Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

6.1. Pembuatan Salep Mata Kloramfenikol


Pada praktikum ini dibuat salah satu jenis sediaan semisolida untuk penggunaan topikal
yaitu sediaan salep mata dengan bahan aktif kloramfenikol sebesar 1%, sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam
sediaan (Ansel, 2008). Kloramfenikol dalam sediaan ini berkhasiat untuk mengobati infeksi
superficial pada mata yang disebabkan bakteri (McEvoy, 2002).
Pada praktikum ini dibuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan bobot 5,5 gram di
mana sediaan akan dibuat sebanyak 20 tube sehingga bobot total sediaan yang harus dibuat
sebanyak 110 gram. Karena sangat sensitif, kesterilan dari sediaan salep mata harus benar-
benar terjaga. Salep mata yang baik harus memiliki kehomogenan yang baik atau harus bebas
dari partikel kasar yang dapat mengiritasi mata serta salep mata mata harus memiliki daya
serap yang bagus agar dapat berpenetrasi dengan cepat pada cairan mata dan tentunya harus
bebas dari mikroba.
Zat aktif kloramfenikol yang digunakan sebanyak 1 % (Ansel, 2008) sedangkan basis
yang digunakan ada 3 macam yaitu adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair dengan
perbandingan 1:8:1 (Jenkins et al., 1957). Karena kloramfenikol tidak larut air maka
digunakan basis lemak yaitu adeps lanae dan vaselin flavum. Selain sebagai basis salep,
adeps lanae berfungsi sebagai emulgator yang dapat menyerap air dan memiliki efek
melembutkan sehingga memudahkan untuk kontak dengan cairan mata (Kibbe, 2000).
Vaselin flavum merupakan basis salep petrolatum yang titik lebur atau titik melumernya
mendekati suhu tubuh, sehingga dengan demikian basis ini baik digunakan sebagai basis
salep mata (Ansel, 2008).
Dari formulasi tersebut dapat dihitung penimbangan masing-masing bahan. Agar salep
yang dimasukkan ke dalam tube tidak kurang, maka dilebihkan 10%, sehingga kloramfenikol
ditimbang sebanyak 22 gram, adeps lanae ditimbang sebanyak 220 gram, vaselin flavum
ditimbang sebanyak 1760 gram dan paraffin cair ditimbang sebanyak 220 gram. Setelah
dilakukan penimbangan masing-masing bahan, kemudian dilakukan peleburan basis pada
cawan porselen. Kemudian dilakukan pencampuran bahan aktif dengan basis didalam mortir.
Pencampuran dilakukan pada saat basis masih dalam keadaan panas karena apabila dibiarkan
sampai dingin maka basis akan mengeras perlahan.
Untuk menjamin kehomogenitasan sediaan, kloramfenikol digerus terlebih dahulu di
dalam mortir untuk memperoleh ukuran partikel kloramfenikol yang lebih kecil sehingga
nantinya akan dapat terdispersi homogen dalam basis yang digunakan kemudian basis
ditambahkan sedikit demi sedikit dan digerus agar bahan aktif dan basis tercampur merata
dalam sediaan. Pada saat penggerusan, kloramfenikol dapat bercampur dengan basis dan
diperoleh campuran semisolid yang homogen dan berwarna kuning. Setelah diperoleh
campuran yang homogen kemudian campuran bahan ditimbang sebanyak 5,5 gram untuk
kemudian dimasukkan ke dalam tube salep yang telah disiapkan. Penggunaan tube dinilai
paling cocok untuk wadah sediaan salep karena tube memiliki luas permukaan jalan keluar
yang rendah sehingga menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai
tingkat yang minimum serta memberikan perlindungan terhadap cahaya yang baik (Voigt,
1994). Sediaan salep mata ini disimpan pada suhu kamar dan diletakkan pada tempat yang
terlindung dari cahaya (Reynolds, 1982). Sediaan akhir yang diperoleh bertekstur halus dan
berwarna kuning.
Keuntungan utama salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah adanya
penambahan waktu kontak antara obat dengan mata. Waktu kontak antara obat dengan mata
2sampai 4 kali lebih besar apabila digunakan salep dibandingkan tetes mata sedangkan
kekurangan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh
dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).

6.2. Evaluasi Salep Mata


Sediaan salep mata kloramfenikol yang sudah selesai kemudian dievaluasi. Evaluasi yang
dilakukan antara lain jenis evaluasi organoleptis, homogenitas, isi minimum, uji pH dan uji
kebocoran.
6.2.1. Organoleptis
Prinsip evaluasi organoleptis yaitu dengan pemeriksaan bau, warna dan tekstur. Dari hasil
percobaan ini salep mata yang dibuat tidak berbau, memiliki warna kuning pucat dan
memiliki teksur yang lunak dan berminyak. Menurut literature yang didapat, syarat yang
baik untuk salep mata yaitu memiliki warna putih sampai kuning, tidak berbau tengik,
dan memiliki tekstur berminyak (basis hidrokarbon – vaselin da paraffin). Salep yang
dibuat sudah memenuhi syarat.
6.2.2. Homogenitas
Prinsip evaluasi homogenitas yaitu jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogeny. Pada percobaan
ini salep yang didapatkan terlihat homogen karena tidak ada kelihatan gumpalan-
gumpalan dan distribusi bahan aktifnya terlihat merata diatas sekeping kaca. Syarat
homogenitas yang baik untuk salep mata yaitu distribusi bahan aktif pada lapisan di
permukaan kaca terlihat merata. Menurut British Pharmacopea, batas ukuran partikel
untuk salep mata yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh memiliki partikel lebih
besar dari 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel lebih besar dari 50 nm dan tidak boleh
lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006). Jadi bisa dikatakan sediaan yang dibuat memenuhi
syarat karena tidak terdapatnya butiran – butiran kasar.
6.2.3. Isi Minimum
Prinsip evaluasi isi minimum yaitu sebanyak 10 wadah dilepas etiketnya, dibersihkan
bagian luarnya, dikeringkan dan diimbang satu per satu. Isi dari masing-masing wadah
dikeluarkan, kemudian wadah dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang kembali.
Perbedaan antara kedua penimbangan menyatakan bobot isi wadah. Jumlah sampel yang
digunakan pada perobaan ini menggunakan 5 salep karena jumlah salep yang didaptkan
pada perobaan ini tidak mencukupi sebanyak 20 buah melainkan hanya 16 buah. Dari
hasil pengamatan yang didapatkan bobot bersih rata-rata dari 5 wadah yang isinya telah
dikeluarkan kurang dari 5,5 gr dan ada yang bobot bersih isinya <90%. Syarat uji isi
minimum yaitu bobot bersih rata-rata dari 5 wadah tidak kurang dari 5,5 gr dan tidak
satupun wadah yang bobot bersih isinya < 90 %. Sehingga untuk evaluasi isi minimum,
salep ini tidak memenuhi syarat. Hal ini dimungkinkan karena praktikan sulit dalam hal
memasukkan salep ke wadah sehingga banyak salep yang terbuang.
6.2.4. Uji pH
Uji pH ini dilakukan dengan menggunakan pH meter. Jumlah salep yang digunakan pada
evaluasi ini hanya secukupnya. pH sediaan salep yang diuji memilik pH =5. Syarat pH
yang baik untuk sediaan salep mata antar pH 5-7,4 (Agoes, 2009). Hal ini menunjukkan
salep mata yang dibuat memenuhi syarat karena memilik pH =5.
6.2.5. Uji Kebocoran
Uji kebocoran ini menggunakan 5 tube salep yang dibersihkan dan dikeringkan baik-baik
bagian luarnya dengan kain penyerap, lalu tube diletakkan horizontal diatas kain peyerap
didalam oven dengan suhu 60 C ± 3 C selama 8 jam. Setelah 8 jam didalam oven,
ternyata tidak ada satu pun salep yang bocor. Hal ini memenuhi syarat uji kebocoran
yaitu tidak boleh ada kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai.
Abaikan bekas krim yang diperkirakan berasal dari lipatan tube atau bagian ulir tube.

Anda mungkin juga menyukai