan ulat sutera dalam aktivitas persuteraan
alam. Di lain pihak, daun murbei juga telah diketahui merupakan ramuan kuno obat
tradisional Cina untuk mengobati berbagai penyakit. Daun murbei memiliki zat anti
detoxifikasi. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian di negara Korea yang
dilakukan oleh Shin Dong Bang Medics yang bekerja sama dengan Universitas Kyong
Hee (www.murbei/imunitas/htm, 2006). Konsumsi teh murbei secara rutin akan
memperkuat daya tahan tubuh terhadap segala penyakit dan membuat kita awet muda.
Di kebun yang dikelola LMDH Sukamanah terdapat 500 ha atau 5.7% lahan dari 8 734
ha lahan hutan di BKPH Pangalengan diberdayakan untuk mengembangkan murbei.
Sebanyak 5 ton diantaranya bisa dijadikan makanan ulat sutera dan 2 ton lainnya untuk
dijadikan teh murbei. Daun murbei dan daun teh memiliki manfaat yang khas yang
ternyata dapat digabungkan menjadi satu bentuk minuman yang disebut dengan teh
camellia-murbei (Dadung, 2007).
Secara ilmiah jahe telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas salah satu sel darah
putih. Hasil ini mendukung data empiris yang dipercaya masyarakat bahwa jahe
mempunyai kemampuan sebagai anti masuk angin, suatu gejala menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang oleh virus (influenza). Jahe juga memiliki aktivitas
antioksidan. Studi pada mahasiswa yang diberi minuman jahe menunjukkan adanya
perbaikan sistem imun (kekebalan tubuh). Kemajuan ini mendorong lahirnya berbagai
produk pangan fungsional dengan berbagai klaim khasiat serta manfaatnya (Ardiansyah,
2005).
Teh camellia-murbei ini memiliki potensi besar untuk menjadi minuman
fungsional karena terkait dengan kandungan bahan aktif yang terdapat pada kedua jenis
daun serta penambahan bubuk jahe dan asam jawa dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap serangan berbagai jenis penyakit. Potensi yang besar tersebut perlu didukung
dengan bukti ilmiah mengenai respon imun dari minuman camellia-murbei ini untuk
dikonsumsi.
Formula teh Camelia-murbei yang diperoleh dari hasil penelitian ini ialah bubuk
teh Camelia sinensis yang dicampur bubuk teh murbei dengan perbandingan 1 : 1, serta
adanya penambahan bubuk jahe dan asam jawa masing-masing sebanyak 10% dan 6%
dari total teh.
Penambahan bubuk jahe merah sebanyak 10% dan asam jawa sebanyak 6% dari
total teh didasarkan pada hasil penelitian Ratiningsih (2003), bahwa dengan kombinasi
konsentrasi bubuk jahe merah dan asam jawa tersebut didapatkan teh dengan rasa dan
aroma yang paling disukai oleh panelis. Selain itu, teh yang ditambahkan 10% bubuk
jahe merah dan 6% asam jawa memiliki aktifitas antioksidan yang paling tinggi diantara
kombinasi konsentrasi bubuk jahe dan asam jawa lainnya.
Bubuk teh yang telah dicampur dikemas dalam kantong teh (teh celup) dan kantong
plastik (teh curah), kemudian disimpan dalam wadah yang kedap udara. Kantong teh
yang digunakan yaitu kantong teh celup yang biasa digunakan oleh teh komersial.
Selanjutnya formula minuman teh Camelia-murbei tersebut diseduh dengan air masak
bersuhu 90oC lalu diaduk dan ditutup serta dibiarkan selama 3 menit. Kemudian
ditambahkan larutan gula sebanyak 20% (v/v), diaduk dan disaring,
Uji organoleptik yang dilakukan ialah uji kesukaan (hedonik) terhadap formula
minuman teh Camelia-murbei yang meliputi penilaian terhadap warna, rasa dan aroma
air seduhan teh. Panelis yang digunakan ialah panelis semi terlatih sebanyak 30 orang
dengan dua kali pengujian sebagai ulangan.
VII. KESIMPULAN
1. teh digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan perbedaan cara pengolahannya,
khususnya tingkat fermentasi, yaitu teh hijau (tanpa fermentasi), teh oolong
(fermentasi sebagian), dan teh hitam (fermentasi penuh).
2. teh yang ditambahkan 10% bubuk jahe merah dan 6% asam jawa memiliki aktifitas
antioksidan yang paling tinggi diantara kombinasi konsentrasi bubuk jahe dan asam
jawa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adisewojo. 1982. Bercocok Tanam Daun Teh. Aditya Media: Yogyakarta.


Aji M. 2011. Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT.
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi]. Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.
Almajano MP, Delgado ME dan Gordon MH. 2017. Albumin can causes a synergistic increase
in teh antioxidant activity of green tea Catechin in oil-in-water emulsions. Food
Chemistry. 102. 1375-1382.
Anggraini T, Takuya T, Akihiro T, Tomio I dan Tomoyuki Y.2010. Antioxidative Propeties of
Black Tea Syrup. Proceeding International Seminar On Food and Agriculture Science.
Ashok PK dan Uphadyaya K, 2012. Tannins are Astringent. Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry . Volume 1 Issue 3. AVI Publ. Company Inc.
Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh dan Kina. Pusat Penelitian Teh dan Kina.
Gambung, Bandung.
Balentine DA and Paerau-Robinson. 1998. Tea as a source of dietary antioxidants with a
potential role in prevention of chronic diseases. Di dalam: Mazza G and Oomah BD
(eds.). Herbs, Botanicals, and Tea. USA: CRC Press, pp 265-288.Balittri, J. T. 2013.
Kandungan Senyawa Kimia Pada daun Teh. Available from.
perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp.../perkebunan_warta-vol19No3-2013-4.pdf.
(Diakses 12 Juli 2017).
Bansal S, Choudhary S, Sharma M, Kumar SS, Lohan S, Bhardwaj V, Syan N dan Joti J (2013).
Tea: A native source of antimicrobial agents. Food Research International. 107 Bentuk
Stres Mahasiswa Baru, “Skripsi”, Malang:Universitas Islam.
Brown, G.G., 2011, Unit Operation, 3rd edition, Tokyo: McGraw Hill International Book
Company.
Carnevale S, Rodríguez MI, Santillán G, Labbé JH, Cabrera MG, Bellegarde EJ, Velásquez
JN, Trgovcic JE, Guarnera EA. 2001. Immunodiagnosis of human fascioliasis by an
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) and a micro-ELISA. Clin Diag Lab
Immun 8:174 - 177.
Djoehana Setyamidjaja. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius. hal 11-12
Dewi, D.F., dan M. Ali. 2013. Penyisihan Fosfat dengan Proses Kristalisasi dalam Reaktor
Terfluidasi Menggunakan Media Pasir Silika. Jurnal Purifikasi. Vol.4. No.4. 151-156.
Gumbart JC, Beeby M, Jansen GJ dan Rouf B. 2014. Escherichia coli peptidoglicans structure
and mechanics as predicted by atomic-scale simulations. Plos Computational Biology.
Vol 10.
Gondoin A, Grussu D, Stewart D, McDougall GJ. (2010). White and green tea polyphenols
inhibit pancreatic lipase in vitro. Journal of Food Research International 43: 1537-1544.
Gramza, A., K. Pawlak-Lemañska, J. Korczak, E. Wsowicz, and M. Rudzinska. 2005. Tea
Extracts as Free Radical Scavengers. Polish Journal of Environmental Studies Vol.
14 No. 6: 861-867.
Mas’udah, Rina, 2014. Hubungan Antara Strategi Coping (Koping) Stres dengan Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Nazaruddin, Paimin FB. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Setyamidjaja, D.,2010. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pasca Panen.Kanisius, Yogyakarta.
Sivetz M, Desroiser NW. 2014. Coffee Technology. Westport Connecticut: The AVI Publ.
Company Inc.
Sujayanto, G. 2010. Khasiat Teh Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober(I):
hal. 34-38.
Syaifullah dan Agung Sunarno. 2011. Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta : Yusma
Pustakas.
Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi dan Coklat Internasional. Gramedia.
Jakarta.
Tanaka T, Matsuo Y, Kouno I. 2009. Chemistry of Secondary Polyphenols Produced during
Processing of Tea and Selected Foods. Int J Mol Sci. Vol. 11: 14-34.
Tuminah S. 2004. Teh [(Camellia sinensis O.K. var Assamica (Mast)] Sebagai salah Satu
Sumber Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran No. 144.
Ullah MR. 1991. Tea. Di dalam Fox PF (ed.). Food Enzymology Volume 2. London and New
York: Elvisier Applied Science, pp 163-177.
Winarno F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2010.

Anda mungkin juga menyukai