0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan3 halaman
Sediaan salep mata kloramfenikol 1% dibuat dengan basis adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair. Salep dievaluasi untuk organoleptis, homogenitas, isi minimum, pH, dan kebocoran. Hasil evaluasi memenuhi syarat kecuali untuk isi minimum karena sulitnya memasukkan salep ke tube.
Sediaan salep mata kloramfenikol 1% dibuat dengan basis adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair. Salep dievaluasi untuk organoleptis, homogenitas, isi minimum, pH, dan kebocoran. Hasil evaluasi memenuhi syarat kecuali untuk isi minimum karena sulitnya memasukkan salep ke tube.
Sediaan salep mata kloramfenikol 1% dibuat dengan basis adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair. Salep dievaluasi untuk organoleptis, homogenitas, isi minimum, pH, dan kebocoran. Hasil evaluasi memenuhi syarat kecuali untuk isi minimum karena sulitnya memasukkan salep ke tube.
Pada praktikum ini dibuat salah satu jenis sediaan semisolida untuk penggunaan topikal yaitu sediaan salep mata dengan bahan aktif kloramfenikol sebesar 1%, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan (Ansel, 2008). Kloramfenikol dalam sediaan ini berkhasiat untuk mengobati infeksi superficial pada mata yang disebabkan bakteri (McEvoy, 2002). Pada praktikum ini dibuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan bobot 5,5 gram di mana sediaan akan dibuat sebanyak 20 tube sehingga bobot total sediaan yang harus dibuat sebanyak 110 gram. Karena sangat sensitif, kesterilan dari sediaan salep mata harus benar- benar terjaga. Salep mata yang baik harus memiliki kehomogenan yang baik atau harus bebas dari partikel kasar yang dapat mengiritasi mata serta salep mata mata harus memiliki daya serap yang bagus agar dapat berpenetrasi dengan cepat pada cairan mata dan tentunya harus bebas dari mikroba. Zat aktif kloramfenikol yang digunakan sebanyak 1 % (Ansel, 2008) sedangkan basis yang digunakan ada 3 macam yaitu adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair dengan perbandingan 1:8:1 (Jenkins et al., 1957). Karena kloramfenikol tidak larut air maka digunakan basis lemak yaitu adeps lanae dan vaselin flavum. Selain sebagai basis salep, adeps lanae berfungsi sebagai emulgator yang dapat menyerap air dan memiliki efek melembutkan sehingga memudahkan untuk kontak dengan cairan mata (Kibbe, 2000). Vaselin flavum merupakan basis salep petrolatum yang titik lebur atau titik melumernya mendekati suhu tubuh, sehingga dengan demikian basis ini baik digunakan sebagai basis salep mata (Ansel, 2008). Dari formulasi tersebut dapat dihitung penimbangan masing-masing bahan. Agar salep yang dimasukkan ke dalam tube tidak kurang, maka dilebihkan 10%, sehingga kloramfenikol ditimbang sebanyak 22 gram, adeps lanae ditimbang sebanyak 220 gram, vaselin flavum ditimbang sebanyak 1760 gram dan paraffin cair ditimbang sebanyak 220 gram. Setelah dilakukan penimbangan masing-masing bahan, kemudian dilakukan peleburan basis pada cawan porselen. Kemudian dilakukan pencampuran bahan aktif dengan basis didalam mortir. Pencampuran dilakukan pada saat basis masih dalam keadaan panas karena apabila dibiarkan sampai dingin maka basis akan mengeras perlahan. Untuk menjamin kehomogenitasan sediaan, kloramfenikol digerus terlebih dahulu di dalam mortir untuk memperoleh ukuran partikel kloramfenikol yang lebih kecil sehingga nantinya akan dapat terdispersi homogen dalam basis yang digunakan kemudian basis ditambahkan sedikit demi sedikit dan digerus agar bahan aktif dan basis tercampur merata dalam sediaan. Pada saat penggerusan, kloramfenikol dapat bercampur dengan basis dan diperoleh campuran semisolid yang homogen dan berwarna kuning. Setelah diperoleh campuran yang homogen kemudian campuran bahan ditimbang sebanyak 5,5 gram untuk kemudian dimasukkan ke dalam tube salep yang telah disiapkan. Penggunaan tube dinilai paling cocok untuk wadah sediaan salep karena tube memiliki luas permukaan jalan keluar yang rendah sehingga menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai tingkat yang minimum serta memberikan perlindungan terhadap cahaya yang baik (Voigt, 1994). Sediaan salep mata ini disimpan pada suhu kamar dan diletakkan pada tempat yang terlindung dari cahaya (Reynolds, 1982). Sediaan akhir yang diperoleh bertekstur halus dan berwarna kuning. Keuntungan utama salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah adanya penambahan waktu kontak antara obat dengan mata. Waktu kontak antara obat dengan mata 2sampai 4 kali lebih besar apabila digunakan salep dibandingkan tetes mata sedangkan kekurangan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).
6.2. Evaluasi Salep Mata
Sediaan salep mata kloramfenikol yang sudah selesai kemudian dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan antara lain jenis evaluasi organoleptis, homogenitas, isi minimum, uji pH dan uji kebocoran. 6.2.1. Organoleptis Prinsip evaluasi organoleptis yaitu dengan pemeriksaan bau, warna dan tekstur. Dari hasil percobaan ini salep mata yang dibuat tidak berbau, memiliki warna kuning pucat dan memiliki teksur yang lunak dan berminyak. Menurut literature yang didapat, syarat yang baik untuk salep mata yaitu memiliki warna putih sampai kuning, tidak berbau tengik, dan memiliki tekstur berminyak (basis hidrokarbon – vaselin da paraffin). Salep yang dibuat sudah memenuhi syarat. 6.2.2. Homogenitas Prinsip evaluasi homogenitas yaitu jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogeny. Pada percobaan ini salep yang didapatkan terlihat homogen karena tidak ada kelihatan gumpalan- gumpalan dan distribusi bahan aktifnya terlihat merata diatas sekeping kaca. Syarat homogenitas yang baik untuk salep mata yaitu distribusi bahan aktif pada lapisan di permukaan kaca terlihat merata. Menurut British Pharmacopea, batas ukuran partikel untuk salep mata yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh memiliki partikel lebih besar dari 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel lebih besar dari 50 nm dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006). Jadi bisa dikatakan sediaan yang dibuat memenuhi syarat karena tidak terdapatnya butiran – butiran kasar. 6.2.3. Isi Minimum Prinsip evaluasi isi minimum yaitu sebanyak 10 wadah dilepas etiketnya, dibersihkan bagian luarnya, dikeringkan dan diimbang satu per satu. Isi dari masing-masing wadah dikeluarkan, kemudian wadah dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang kembali. Perbedaan antara kedua penimbangan menyatakan bobot isi wadah. Jumlah sampel yang digunakan pada perobaan ini menggunakan 5 salep karena jumlah salep yang didaptkan pada perobaan ini tidak mencukupi sebanyak 20 buah melainkan hanya 16 buah. Dari hasil pengamatan yang didapatkan bobot bersih rata-rata dari 5 wadah yang isinya telah dikeluarkan kurang dari 5,5 gr dan ada yang bobot bersih isinya <90%. Syarat uji isi minimum yaitu bobot bersih rata-rata dari 5 wadah tidak kurang dari 5,5 gr dan tidak satupun wadah yang bobot bersih isinya < 90 %. Sehingga untuk evaluasi isi minimum, salep ini tidak memenuhi syarat. Hal ini dimungkinkan karena praktikan sulit dalam hal memasukkan salep ke wadah sehingga banyak salep yang terbuang. 6.2.4. Uji pH Uji pH ini dilakukan dengan menggunakan pH meter. Jumlah salep yang digunakan pada evaluasi ini hanya secukupnya. pH sediaan salep yang diuji memilik pH =5. Syarat pH yang baik untuk sediaan salep mata antar pH 5-7,4 (Agoes, 2009). Hal ini menunjukkan salep mata yang dibuat memenuhi syarat karena memilik pH =5. 6.2.5. Uji Kebocoran Uji kebocoran ini menggunakan 5 tube salep yang dibersihkan dan dikeringkan baik-baik bagian luarnya dengan kain penyerap, lalu tube diletakkan horizontal diatas kain peyerap didalam oven dengan suhu 60 C ± 3 C selama 8 jam. Setelah 8 jam didalam oven, ternyata tidak ada satu pun salep yang bocor. Hal ini memenuhi syarat uji kebocoran yaitu tidak boleh ada kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai. Abaikan bekas krim yang diperkirakan berasal dari lipatan tube atau bagian ulir tube.