Disusun Oleh :
I. PENDAHULUAN
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada pemberian
secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik tanpa mengalami
absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular umumnya obat mengalami
absorpsi (Zunilda,.dkk, 1995).
Bioavailabilitas adalah jumlah dan kecepatan obat yang diabsorpsi melalui jalur
pemberian tertentu masuk ke sirkulasi sistemik (Batubara, 2008). Faktor-faktor yang
mempengaruhi bioavailabilitas yaitu obat (sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik
pembuatan), Subjek (karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisipatologis, posisi,
dan aktivitas tubuh (pada subjek yang sama)), Rute pemberian, Interaksi obat atau makanan
(Batubara, 2008).
Pemilihan metode bergantung pada tujuan studi, metode analisis utntuk penetapan
kadar obat dan sifat produk obat. Data darah dan data urin lazim digunakan untuk menilai
ketersediaan hayati sedian obat yang metode analisis zat berkhasiatnya telah diketahui cara
dan validitasnya. Jika cara validitas analisi belum diketahui dapat digunakan data
farmakologi dengan syarat efek farmakologik yang timbul dapat diukur secara kuntitatif,
seperti efek pada kecepatan denytu jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan
sebagai indeks dari ketersediaan hayati obat. Untuk evaluasi ketersediaan hayati
menggunakan data respons klinik dapat mengalami perbedaan antar individu akibat
farmakokinetika dan farmakodinamik obat yang berbeda. Faktor farmakodinamik yang
mempengaruhi meliputi : umur, toleransi obat, interaksi obat, dan faktor- faktor
patofisiologik yang tidak diketahui. (Rowland, 1980)
Waktu kadar plasma mencapai puncak dapat disamakan dengan waktu yang
diperlukan obat untuk mencapat kadar maksimum. Pada T maks absorbsi adalah terbesar
dan laju absorbsi sama dengan laju eliminasi obat.
2. Cp maks
Kadar plasma puncak menunjukan kadar obat maksimum dalam darah setelah
pemberian obat secara oral. Cp maks memberi suatu petunjuk bahwa obat cukup
diabsoorbsi secara sistemik untuk memberikan respon terapetik.
3. AUC
AUC adalah kadar obat dalam plasma terhadap waktu, yaitu suatu ukuran dari
jumlah bioavailabilitas suatu obat.
Untuk mendapatkan data yang benar dari parameter tersebut, maka data darah yang
dipakai harus memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu:
- Pengambilan darah harus kontinyu selama paling sedikit tiga atau lebih baik lima kali
dari waktu paruh biologiknya
- Waktu pengambilan sampel harus menggambarkan tiga titik fase absorbsi, fase puncak
dan fase distribusi (untuk kompartemen dua), serta fase eliminasi.
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
- Melakukan uji bioavailabilitas suatu obat dari sediaan suspensi (peroral) dan larutan
injeksi (intamuskular dan intravena) dengan menggunakan data darah.
- Menghitung dan mengintepretasikan bioavailabilitas suatu obat.
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
2.1 Alat
- Spektroometer
- Alat pemusing
- Disposible syringe 1 cc
- Vortex mixture
- Alat pencukur
- Alat gelas
- Feeding rube
2.2 Bahan
- Sulfametoksazol
Hasil
Hasil
-
Hasil
Hasil
Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, P. L., 2008, Farmakologi Dasar, Edisi II. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi,
Jakarta.
Holford, N.H., 1998, Farmakokinetik dan Farmakodinamik: Pemilihan Dosis yang Rasional dan
Waktu Kerja Obat Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
Mutschler, Ernest, 1999, Dinamika Obat, Penerjemah: Mathilda B, Widianto dan Anna Setiadi Ranti,
Edisi V, Cetakan Ketiga, Penerbit ITB, Bandung.
Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi & Keperawatan, Edisi II, Leskonfi,
Jakarta.
Rowland, M. and Tozer., T. M., 1980, Clinical Pharmacokinetics : Concept and Application, Lea
and Febiger, Philadelphia.
Shargel, Leon, 2005, Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan, Airlangga University Press,
Surabaya.
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna, 1995, Pengantar Farmakologi. Dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi kelima, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.