Anda di halaman 1dari 6

Program Studi S-1 Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


TUGAS FORMULASI SEDIAAN AMPUL RANITIDIN

Disusun Oleh :

Nama : Edy Chandra Irawan


NIM : SF16026
Kelas :B

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2019
1. Tinjauan Farmakologi
1.1 Penggolongan Zat Aktif
Ranitidin termasuk golongan obat antagonis reseptor H2 bekerja menghambat
sekresi asam lambung secara selektif dan reversibel (Ganiswara, 2007).
1.2 Indikasi dan Kontra Indikasi
a. Indikasi : Efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan
mempercepat penyembuhannya. Dengan dosis lebih kecil umumnya dapat
membantu mencegah kambuhnya tukak duodenum. Sebagai alternatif pada
pengobatan bagi pasien yang tidak bisa pengobatan secara oral (USP, 2007).
b. Kontra Indikasi : Ranitidin kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitif atau
alergi terhadap ranitidin (USP, 2007)
1.3 Mekanisme Kerja Obat
Antagonis reseptor H2 dapat berkompetisi secara reversibel dengan histamin
reseptor H2. Cara kerja ini sangat selektif dimana antagonis H2 tidak mempengaruhi
kerja yang diperantarai reseptor H1. Kerja antagonis reseptor H2 yang paling
penting adalah mengurangi sekresi asam lambung. Obat ini menghambat sekresi
asam yang dirangsang histamin, obat muskarinik atau gastrin. Volume sekresi
lambung dan konsentrasi pepsin juga berkurang. Semua antagonis reseptor H2 pada
umumnya dapat ditoleransi dengan baik dengan laporan efek samping yang sedikit
(Katzung, 1997).
1.4 Farmakokinetika Obat
Diabsorbsi secara oral dengan biavailibilitas ranitidine sekitar 50% sama
dengan pada pemberian intravena, akan meningkat pada pasien dengan penyakit
hati. Namun pada sumber lain juga dikatakan bahwa ranitidine memiliki
bioavailibiltas 88%. Ranitidine didistribusi secara luas di dalam tubuh termasuk ASI
dan plasenta. Dengan kadar puncak dalam plasma yang dicapai dalam 1-3 jam
penggunaan 150mg ranitidine oral. 15% dari ranitidine akan terikat oleh protein
plasma Metabolisme lintas pertama terjadi di hati dalam jumlah yang cukup besar
setelah pemberian oral. Tujuh puluh persen ranitidine diekskresi dalam bentuk
asalnya di ginjal terutama melalui urine dengan t1/2 yang pendek yaitu sekitar 1,7-3
jam pada orang dewasa, dan memanjang pada orang tua dan pasien gagal ginjal.
Pada pasien dengan penyakit hati, t1/2 dari ranitidine juga akan memanjang namun
tidak sesignifikan perpanjangan waktu paruh pada pasien gagal ginjal (AHFS, 2004).
1.5 Efek Samping Obat dan Toksisitas
Beberapa efek samping dari ranitidin antara lain nyeri kepala, pusing, mual,
pada gastrointestinal konstipasi, diare, pada hematologik terjadi leukopenia dan
trombositopenia kasus jarang terjadi. Pada sistem endokrin hilangnya libido pernah
dilaporkan pada penderita pria (Ganiswara, 2007).
1.6 Interaksi Obat
Ranitidin dapat berinteraksi dengan nifedipin, warfarin, teofilin, dan
metoprolol. Mekanisme penghambatan ranitidin yaitu penghambatan sitokrom P450.
Ranitidin juga dapat menghambat absorpsi diazepam, dan mengurangi kadar
plasmanya sejumlah 25%. Cenderung menurunkan aliran darah hati, sehingga
memperlambat klirens obat lain. Ranitidin juga dapat menyebabkan gangguan SSP
ringan karena sukarnya melalui sawar darah otak (AHFS, 2004).
1.7 Dosis dan Cara Pemakaian
a. Terapi Parenteral
Diberikan i.m atau i.v untuk penderita rawat inap dengan kondisi tukak usus dua
belas jari yang tidak sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan.
b. Dosis injeksi i.m atau i.v 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat dapat
diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400mg sehari. Jika diberikan
secara infus, kecepatan 1 mg/kg per jam (British Pharmacopoeia, 2009).

2. Tinjauan Sifat Fisika Kimia Obat


Ranitidine (British Pharmacopoeia, 2009)
2.1 Nama resmi : Ranitidin
2.2 Rumus molekul : C13H22N4O3S
2.3 Struktur kimia :

2.4 Berat molekul : 350,87


2.5 Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat, praktis tidak
berbau, peka terhadap cahaya dan kelembaban melebur
pada suhu lebih kurang 190oC disetai penguraian.
2.6 Kelarutan : Sangat mudah larut air, cukup larut dalam etanol dan
sukar larut dalam kloroform.
2.7 Stabilitas : Stabil hingga 48 jam disuhu kamar untuk injeksi
paparan singkat terhadap suhu 40 oC tidak
mempengaruhi stabilitas.
2.8 Inkompatibilitas : Meningkatkan toksisitas siklosporin (meningkatkan
serum kreatinum).
2.9 Penyimpanan, pH, : Pada wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pH
dan dosis maksimum 6,7-7,3, dan dosis i.v 50mg sekali / 150mg sehari.

3. Desain Formula
Tiap mL mengandung :
R/ Ranitidin 50 mg
Monosodium Fosfat 0,0072 g
Disodium fosfat 0,0015 g
Nacl 0,5 %
Aqua Pro Injection 2 mL

4. Alasan Pemilihan Bahan atau Eksipien


4.1 Zat Aktif
Ranitidin merupakan antagonis reseptor H2 yang bekerja mengurangi sekresi
asam lambung secara selektif dan reversible. Ranitidin dapat menghambat sekresi
asam lambung akibat rangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus atau gastrin.
Ranitidin oral mudah terdegradasi dan tidak memberikan efek yang cepat khususnya
bagi pasien yang sedang dalam keadaan darurat serta untuk penanganan awal pada
pasien yang masuk pertama kali ke rumah sakit akibat tukak duodenum (Neal,
2006). Untuk mengatasi kekurangan dari ranitidin oral maka dibuat dalam bentuk
injeksi.
4.2 Pendapar
Syarat larutan injeksi harus isohidris dimana pH larutan obat harus seimbang
dengan cairan tubuh sehingga tidak mengakibatkan iritasi. Menurut Lukas (2006),
penambahan larutan dapar dapat dilakukan untuk larutan obat suntik dengan pH 5,5-
9, penambahan dapar juga dilakukan untuk menghindari rasa sakit/nyeri dan
menghindari kerusakan jaringan serta meningkatkan stabilitas kimia bahan obat.
Sehingga penambahan dapar fosfat (monosodium fosfat dan disodium fosfat) dengan
range pH yang luas dengan kapasitas dapar yang tinggi yaitu 4,5-8,5 (Scoville’s,
1957), cocok untuk stabilitas pH ranitidin yaitu 6,7-7,3.
4.3 Pengisotonis
Larutan hipotonis adalah larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih kecil
dibandingkan konsentrasi cairan sel (cairan dalam sel konsentrasinya tinggi)
sehingga cairan di luar sel akan tertarik di dalam sel yang mengakibatkan sel
mengembang hingga akhirnya pecah (Voight, 1994). Untuk itu perlu penambahan
pengisotonis, zat pengisotonis yang digunakan pada formula injeksi ranitidin adalah
natrium klorida. Berdasarkan Farmakope Indonesia (1979), natrium klorida adalah
pengisotonis yang dapat mengatur distribusi air, cairan, keseimbangan elektrolit dan
tekanan osmotik dalam tubuh. Maka penambahan zat pengisotonis berupa Nacl perlu
dilakukan.
4.4 Pelarut
Berdasarkan British Pharmacopoeia (2009), pemerian dari ranitidin yaitu
berupa serbuk hablur, putih sampai kuning pucat, praktis tidak berbau, peka terhadap
cahaya dan kelembaban, melebur pada suhu lebih kurang 140 oC disertai peruraian
Sedangkan kelarutan dari ranitidin yaitu sangat mudah larut air, cukup larut etanol,
dan sukar larut kloroform. Karena berdasarkan kelarutannya ranitidin sangat larut air
maka tidak dibutuhkan co-solvent untuk melarutkannya menjadi larutan jernih.
Cukup dengan menggunakan aqua pro injeksi yaitu air untuk injeksi yang segar dan
steril serta tidak mengandung bahan antimikroba yang telah melalui penyulingan
berulang yang cocok dengan cairan tubuh.

5. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departement of Health. 2009. British Pharmacopoeia. London: The Stationery Office on


behalf of the Medicines and Healthcare.

Ganiswara, S. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: FKUI Bagian


Farmakologi.

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik : Prinsip Kerja Obat Antimikroba.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lukas, Syamsuni, H.A 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Scoville’s, 1957. The Art of Compounding. London: Book company Inc.

U.S. Pharmacopeia. 2007. The United States Pharmacopeia. United States:


Pharmacopeial Convention,Inc.

Voight, R. 1994. Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Microsoft Word - 2.4b-Lembar Kerja PCP Kasus 2
    Microsoft Word - 2.4b-Lembar Kerja PCP Kasus 2
    Dokumen2 halaman
    Microsoft Word - 2.4b-Lembar Kerja PCP Kasus 2
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Dewdasdasascx
    Dewdasdasascx
    Dokumen2 halaman
    Dewdasdasascx
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Percobaan 3 Steril
    BAB 2 Percobaan 3 Steril
    Dokumen6 halaman
    BAB 2 Percobaan 3 Steril
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Bab II Roid
    Bab II Roid
    Dokumen8 halaman
    Bab II Roid
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Sampul Luar-Lembar Kosong Jose
    Sampul Luar-Lembar Kosong Jose
    Dokumen1 halaman
    Sampul Luar-Lembar Kosong Jose
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Ranitidin 25 MG
    Ranitidin 25 MG
    Dokumen1 halaman
    Ranitidin 25 MG
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen13 halaman
    Bab 2
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Stikes Borneo Lestari
    Stikes Borneo Lestari
    Dokumen1 halaman
    Stikes Borneo Lestari
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Absen KKN Print Tiap Hari
    Absen KKN Print Tiap Hari
    Dokumen16 halaman
    Absen KKN Print Tiap Hari
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Bab II Roid
    Bab II Roid
    Dokumen8 halaman
    Bab II Roid
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • No
    No
    Dokumen2 halaman
    No
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Mayaa
    Mayaa
    Dokumen2 halaman
    Mayaa
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Steril Ampul
    Steril Ampul
    Dokumen5 halaman
    Steril Ampul
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • No
    No
    Dokumen2 halaman
    No
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Ranitidin 25 MG
    Ranitidin 25 MG
    Dokumen1 halaman
    Ranitidin 25 MG
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Brosur
    Brosur
    Dokumen2 halaman
    Brosur
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas Steril Jose
    Tugas Steril Jose
    Dokumen4 halaman
    Tugas Steril Jose
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Kegiatan Harian Print Tiap Hari
    Kegiatan Harian Print Tiap Hari
    Dokumen1 halaman
    Kegiatan Harian Print Tiap Hari
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas Steril Jose
    Tugas Steril Jose
    Dokumen4 halaman
    Tugas Steril Jose
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    Dokumen13 halaman
    Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2 SDMK-Kelompok 3
    Tugas 2 SDMK-Kelompok 3
    Dokumen12 halaman
    Tugas 2 SDMK-Kelompok 3
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    Dokumen13 halaman
    Tugas 1 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Malaysia Kel.2
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Simple Present Kelompok 2
    Tugas 1 Simple Present Kelompok 2
    Dokumen9 halaman
    Tugas 1 Simple Present Kelompok 2
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Obat Mata Steril
    Obat Mata Steril
    Dokumen4 halaman
    Obat Mata Steril
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat
  • Daftar Barang
    Daftar Barang
    Dokumen4 halaman
    Daftar Barang
    ံံံံ ံံံံ
    Belum ada peringkat