Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Sabun Padat Hasil Saponifikasi dengan Ekstrak Biji Teh

Characteristics of Saponified Solid Soap Using Tea Seed Extract

Sahrial1, F.P. Sari1, dan F. Oktaria1


1Prodi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Kampus UNJA Pondok Meja
Jl. Tribrata Km 11 Jambi, Indonesia
E-mail: sahrial@unja.ac.id

ABSTRAK - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak biji teh
terhadap mutu sabun padat. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan penggunaan ekstrak biji teh sebagai proses saponifikasi. Pengujian meliputi kadar air,
bahan tak larut dalam etanol, dan asam lemak bebas. Berdasarkan hasil penelitian, hasil terbaik pada
penggunaan ekstrak biji teh sebesar 20% yang menghasilkan bahan tak larut dalam etanol sebesar
1,43 %.
Kata Kunci: sabun padat, ekstrak biji teh, saponifikasi

ABSTRACT - This study aims to determine the effect of the addition of tea seed extract on the
quality of solid soap. The study used a completely randomized design (CRD) with the use of tea
seed extract as a saponification process. The tests included water content, insoluble materials in
ethanol, and free fatty acids. Based on the results of the study, the best results were the use of tea
seed extract by 20% which resulted in an insoluble material in ethanol of 1.43%.
Keywords: solid soap, tea seed extract, saponification

I PENDAHULUAN Sabun merupakan alat pembersih yang


telah lama digunakan orang karena dapat
Tanaman teh (Camelia Sinensis L)
menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu,
merupakan salah satu tanaman yang banyak
bakteri dan sisa metabolisme seperti keringat
tumbuh di Indonesia. Tanaman teh sehingga dapat mencegah terjadi infeksi pada
merupakan tanaman yang memiliki banyak kulit. Selain sebagai pembersih, idealnya
manfaat. Selama ini, tanaman teh yang
sabun sekaligus sebagai perawat struktur
dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia
kulit. (Haryono, 1988). Menurut Standar
adalah pucuk dan daun mudanya saja sebagai
Nasional Indonesia (SNI) tahun 1994
bahan minuman kesehatan. Bagian buahnya
didefinisikan sebagai senyawa natrium
selama ini belum dimanfaatkan secara dengan kalium dari asam lemak yang berasal
optimal dan hanya sebagian kecil yang dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun
dimanfaatkan untuk pembibitan. Sebenarnya
yang digunakan sebagai pembersih dapat
setiap bagian dari tanaman teh dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair.
memberikan manfaat yang cukup besar jika
berbusa digunakan sebagai pembersih,
dikelola dengan baik khususnya biji teh
dengan menambahkan zat pewangi, dan
(kernel teh) yang merupakan hasil samping bahan lainnya yang tidak membahayakan
tanaman teh (Sahrial. 2018). kesehatan.
Kernel teh mengandung 20-60 (%/b)
Lemak atau minyak yang umum
minyak, 20-26 (%/b) saponin dan 11 (% / b)
digunakan pada pembuatan sabun berasal
protein. Selain mengandung minyak dan
dari lemak hewani, minyak nabati, lilin
saponin, pada kernel teh juga mengandung ataupun minyak ikan laut (Naomi. 2013).
protein serta asam L-pipecolic. Asam L- Lemak sebagian besar mengandung asam
pipecolic hanya terkandung dalam biji teh
palmitat dan stearat yang memberikan tekstur
yang belum masak dalam jumlah yang sangat
keras pada sabun, sedangkan minyak
kecil, biji teh yang belum masak mengandung
mengandung asam oleat, linoleat atau
saponin dan minyak. Kandungan protein
linolenat yang memberikan tekstur lunak dan
dalam biji teh terdiri dari 9 jenis asam amino lebih mudah larut (Fessenden. 1997).
dengan 6 diantaranya merupakan asam amino
essensial, yaitu arginin histidin, leusin,
fenilalanin dan valin (Musalam. 1989;
Susiana. 2011).

1
Pemilihan jenis minyak yang akan digunakan biji teh, gliserin, NaCl, oven, akuades dan
dalam pembuatan sabun harus diperhatikan. asam stearat.
Setiap jenis asam lemak akan memberikan c. Rancangan Penelitian
sifat yang berbeda pada sabun yang akan Penelitian ini menggunakan
dihasilkan. Sabun dengan kualitas yang baik, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
harus menggunakan bahan Perlakuan Formulasi Uji (gr)
baku dengan kualitas yang Biji Minyak NaOH Gliserin Asam NaCl
baik pula. Bahan baku utama Teh Sawit 25% Stearat
yang digunakan dalam
pembuatan sabun adalah P1 0 75 25 10 5 1.5
minyak kelapa sawit dengan P 2 5 70 25 10 5 1.5
penambahan ekstrak kernel P 3 10 65 25 10 5 1.5
teh. Pada minyak kelapa P 4 15 60 25 10 5 1.5
sawit lebih dominan P5 20 55 25 10 5 1.5
mengandung asam palmitat yaitu sekitar 40- perlakuan perbandingan komposisi campuran
45 %. Asam palmitat memberikan kekerasan biji teh dan minyak sawit dalam pembuatan
pada sabun padat sehingga dapat bertahan sabun padat yang terdiri dari 5 taraf
lama saat digunakan (Fanani. 2020). perlakuan. Dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan latar belakang yang telah Tabel 1. Formulasi pembuatan sabun
diuraikan diatas penulis rencana melakukan Pada masing-masing taraf perlakuan
penelitian pembuatan sabun padat dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
menggunakan perbandingan minyak kelapa sehingga didapat 15 satuan percobaan.
sawit dan ekstrak biji teh yang berbeda
dengan harapan akan didapatkan sabun padat d. Pelaksanaan Penelitian
yang terbaik. Adapun judul penelitian yang Persiapan Bahan
direncanakan adalah “Pengaruh a. Preparasi Biji The (Nut)
perbandingan campuran Minyak Sawit Pada tahap preparasi buah ada
dan Ekstrak kernel Teh Terhadap Mutu beberapa tahapan yaitu; buah teh disiapkan
Sabun Padat” sebanyak 10 kg, buah teh yang telah siap
memerlukan perlakuan awal sampai
Tujuan yang ingin dicapai pada didapatkan biji teh yang kering, selanjutnya
penelitian ini adalah untuk mengetahui dilakukan pengambilan ekstrak biji teh.
pengaruh perbandingan campuran minyak 1) Perlakuan awal buah teh
kelapa sawit dan ekstrak kernel teh terhadap Pada penelitian ini, buah teh perlu
mutu sabun padat, serta untuk mendapatkan mengalami perlakuan awal terlebih
perbandingan minyak kelapa sawit dan dahulu untuk mendapatkan biji teh yang
ekstrak kernel teh yang tepat untuk kering dan bersih. Tahapan perlakuan
menghasilkan mutu sabun padat terbaik. awal yang dilakukan, meliputi:
a) Pencucian
Buah teh yang telah disiapkan
dibersihkan dari kontaminan yang
II. METODOLOGI PENELITIAN menempel (debu, tanah, lumpur,
pestisida, dll.) menggunakan air
a. Waktu dan Tempat Penelitian bersih yang mengalir.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan b) Pengeringan Buah Teh
Juni–Juli 2021 di Laboratorium Kimia Dilakukan pengeringan dengan cara
Teknologi Pertanian Universitas Jambi menjemur buah teh dibawah sinar
Kampus Pondok Meja. matahari hingga kering, ditandai
b. Alat dan Bahan dengan berubahnya warna buah teh
Adapun alat yang digunakan pada dari hijau muda menjadi coklat tua.
penelitian ini diantaranya magnetic stirer, Pengeringan ditujukan untuk
hot plate, timbangan digital, beaker glass, mempermudah pemisahan biji teh
½
plastik kg dan labu ukur, labu erlenmeyer, dari buah teh.
sudip besi, cawan petri, sudip kaca dan wadah c) Pemisahan biji dari buah teh
cetak. Biji teh terdapat dibagian terdalam
Bahan utama yang digunakan dalam dari buah teh. Untuk mendapatkan
penelitian ini adalah minyak sawit, NaOH, biji teh perlu dilakukan
pengelupasan buah teh, tempurung

2
dan kulit ari yang melapisi biji. diletakkan sampel diatas cawan petri yang
Pengelupasan dilakukan secara telah kering, dimasukkan cawan petri
manual setelah sebelumnya kedalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam,
dilakukan pemecahan buah dan didinginkan kedalam desikator sampai suhu
tempurung biji menggunakan ruang lalu sampel ditimbang, dilakukan
penjepit buah. pengulangan pada proses pengovenan sampai
2) Pengambilan ekstrak biji teh bobot tetap. Kadar air dapat dihitung dengan
Pengambilan ekstrak biji teh persamaan berikut:
dilakukan dengan cara menghaluskan 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 − 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫
biji teh menggunakan blender sampai 𝐤𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐢𝐫 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥
menjadi tepung biji teh, kemudian
ditambahkan akuades. Pengujian Bahan Tak Larut dalam Etanol
b. Persiapan Minyak Sawit (gravimetri)
Pada tahap persiapan minyak sawit Ditimbang sampel uji sebanyak (5 ±
dilakukan penimbangan minyak sebanyak 0,0 –0,05 gram) dan kertas saring, sampel
perlakuan dan pengulangan. dimasukkan dalam erlenmeyer dan
c. Persiapan NaOH 25 % ditambahkan etanol sebanyak 50 ml
Ditimbang NaOH 25 gram kemudian di aduk diatas hot plate
menggunakan timbangan digital, disiapkan menggunakan magnetic stirer hingga sampel
pelarut akuades 75 ml, selanjutnya NaOH yang diuji larut, diulang kembali untuk setiap
dilarutkan dalam akuades. Cara ini di ulang percobaan. Diletakkan kertas saring pada
untuk perlakuan formulasi lainnya. corong kaca kemudian disaring, kertas hasil
d. Persiapan bahan lainnya penyaringan di letakkan pada loyang.
Ditimbang gliserin sebanyak 10 gram, Selanjutnya loyang yang berisi kertas saring
asam stearat 5 gram dan NaCl 1.5 gram. dimasukkan kedalam oven dengan suhu
Dilakukan penimbangan berulang setiap 105oC pengovenan dilakukan selama 1 jam,
bahan sebanyak perlakuan dan pengulangan kemudian kertas saring yang telah di oven
formulasi. dibiarkan dingin selanjutnya ditimbang untuk
mengetahui hasil residu yang tak larut dalam
Pembuatan Sabun Padat etanol. Bahan tak larut dalam etanol dapat
Sebanyak 5 gram asam stearat dihitung menggunakan persamaan berikut:
dilelehkan menggunakan hotplate yang dapat 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒆𝒕𝒂𝒏𝒐𝒍 =
𝐁₂−𝐁₀
menggunakan magnetic stirer untuk proses 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑩₁
pengadukan, setelah leleh ditambahkan
Keterangan :
minyak curah dan minyak biji teh sesuai
Bahan tak larut dalam etanol dalam satuan
perlakuan yang ditentukan, campuran diaduk
% fraksi massa
sampai homogen, dipanaskan menggunakan
B0 adalah bobot kertas saring
suhu 70o C, setelah dipanaskan campuran
B1 adalah bobot sampel
ditambahkan dengan NaCl sampai homogen,
B2 adalah bobot kertas saring residu
kemudian campuran ditambahkan larutan
NaOH diaduk secara perlahan, ditambahkan
Pengujian Asam Lemak Bebas atau Alkali
gliserin sebanyak 10 gr sampai menjadi trace,
ditunggu hingga campuran yang didapat Bebas (SNI 3532: 2016)
menjadi dingin, kemudian dimasukkan Pengujian asam lemak bebas
kedalam cetakan. dilakukan dengan memanaskan filtrat dari
penentuan bahan tak larut dalam alkohol
sampai hampir mendidih, dimasukkan 0.5 ml
e. Parameter yang diamati
indikator fenolftalein 1%, jika larutan tidak
Sabun yang didapatkan kemudian
berwarna maka larutan tidak bersifat asam,
dilakukan pengamatan yang meliputi uji
dilanjutkan dengan titrasi menggunakan
kadar air, uji bahan tak larut dalam etanol,dan
larutan standar KOH sampai timbul warna
uji asam lemak bebas atau alkali bebas.
merah muda yang stabil, adapun jika larutan
berwarna merah maka larutan bersifat asam,
Pengujian Kadar Air (SNI 3532: 2016)
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
Pengujian kadar air dilakukan
HCL sampai warna merah tepat hilang,
dengan cara pengeringan dalam oven pada
dihitung menjadi NaOH jika alkali atau
suhu 105o C selama 30 menit. Ditimbang
menjadi asam oleat jika larutan asam.
cawan petri yang telah dikeringkan,
Perhitungan asam lemak bebas atau alkali
ditimbang sampel sebanyak 5 gram,

3
bebas dapat menggunakan persamaan Asam lemak bebas dalam satuan % fraksi
sebagai berikut; massa
V = Volume KOH yang digunakan (ml)
𝐀𝐬𝐚𝐦 𝐋𝐞𝐦𝐚𝐤 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐬 N = Normalitas KOH yang digunakan
𝟐𝟖𝟐 𝐱 𝐕 𝐱 𝐍 b = Bobot contoh uji (mg)
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% 282 = Berat ekuivalen asam oleat (C18H34O2)
𝐛
Keterangan:
Keterangan :
Alkali bebas dalam satuan % fraksi massa

V = Volume HCL yang digunakan (ml) kadar air yang terkandung dalam sabun
N = Normalitas HCL yang digunakan tersebut, diduga juga dengan adanya
b = Bobot contoh uji (mg) penambahan air pada saat pembuatan ekstrak
40 = berat ekuivalen NaOH kernel teh. Hal ini didukung oleh pernyataan
Analisis Data Qisti (2009) dalam Surilayani (2019) yaitu
Data yang diperoleh dianalisis secara kadar air juga berasal dari bahan-bahan yang
statistik dengan menggunakan analisis sidik digunakan dalam proses pembuatan sabun
ragam (ANOVA). Jika F hitung lebih besar seperti gliserin, asam sitrat dan NaCl.
dari pada atau sama dengan F tabel maka Menurut Nayfatus (2018) banyaknya
dilakukan dengan uji Duncan’s New Multiple kadar air dapat mempengaruhi kelarutan
Range Test (DNMRT) pada taraf 1 % dan 5 %. sabun dalam air pada saat digunakan. Apabila
kandungan air pada sabun terlalu tinggi akan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan sabun mudah menyusut. Secara
keseluruhan, kadar air yang terkandung dalam
Uji Kadar Air sabun padat tersebut belum memenuhi standar
Berdasarkan hasil analisis sidik mutu sabun padat (SNI 06-3532-2016) yaitu
ragam menunjukkan bahwa kombinasi antara sebesar 15%. Kadar air juga berpengaruh
ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit terhadap kekesarasan sabun, semakin tinggi
terhadap mutu sabun yang dihasilkan nilai kadar air maka sabun yang dihasilkan
berpengaruh sangat nyata pada kadar air dari akan semakin lunak dan cepat habis ketika
pembuatan sabun. Nilai rata-rata kadar air dari digunakan. Grafik hasil uji kadar air sabun
sabun dapat dilihat pada Tabel 2. dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel 2. Nilai rata-rata kadar air (%) sabun
Perlakuan (mL)
Kadar Air (%) KADAR AIR (%)
30
P1 (0 : 75) 15,92 a
20 27,4889 27,9585
P2 (5 : 70) 19,60 a 22,6710
19,5998
10 15,9183
P3 (10 : 65) 22,67 ab
0
P4 (15 : 60) 27,49 b 0:75 5:70 10:65 15:60 20:55

P5 (20 : 55) 27,96 b Gambar 1. Grafik Persentase Kadar Air Pada


Setiap Perlakuan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% Gambar 1 menunjukkan semakin
berdasarkan uji DNMRT banyak persentase ekstrak kernel teh yang
ditambahkan maka kadar air yang diperloreh
Berdasarkan pada Tabel 2 pada semakin tinggi. Hasil kadar air terendah
perlakuan P1 tidak berbeda nyata terhadap P2 didapat dari perbandingan minyak kelapa
dan P3 akan tetapi berbeda sangat nyata sawit dan ekstrak kernel teh 75 : 0 kadar air
terhadap P4, dan P5. Pada P2 tidak berbeda yang rendah dikarenakan tidak adanya
nyata terhadap P1 dan P3 tapi berbeda sangat penambahan ekstrak kernel teh dengan kadar
nyata terhadap P4 dan P5. P3 tidak berbeda air sebesar 15,9183 % dan kadar air tertinggi
nyata terhadap P1, P2, P4 dan P5. Sedangkan didapat pada perlakuan ke-5 atau 55 : 20
pada P4 dan P5 tidak berbeda nyata dengan P3 dengan kadar air sebesar 27,9585 %. Dari hasil
tetapi berbeda sangat nyata terhadap P1 dan P2. yang didapatkan tidak diperoleh kadar air
Hal ini diduga karena ekstrak kernel teh yang yang sesuai dengan SNI.
digunakan semakin, maka semakin besar pula

4
Uji Bahan Tak Larut dalam Etanol BAHAN TAK LARUT DALAM
Berdasarkan hasil analisis sidik ETANOL
ragam menunjukkan bahwa kombinasi antara
ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit 10,00
terhadap mutu sabun yang dihasilkan tidak 7,1854 3,5533
5,00
berpengaruh nyata pada uji bahan tak larut 1,4329
5,0881
dalam etanol dari pembuatan sabun. Nilai rata- 0,00 1,6914
rata bahan tak larut dalam etanol dapat dilihat 0:75 5:70 10:65 15:60 20:55
pada Tabel 3. Gambar 2. Grafik Hasil Uji Bahan Tak
Tabel 3. Nilai rata-rata bahan tak larut dalam Larut Dalam Etanol
etanol Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
penambahan ekstrak kernel teh berpengaruh
Perlakuan Bahan Tak Larut
terhadap uji bahan tak larut dalam etanol,
dalam Etanol (%) semakin banyak ekstrak kernel teh yang
P1 (0 : 75) 1,6914 a ditambahkan, maka semakin rendah pula
P2 (5 : 70) 7,1854 a kadar bahan tak larut dalam etanol. Hal ini
P3 (10 : 65) 5,0881 a diduga karena banyaknya kandungan polar
yang terkandung dalam ekstrak kernel teh.
P4 (15 : 60) 3,5533 a
Alkohol hanya mengikat zat yang bersifat
P5 (20 : 55) 1,4329 a polar dan semakin banyak zat non-polar yang
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak terikat, maka zat-zat yang tidak terikat
sama tidak berbeda nyata pada taraf 1%
tersebut meningkatkan nilai kadar fraksi tak
berdasarkan uji DNMRT
tersabunkan pada sabun padat yang
Berdasarkan pada Tabel 3 perlakuan dihasilkan.
P1, P2, P3, P4 dan P5 tidak berbeda nyata. Dapat
dilihat semakin banyak ekstrak kernel teh Uji Asam Lemak atau Alkali Bebas
yang ditambahkan, maka semakin kecil pula Asam lemak bebas merupakan
bahan tak terlarut dalam etanol yang jumlah seluruh asam lemak pada sabun yang
terkandung dalam sabun. Hal ini diduga telah ataupun yang belum bereaksi dengan
karena adanya kesamaan senyawa polar pada alkali (Hambali.2002). Hal ini dapat
ekstrak kernel teh. Menurut Hambali (2005) disebabkan oleh banyaknya jumlah minyak
Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam yang digunakan ataupun konsentrasi dan
etanol. Bahan yang tidak larut dalam etanol jumlah alkali yang sedikit (Rowe. 2009).
pada sabun meliputi silikat, fosfat, karbonat, lemak yang terkandung dalam sabun padat
sulfat, dan pati. Perbedaan kepolaran berasal dari asam stearat dan asam oleat yang
menyebabkan adanya bahan tidak larut dalam terdapat pada ekstrak kernel teh.
etanol pada sabun. Alkali bebas adalah alkali dalam
Pengujian bahan tak larut dalam sabun yang tidak terikat dengan asam lemak
etanol bertujuan untuk mengamati bahan atau membentuk garam asam lemak (sabun). Alkali
zat yang dapat tertinggal pada kulit karena dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,1%
tidak larut dengan air (polar) pada proses untuk natrium karena alkali memiliki sifat
pembilasan (Lestari. 2020). Berdasarkan SNI yang keras dan dapat mengakibatkan iritasi
(06-3532-2016) untuk nilai maksimal dari pada kulit. Bila kadar alkali bebas terlalu
bahan tak larut dalam etanol pada sabun tinggi akan menyebabkan kulit menjadi kering
sebesar 5% (Hernani.2010).
Dapat dilihat pada Tabel 3 nilai rata- Berdasarkan hasil analisis sidik
rata pengujian bahan tak larut dalam etanol ragam menunjukkan bahwa kombinasi antara
yang memenuhi standar sni yaitu pada P1, P3, ekstrak kernel teh dan minyak kelapa sawit
P4 dan P5 dengan nilai terendah pada perlakuan terhadap mutu sabun yang dihasilkan tidak
satu dengan angka 1,6914 % dan yang berpengaruh nyata pada uji asam lemak bebas
tertinggi pada perlakuan ketiga dengan nilai atau alkali bebas dari pembuatan sabun. Nilai
5,0881 %. Grafik hasil uji bahan tak larut rata-rata asam lemak bebas dapat dilihat pada
dalam etanol dapat dilihat pada gambar 2. Tabel 4.

5
Tabel 4. Nilai rata-rata uji asam lemak bebas perbandingan ekstrak kernel teh dan minyak
Asam Lemak bebas kelapa sawit 20 : 55 yaitu 9,47 % dan asam
Perlakuan lemak bebas tertinggi didapat dari
perbandingan 15 : 60 yaitu 15,58 .
P1 14,0669 b
P2 14,0827 b V. KESIMPULAN DAN SARAN
P3 12,5859 b
Kesimpulan
P4 15,5840 b
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
P5 6,3194 a diperoleh kesimpulan:
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang 1. Proses pembuatan sabun padat dengan
sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% pencampuran minyak kelapa sawit dan
berdasarkan uji DNMRT ekstrak kernel teh berpengaruh
terhadap mutu kadar air, fraksi tak
Berdasarkan pada Tabel 4 perlakuan
tersabunkan dan asam lemak bebas
P1, P2, P3 dan P4 tidak berbeda nyata tetapi
atau alkali sabun
berbeda sangat nyata terhadap P5. Hal ini
2. Perbandingan minyak kelapa sawit dan
diduga bahwa alkali di dalam sabun padat
ekstrak kernel teh yang tepat untuk
ekstrak kernel teh tidak bereaksi seluruhnya
menghasilkan mutu sabun padat
dengan asam lemak. Kadar alkali bebas yang
terbaik diperoleh dari perlakuan ketiga
diperoleh dari hasil pengujian adalah 1,7365
(P3) dengan kadar air 22,67%, bahan
%. Kadar alkali bebas yang diperoleh tidak
tak larut dalam etanol 5,08 % dan asam
memenuhi persyaratan SNI (maksimal 0,1%).
lemak bebas 12,58 %.
Dapat dilihat pada Tabel 4 nilai rata-
rata asam lemak bebas menunjukkan
Saran
kandungan asam lemak sabun melebihi nilai
Penelitian ini sebaiknya dilakukan
yang di tetapkan SNI 3532-2016 dengan
lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi
maksimal kandungan 2,5%. Hal ini diduga
NaOH yang lebih besar lagi agar mendapatkan
bahwa jumlah minyak yang digunakan atau
kadar air dan asam lemak bebas yang
konsentrasi dan jumlah alkali yang sedikit.
memenuhi SNI
Menurut kirk (1952) proses pembuatan sabun
dengan NaOH yang terlalu pekat atau berlebih
DAFTAR PUSTAKA
maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016.
asam lemak akan terlalu tinggi sehingga
Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-
memberikan pengaruh negatif saat digunakan. 3532-2016. Jakarta: Badan Standardisasi
Sebaliknya jika NaOH yang digunakan terlalu Nasional.
sedikit jumlahnya, maka sabun akan Fessenden. 1997 dalam S. A. E. Oktari, L. P
mengandung lemak bebas yang tinggi. Grafik Wrasiati dan N. M Wartini. 2017.
hasil uji asam lemak bebas dapat dilihat pada Pengaruh Jenis Minyak Dan Konsentrasi
Gambar 3. Larutan Alginat Terhadap Karakteristik
Sabun Cair Cuci Tangan. Jurnal
Asam Lemak Bebas Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.
20 Jurusan Teknologi Industri Pertanian.
15,5840 Fakultas Pertanian Unud. Vol 5 No. 2.
15 14,0669 14,0827
2017
12,5860 Hambali, E. A, Suryani dan M. Rival. (2005).
10
9,4792 Membuat Sabun Transparan. Penebar
Plus, Jakarta
5
Hernani, Bunasor K. T., dan Fitriati. Formula
0 Sabun Transparan Antijamur dengan
Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia
0:75 5:70 10:65 15:60 20:55
Galanga L.Swartz.). Bul. Littro. 2010. 21
Berdasarkan gambar 2 menunjukkan (2),192 – 205.
bahwa penambahan ekstrak kernel teh Naomi, P., L. Gaol dan M. Y. Toha. 2013.
berpengaruh terhadap uji mutu asam lemak Pembuatan sabun lunak dari minyak
goreng bekas ditinjau dari kinetika reaksi
bebas, semakin banyak ekstrak kernel teh yang kimia. Jurnal Teknik Kimia. 19(2):43-44
ditambahkan, maka semakin rendah pula Nayyifatus. S, N. Indah. H, R.Andar. R dan L.
asam lemak bebas yang dihasilkan. Hasil asam Kurniasari. 2018. Formulasi Sabun
lemak bebas terendah didapat dari Mandi Padat Berbasis Minyak Biji Kapuk

6
Randu (Ceiba Pentandra Gaertn)
Dengan Penambahan Jasmine Oil. Jurnal
Jurusan Teknik Kimia Vol 3 No. 2. 2018.
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik
Sahrial, Y. Yanti dan Mursalin. 2018. Studi
Karakteristik Fisik dan Mekanik Biji
Teh (Camellia Sinensis L). Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Susiana.P. S, A. Prima. K, dan F. Yosephine. 2011.
Pengaruh Rasio Biji Teh/ Pelarut Air dan
Temperatur Pada Ekstraksi Saponin Biji
Teh Secara Batch. Jurusan Teknik Kimia.
Universitas Katolik Parahyangan
Bandung.
Z. Fanani, A. T. Panagan dan N. Apriyani. 2020.
Uji Kualitas Sabun Padat Transparan
Dari Minyak Kelapa Dan Minyak Kelapa
Sawit Dengan Antioksidan Ekstrak
Likopen Buah Tomat. Jurnal Penelitian
Sains. Jurusan Kimia. FMIPA.
Universitas Sriwijaya. Vol 22 No. 3.2020

7
8

Anda mungkin juga menyukai