Anda di halaman 1dari 7

FORMULASI DAN UJI EKTIVITAS SEDIAAN GEL ANTIACNE EKSTRAK

ETANOL TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus


aureus
Fitri Amalia, Rani Sulistiyaningrum, Sani Amalia Aini, Risma Andriani, Alvy Salsabila,
Nadiah Nur Anisa
Prodi DIII Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Anwar Medika, Sidoarjo

ABSTRAK
Teh hijau merupakan salah satu tanaman obat yang dikenal berkhasiat sebagai antiacne.
Daun teh hijau menunjukkan kandungan total polifenol tertinggi yaitu 36% dibandingkan
dengan jenis daun teh lainnya. Polifenol dengan katekol sebagai penyusun utama daun teh yang
biasa disebut katekin memiliki sifat antimikroba (bakteri dan virus). Pada penelitian ini ekstrak
etanol teh hijau diformulasikan menjadi sediaan gel antiacne dengan konsentrasi 0,5%, 1%,
dan 1,5% kemudian diuji sifat fisiknya meliputi organoleptis, homogenitas, pH, daya lekat dan
daya sebar, serta aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian
menunjukkan sediaan gel ekstrak etanol teh hijau pada berbagai konsentrasi memiliki
homogenitas yang baik, semakin besar konsentrasi ekstrak etanol teh hijau pada sediaan gel
maka semakin besar daya lekat, daya sebar, dan daya hambatnya terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Sediaan yang paling baik diperoleh dari formula 3 yaitu dengan
konsentrasi ekstrak 1,5%.
kata kunci : Teh hijau, gel antiacne, antibakteri, Staphylococcus aureus

ABSTRACT
Green tea is a medicinal plant known for its antiacne properties. Green tea leaves
showed the highest total polyphenol content at 36% compared to other types of tea leaves.
Polyphenols with catechols as the main constituent of tea leaves, commonly called catechins,
have antimicrobial (bacterial and viral) properties. In this study, green tea ethanol extract was
formulated into antiacne gel preparations with concentrations of 0.5%, 1%, and 1.5% and then
tested its physical properties including organoleptic, homogeneity, pH, adhesion and
dispersibility, as well as antibacterial activity against Staphylococcus bacteria. aureus. The
results showed that the green tea ethanol extract gel preparation at various concentrations had
good homogeneity, the greater the concentration of green tea ethanol extract in the gel
preparation, the greater the adhesion, spreadability, and inhibitory power against
Staphylococcus aureus bacteria. The best preparation is obtained from formula 3 with an
extract concentration of 1.5%.
Key words : Green tea, antiacne gel, antibacterial, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN kegunaan karena bahan aktif yang


Daun teh hijau (Camelia sinensis terkandung didalamnya misalnya
L.) merupakan suatu bahan yang tidak asing digunakan untuk pembuatan kosmetik,
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu antiacne. Selama ini
selain itu daun teh hijau telah banyak penggunaan daun teh di Indonesia hanya
dimanfaatkan menjadi berbagai macam secara tradisional dengan cara diseduh.
Selain itu, sediaan topikal yang sering biasa disebut katekin. Katekin disintesa
dijumpai untuk antiacne yaitu sabun cuci melalui lintasan phenyl-praponoid dan
muka, lotio, serum, salep serta krim. flavonoid. Senyawa katekin memiliki sifat
Penelitian kali ini akan memformulasikan antimikroba (bakteri dan virus),
daun teh hijau sebagai bahan untuk sediaan antioksidan, antiradiasi (Setyono &
gel antiacne. Sediaan gel dipilih karena Martono, 2014).
mudah untuk diaplikasikan pada kulit, Penelitian ini bertujuan untuk
praktis, tidak lengket dikulit dan mengetahui karakteristik fisik dan aktivitas
menimbulkan sensasi dingin saat antibakteri sediaan gel ekstrak etanol teh
digunakan serta tidak membekas pada kulit hijau (Camelia sinensis L.) terhadap bakteri
(Afianti & Murrukmihadi, 2015). staphylococcus aureus dengan
Wanita selalu menginginkan perbandingan konsentrasi 0,5%, 1%, dan
tampilan wajah yang sempurna, salah 1,5% dan kontrol negatif tanpa
satunya terbebas dari masalah kulit seperti penambahan ekstrak etanol teh hijau
yang sering dijumpai yaitu, jerawat.
Jerawat tersebut dapat ditimbulkan dari METODOLOGI
beberapa faktor seperti genetik, hormonal, Tabel I. Formula Gel Antiacne Ekstrak
makanan dan infeksi bakteri. Salah satu Etanol Teh Hijau
Bahan Kontrol F1 F2 F3
bakteri penyebab jerawat yaitu Ekstrak Teh Hijau 0% 0,5% 1% 1,5%
CMC-Na 3g 3g 3g 3g
Staphylococcus aureus. Staphylococcus Propilenglikol 9g 9g 9g 9g
aureus adalah bakteri patogen pada Gliserin 6g 6g 6g 6g
Metil Paraben 0,12g 0,12g 0,12g 0,12g
manusia yang menyebabkan berbagai jenis Tea Trea Oil 0 qs qs qs
Aquadest ad 60g 60g 60g 60g
permasalahan kulit. Salah satu jenis
permasalahan kulit akibat infeksi bakteri
Bahan
S.aureus adalah bisul, kulit melepuh, dan
Bahan yang digunakan adalah
jerawat (Nurrosyidah, dkk. 2020).
Ekstrak green tea, CMC-Na
Berdasarkan penelitian sebelumnya,
(Carboxymethylcellulose Sodium),
daun teh hijau menunjukkan kandungan
propilenglikol, gliserin, metil paraben,
total polifenol tertinggi yaitu 36% dari berat
aquadest, tea tree oil, media NA (Nutrient
kering basisnya dibandingkan dengan jenis
Agar), Media NB (Nutrient Broth), bakteri
daun teh lainnya (Saputri, 2017). Selain itu
Staphylococcus Aureus, aquadest steril,
daun teh hijau memiliki kandungan
tablet ampicillin.
flavonoid merupakan senyawa polifenol
dengan katekol sebagai penyusun utamanya
Alat Evaluasi Sediaan
Mortir, stamper, gelas ukur, Organoleptis
beakerglass, waterbath, botol (wadah gel), Uji organoleptik dilakukan pada
cawan petri, pinset, labu erlenmeyer, neraca hasil sediaan gel antiacne yang diamati
analitik, plat tetes, pipet volume, pipet adalah warna, bau dan tekstur (Irianto, dkk.
pump, mikro pipet, inkubator, jarum ose, 2020)
mistar, stirer, kertas cakram, bunsen, Homogenitas
laminar air flow, vial, autoklaf, tabung Homogenitas dilakukan dengan
reaksi, rak tabung reaksi, penjepit, batang cara mengoleskan pada sekeping kaca,
pengaduk atau spatula. kemudian diamati adanya butiran kasar dan
persamaan warnanya (Syamsuni, 2015
Metode Kerja dalam Yusuf, dkk. 2017)
Pembuatan Formulasi Gel pH
Pembuatan sediaan gel yang Uji pH dilakukan dengan
pertama yaitu mortir dipanaskan, lalu menggunakan indikator universal.
aquadest juga dipanaskan sebanyak 60mL. Spesifikasi nilai pH yang baik untuk kulit
kemudian mengembangkan CMC-Na dan tidak mengiritasi yaitu 4,5-6,5
dengan aquadest panas 20 kali jumlah (Tranggono & Latifah, 2007).
CMC-Na yang dipakai dalam mortir hangat, Daya Lekat
lalu ditambahkan propilenglikol sedikit Daya lekat dilakukan untuk
demi sedikit gerus sampai homogen, mengetahui kemampuan gel melekat pada
setelah itu ditambah gliserin sedikit demi kulit dalam waktu tertentu sehingga dapat
sedikit gerus sampai homogen, dan berfungsi secara maksimal pada penghantar
ditambah metil paraben sedikit demi sedikit obatnya (Afianti & Murrukmihadi, 2015).
gerus sampai homogen, sisihkan. Spesifikasi daya lekat yang baik yaitu lebih
Kemudian ekstrak teh hijau dilarutkan dari 1 detik (Irianto, dkk. 2020).
dengan air secukupnya dan dimasukkan ke Daya Sebar
dalam campuran bahan sebelumnya sedikit Daya sebar dilakukan untuk
demi sedikit gerus sampai homogen. Sisa mengetahui kemampuan gel menyebar
aquadest dimasukkan ke dalam campuran pada kulit jika dioleskan. Diameter daya
tersebut gerus sampai homogen. Untuk sebar yang baik untuk gel ialah 3-5cm
mengetahui formula yang paling baik (Afianti & Murrukmihadi, 2015).
selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan.
Uji Aktivitas Antibakteri Gel Terhadap struktural yang merupakan faktor sangat
Staphylococcus aureus penting dalam sistem gel. Propilenglikol
Pembuatan suspensi bakteri dan gliserin sebagai humektan yang akan
Pembuatan suspensi bakteri mempertahankan kandungan air dalam
dilakukan dengan melakukan inokulasi sediaan sehingga sifat fisik dan stabilitas
bakteri Staphylococcus aureus ke dalam 10 sediaan dapat dipertahankan selama
ml media NB, lalu diinkubasi pada suhu penyimpanan. Metil paraben berfungsi
37°C pada shaker incubator dengan sebagai pengawet karena sediaan gel
kecepatan 150 rpm. memiliki kandungan air tinggi yang dapat
Uji difusi dengan Cakram menyebabkan terjadi kontaminasi mikroba.
Tabung yang telah berisi suspensi Tea tree oil berfungsi sebagai corrigen
bakteri uji diambil dan disterilkan pinggiran odoris atau pewangi. Aquadest berfungsi
tabung reaksi di atas lampu bunsen. Setelah sebagai pelarut dan sebagai pengembang
itu pipet bakteri dengan menggunakan CMC-Na. Untuk mengetahui formula yang
mikro pipet sebanyak 100 µL kenudian paling baik selanjutnya dilakukan evaluasi
pindahkan ke dalam media NB 5 ml sediaan.
kemudian divortex dan dituangkan ke Evaluasi sediaan gel ekstrak teh
dalam cawan petri berisi media NA. hijau yang dilakukan meliputi organoleptis,
Pinggiran cawan petri difiksasi di atas homogenitas, pH, daya lekat dan daya sebar.
lampu bunsen. Kertas cakram diambil Hasil organoleptis dari 4 sediaan
dengan pinset, lalu dicelupkan ke dalam gel menunjukkan bahwa sediaan memiliki
anti acne ekstrak daun teh hijau dan juga warna, bau dan tekstur yang berbeda-beda.
ampicillin sebagai kontrol positif setelah itu Pada kontrol memiliki warna merah muda,
kertas cakram ditanamkan ke dalam cawan tidak berbau dan memiliki tekstur gel.
petri. Setelah selesai diberi label, lalu Formula 1 memiliki warna hijau muda,
diinkubasi secara terbalik selama 24 jam berbau khas tea tree oil dan memiliki
dengan suhu 37°C. tekstur gel. Formula 2 memiliki warna hijau
tua, berbau khas tea tree oil dan memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN tekstur gel. Formula 3 memiliki warna hijau
Dalam Pembuatan sediaan gel kecoklatan, berbau khas tea tree oil dan
antiacne, ekstrak etanol teh hijau (Camelia memiliki tekstur gel.
sinensis L.) berfungsi sebagai zat aktif. Homogenitas pada sediaan gel
CMC-Na berfungsi sebagai gelling agent. ekstrak teh hijau dari 4 sediaan
Gelling agent akan membentuk jaringan menunjukkan hasil sediaan yang homogen.
Dari keempat sediaan menujukkan pH yang ekstrak teh hijau dalam sediaan maka
berbeda-beda yaitu pada kontrol semakin memiliki kemampuan lekat yang
menunjukkan pH 6, formula 1 lama. Semakin lama gel melekat pada kulit
menunjukkan pH 6, formula 2 maka semakin lama zat aktif kontak
menunjukkan pH 5, formula 3 langsung dengan kulit sehingga diharapkan
menunjukkan pH 5. pH ke-4 formula efek antibakterinya lebih optimal (Irianto,
sediaan gel memenuhi kriteria pH kulit dkk. 2020).
yang baik dan tidak mengiritasi yaitu pH Keempat sediaan gel mempunyai
4,5-6,5 (Tranggono & Latifah, 2007). daya sebar yang sesuai dengan persyaratan
Daya lekat yang memenuhi syarat daya sebar yang baik untuk sediaan topikal
sediaan gel yaitu lebih dari 1 detik. Hasil yaitu memiliki diameter 3-5cm (jari-jari
pengamatan menunjukkan bahwa formula 1,5-2,5cm) (Afianti & Murrukmihadi,
sediaan gel memenuhi syarat uji daya lekat 2015).
yaitu kontrol 1,42 detik, formula 1 1,35
detik, formula 2 1,66 detik dan formula 3
1,86 detik. Semakin besar konsentrasi

Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Antiacne Ekstrak Etanol Teh Hijau
Formula Organoleptis Homogenitas pH Daya Daya Sebar
Lekat (s) (cm)
Warna Bau Tekstur
Kontrol Merah Tidak Gel Homogen 6 1,42 2,15
muda berbau
F1 Hijau Tea tree Gel Homogen 6 1,35 1,91
muda oil
F2 Hijau Tea tree Gel Homogen 5 1,66 1,94
tua oil
F3 Hijau Tea tree Gel Homogen 5 1,86 2
kecoklatan oil
Keterangan :
Kontrol = tidak mengandung ekstrak teh hijau
F1 = mengandung 0,5% ekstrak teh hijau
F2 = mengandung 1% ekstrak teh hijau
F3 = mengandung 1,5% ekstrak teh hijau
F3 F2 F1

Tabel III. Hasil Uji Aktivitas Antiacne Gel Ekstrak Teh Hijau terhadap S. aureus
Formulasi Sediaan Gel Diameter Zona Hambat (mm) Daya aktivitas
Formulasi 1 2,1 Lemah
Formulasi 2 2,5 Lemah
Formulasi 3 3,3 Lemah

Tabel IV. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan bakteri (Fitri, 2010)


Diameter Zona Hambat (mm) Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Sangat Kuat
10-20 mm Kuat
5-10 mm Sedang
≤5 mm Lemah

Dari data yang diperoleh pada tabel aureus yaitu sebesar 3,3 mm. Hal ini
diatas diketahui bahwa formula sediaan gel menunjukkan bahwa daya hambat gel
antiacne memiliki daya hambat lemah antiacne pada bakteri Staphylococcus
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. aureus lemah. Hal ini dikarenakan gel
Pada pengamatan ini menggunakan antiacne tersebut kental, sehingga dapat
metode cakram. Metode cakram dipilih mempengaruhi saat perendaman kertas
karena mudah dilakukan, tidak memerlukan cakram. Akibat zat aktif ekstrak teh hijau
peralatan khusus, dan relatif murah. Bahan tidak terserap pada saat perendaman
aktif yang digunakan pada sediaan gel sehingga mempengaruhi hasil pengukuran
antiacne adalah ekstrak teh hijau. daya hambat yang diperoleh.
Hasil uji aktivitas antiacne gel
ekstrak teh hijau terhadap Staphylococcus KESIMPULAN
aureus pada tabel III menunjukan bahwa Peningkatan variasi konsentrasi
pada formula gel antiacne dengan ekstrak etanol teh hijau mempengaruhi sifat
konsentrasi CMC-Na 1,5% memiliki daya fisik sediaan gel antiacne yaitu semakin
hambat terhadap bakteri Staphylococcus besar konsentrasi ekstrak etanol teh hijau
yang ditambahkan maka kemampuan daya Pharmaceutical Care Anwar
Medika (J-PhAM), 1(2), 1-10.
lekat sediaan semakin lama melekat pada
Saputri, A.D. (2017). Skrining Fitokimia
kulit. Variasi konsentrasi ekstrak teh hijau dan Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Teh Hijau, Teh Hitam, dan
juga mempengaruhi daya sebar yaitu
Teh Oolong (Camelia sinensis)
semakin tinggi konsentrasi teh hijau Secara in Vitro dengan Metode
DPPH. Skripsi. Fakultas Farmasi
semakin lebar daya sebarnya.
Universitas Jember.
Dari pengamatan sifat fisik dan Tranggono, R.I & Latifa, F. (2007). Ilmu
Pengetahuan Kosmetika. Jakarta:
antibakteri sediaan gel antiacne ekstrak teh
PT Gramedia Pustaka Utama.
hijau didapatkan hasil sediaan yang optimal
yaitu pada formula 3.

DAFTAR PUSTAKA
Afianti, H.P., & Murrukmihadi, M. (2015).
Pengaruh Variasi Kadar Gelling
Agent HPMC Terhadap Sifat Fisik
dan Aktivitas Antibakteri Sediaan
Gel Ekstrak Etanolik Daun
Kemangi (Ocimum basilicum L.
forma citratum Back.). Majalah
Farmaseutik, 11(2), 307-315.
Irianto, I.D.K., Purwanto., & Mardan M.T.
(2020). Aktivitas Antibakteri dan
Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Dekokta
Sirih Hijau (Piper betle L.) Sebagai
Alternatif Pengobatan Mastitis Sapi.
Majalah Farmaseutik, 16(2), 202-
210.
Kusumawati, E., Supomo., & Libiyah.
(2017). Uji Daya Antibakteri Pada
Sediaan Hand Sanitizer Kitosan
Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherechia coli. Jurnal
Sains dan Terapan Politeknik
Hasnur. 5(1), 1-7.
Martono,B. Dan Setiyono R.T. (2014).
Skrining Fitokimia Enam Genotipe
Teh. Balai Penelitian Tanaman
Industri dan Penyegar, J. TIDP I
(2), 60-68.
Nurrosyidah, I.H., Hermawati, R., & Asri,
M. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Sediaan Gel Ekstrak Etnol Pegagan
(Centela asiatica L.) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus
Secara In Vitro. Journal of

Anda mungkin juga menyukai