Pujawati, Ratih Sukma1; Rahmat, Mamat1; Djuminar, Ai1; Rahayu, Ira Gustira1
1
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Email : ratihsukmapujawati@gmail.com
ABSTRAK
Kandidiasis merupakan suatu penyakit jamur yang disebabkan oleh Candida sp. dan
dapat menyerang mulut, vagina, kuku, kulit, bronki, atau paru-paru. Untuk mengatasi
kandidiasis, dapat digunakan antijamur yang berasal dari bahan alam, diantaranya adalah
serai dapur. Serai dapur memiliki kandungan kimia yang terdiri dari saponin, tannin,
flavonoid, terpenoid, dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak serai dapur
(Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) terhadap pertumbuhan C.albicans dengan
menggunakan metode makrodilusi. Penelitian eksperimental dengan rancangan acak
lengkap ini menggunakan serai dapur yang dibagi ke dalam variasi konsentrasi ekstrak
0%, 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0.8%, 1% dan variasi waktu kontak 0 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam,
dan 48 jam lalu diukur kekeruhannya pada spektrofotometer UV-Vis. Data hasil absorban
kemudian dibuat kurva dan dilakukan analisa pengukuran absorban terhadap konsentrasi
dan waktu kontak. Dari hasil tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dalam menghambat pertumbuhan C.albicans adalah pada
konsentrasi ekstrak 0,4% dan waktu kontak yang efektif dalam menghambat pertumbuhan
C.albicans adalah pada waktu kontak 36 jam.
267
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
Sedangkan pada penelitian Anindya
PENDAHULUAN pada tahun 2011, hasil penelitian
Infeksi jamur kulit merupakan konsentrasi hambat minimum yang
penyakit yang umum terjadi pada diperoleh dari perlakuan uji aktivitas
manusia. Infeksi ini dapat disebabkan antijamur emulgel minyak sereh
oleh jamur dermatofita dan beberapa (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf)
ragi1. Indonesia yang merupakan terhadap Candida albicans metode
negara beriklim tropis dengan dilusi agar dengan konsentrasi 0,5%,
kelembaban tinggi memungkinkan untuk 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% menghasilkan
tumbuhnya berbagai mikroorganisme KHM sebesar 2%7. Namun, belum ada
dengan baik, salah satunya adalah penelitian mengenai efektivitas
jamur2. Salah satu jamur yang menjadi antijamur ekstrak serai dapur terhadap
agen penting sebagai penyebab Candida albicans dengan menggunakan
penyakit infeksi adalah spesies metode makrodilusi.
Candida.
Kandidiasis merupakan suatu
penyakit jamur yang disebabkan oleh METODE
Candida sp. yang dapat menyerang Penelitian ini merupakan penelitian
mulut, vagina, kuku, kulit, bronki, atau eksperimental dengan desain
paru-paru3. rancangan acak lengkap. Penelitian
Untuk mengatasi kandidiasis dilaksanakan pada bulan April-Mei
diperlukan terapi antijamur. Namun, 2019 di Laboratorium Kimia Dasar dan
penggunaan obat-obatan antijamur Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan
yang berasal dari bahan kimia dapat Poltekkes Bandung. Sampel pada
menimbulkan resistensi terhadap jamur penelitian ini ialah serai dapur yang
serta dapat menimbulkan efek diperoleh dari Kebun Percobaan
samping4. Oleh karena itu, diperlukan Manoko Lembang dan Candida
pengobatan alternatif untuk mengatasi albicans yang diperoleh dari
masalah ini dengan pemanfaatan zat Laboratorium Parasitologi Jurusan
aktif antijamur dari bahan alam. Analis Kesehatan Poltekkes Bandung.
Penggunaan obat tradisional dinilai Penelitian ini diawali dengan
memiliki efek samping lebih kecil penetapan kadar air simplisia serai
dibandingkan dengan obat yang berasal dapur. Setelah itu dilakukan
dari bahan kimia, disamping itu pembuatan ekstrak serai dapur dengan
harganya pun lebih terjangkau5. Jenis metode maserasi menggunakan pelarut
bahan alam yang dapat digunakan etanol 96%. Filtrat yang telah diperoleh
sebagai obat tradisional ini, diantaranya kemudian dilakukan proses liofilisasi
adalah serai. Serai memiliki berbagai untuk memperoleh ekstrak kering yang
aktivitas farmakologi, salah satunya lebih stabil. Kemudian dilakukan uji
sebagai antijamur1. Serai memiliki fitokimia untuk mengetahui adanya
kandungan kimia yang terdiri dari kandungan senyawa kimia pada
alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, fenol, ekstrak serai tersebut. Ekstrak serai
steroid dan minyak atsiri6. diencerkan dengan aquades sampai
Pada penelitian yang dilakukan Silva diperoleh konsentrasi 0%, 0,2%, 0,4%,
dkk pada tahun 2008, hasil penelitian 0,6%, 0,8%, dan 1%.
menunjukkan bahwa aktivitas antijamur C. albicans dikultur pada media SDA
pada minyak atsiri serai dan komponen dan dilakukan uji penegasan pada
utamanya (citral) menunjukkan CHROMagar-Candida dan germ tube.
perlawanan terhadap semua Candida Koloni lalu disuspensikan dengan NaCl
spp., terutama C. albicans 0,9% dan disetarakan kekeruhannya
menggunakan metode difusi1.
268
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
dengan Larutan Mc Farland 0,5 (1,0 x Saponin Aqua-des Busa +
106 CFU/mL). dan HCL
2N
Penentuan KHM dan waktu kontak Tanin Etanol Hijau +
yang efektif diawali dengan dan
menyiapkan tabung reaksi yang dibagi FeCl3 5%
menjadi 3 kelompok yaitu kontrol
negatif, kontrol positif, dan juga
kelompok pengujian sampel. Kontrol C. albicans yang telah dikultur
negatif terdiri dari media SDB dan pada media CHROMagar-Candida
suspensi C. albicans. Kontrol positif pada suhu 37ºC selama 48 jam
terdiri dari media SDB, suspensi memperlihatkan koloni berwarna hijau
C.albicans dan antibiotik nistatin. dan koloni C. albicans yang
Sedangkan untuk kelompok pengujian dimasukkan kedalam 0,5 mL serum
sampel terdiri atas variasi konsentrasi manusia dan diinkubasi selama 2 jam
ekstrak serai dan suspensi C. albicans. pada suhu 37ºC selama 48 jam
Seluruh kelompok perlakuan di inkubasi membentuk germ tube yang
pada 37◦C dan dibaca absorbannya mengkonfirmasi spesies C. albicans.
secara turbidimetri dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 530 nm pada
waktu kontak 0, 12, 24, 36, dan 48 jam.
Nilai absorban yang didapat kemudian
dibuat kurva dan dilakukan analisa.
HASIL
Pada penelitian ini diperoleh kadar
air simplisia serai dapur sebesar Gambar 1. Koloni C. albicans pada media
7,28%. Kemudian hasil uji fitokimia CHROMagar-Candida
menunjukkan bahwa ekstrak serai
dapur mengandung alkaloid, flavonoid,
terpenoid, saponin, dan tanin yang
bersifat antifungal (Tabel 1).
269
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
dibandingkan dengan kurva waktu konsentrasi 0%, 0,2%, 0,4%, dan 0,6%,
kontak 0 jam, waktu kontak 12 jam kemudian semakin lama nilai absorban
berada di satu titik dengan waktu kontak waktu kontak meningkat. Akan tetapi
0 jam pada konsentrasi 0,4% dan 0,8%, terjadi penurunan absorban yang sangat
sedangkan kurva untuk waktu kontak tajam pada waktu kontak 36 jam dan
yang lain berada diatas kurva waktu mengalami peningkatan kembali pada
kontak 0 jam. Seluruh waktu kontak waktu 48 jam.
mengalami peningkatan absorban
kembali pada konsentrasi ekstrak 1%.
Sedangkan pada gambar 4 dapat dilihat
bahwa pada waktu kontak 12 jam mulai
terjadi peningkatan absorban pada
36 jam
3.00000
2.00000 24 jam
1.00000 12 jam
0.00000 0 jam
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
0.8
2.00000
0.6
1.00000
0.4
0.00000
0.2
0 jam 12 jam 24 jam 36 jam 48 jam
270
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
271
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
ekstrak belum benar-benar larut, dan sekunder yang dapat meracuni media.
kurang tepat saat memegang kuvet yakni Pada waktu kontak 36 jam, terjadi
memegang bagian yang jernih atau penurunan absorban yang sangat tajam
bagian yang dilewati cahaya sehingga hampir dari seluruh variasi konsentrasi
meskipun sudah dibersihkan, dapat kecuali pada konsentrasi 0%. Hal ini
mempengaruhi kekuatan cahaya yang menunjukkan bahwa aktivitas ekstrak
diabsorbsi14. serai dapur yang ditambahkan pada
Hasil absorban terhadap konsentrasi suspensi jamur tersebut mempengaruhi
menunjukkan bahwa Konsentrasi pertumbuhan Candida albicans. Pada
Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak waktu kontak 36 jam jamur sudah
serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.) memasuki fase kematian, yaitu fase
Stapf) terhadap pertumbuhan Candida dimana jumlah sel-sel yang mati lebih
albicans yaitu berada pada konsentrasi banyak daripada sel-sel yang masih
0,4% dimana absorban seluruh hidup. Namun, pada waktu kontak 48
konsentrasi mulai menurun. Sedangkan jam, terjadi peningkatan absorban
hasil absorban terhadap waktu kontak kembali. Hal ini dapat disebabkan karena
menunjukkan bahwa pada waktu kontak ekstrak serai dapur (Cymbopogon
12 jam mulai terjadi peningkatan citratus (DC.) Stapf) bersifat fungistatik
absorban pada konsentrasi 0%, 0,2%, bukan fungisidal terhadap pertumbuhan
0,4%, dan 0,6%, kemudian semakin lama Candida albicans. Fungistatik hanya
waktu kontak absorban meningkat. Akan menghambat pertumbuhan jamur tanpa
tetapi terjadi penurunan absorban yang membunuhnya sehingga apabila aktivitas
sangat tajam pada waktu kontak 36 jam dari ekstrak serai dapur telah berkurang,
dan mengalami peningkatan kembali jamur akan menduplikasi diri kembali8,15.
pada waktu 48 jam. Hal ini dikarenakan Berdasarkan analisis terhadap kurva
jamur sedang berada pada fase lag hasil pengukuran absorban terhadap
(adaptasi), yaitu fase penyesuaian sel-sel waktu kontak dapat disimpulkan bahwa
dengan lingkungan dimana jamur sangat waktu kontak yang optimum dari ekstrak
tergantung pada kondisi pertumbuhan. serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.)
Fase ini berlangsung selama 0-5 jam. Stapf) dalam menghambat pertumbuhan
Lalu berlanjut ke fase eksponensial Candida albicans yaitu pada waktu
dimana jumlah dan aktivitas sel kontak 36 jam.
meningkat karena jamur sedang
menduplikasi diri sehingga absorban SIMPULAN
mengalami peningkatan. Fase ini Konsentrasi hambat minimum
berlangsung selama 5-13 jam. Pada ekstrak serai dapur (Cymbopogon
waktu kontak 24 jam terjadi peningkatan citratus (DC.) Stapf) dalam menghambat
absorban untuk masing-masing pertumbuhan Candida albicans adalah
konsentrasi kecuali konsentrasi 0%, pada konsentrasi 0,4%. Sedangkan
padahal seharusnya pada waktu kontak waktu kontak yang efektif terdapat pada
24 jam, jamur sudah memasuki fase waktu kontak 36 jam, dimana pada waktu
stasioner. Fase stationer berlangsung kontak tersebut terjadi penurunan
selama 9 jam. Pada fase ini seharusnya absorban yang sangat tajam.
pertumbuhan jamur konstan karena Disarankan untuk penelitian
pembelahan sel mulai menurun selanjutnya menggunakan bahan alam
kecepatannya, tetapi peningkatan atau jamur patogen yang berbeda.
tersebut kemungkinan disebabkan Disarankan juga penelitian lebih lanjut
karena sel-sel jamur belum dengan menggunakan HPLC atau
mengeluarkan senyawa/metabolit metode lain.
272
JURNAL RISET KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
Volume 11 No 2
DAFTAR RUJUKAN
1. Silva, CB, et al. 2008. Antifungal 9. Ghelardi, E, et al. 2007. Efficacy of
Activity of The Lemongrass Oil and Chromogenic Candida Agar for
Citral Against Candida spp. Brazil : isolation and presumptive
The Brazilian journal of infectious identification of pathogenic yeast
Diseases and Contexto Publishing. species. Pisa : European Society of
Vol. 12. Clinical Microbiology and Infectious
2. Arifin, Zainal. 2006. Kajian Mikoriza Diseases. Vol. 14.
Vesikula Arbuskula (MVA) dalam 10.Khadka, Sangeeta, et al. 2016.
menekan perkembangan penyakit Identification of Candida species using
bercak ungu (Alternaria porri) pada CHROM agar. 3, Nepal : International
bawang putih. Yogyakarta : Journal of Medicine and Biomedical
Universitas Gadjah Mada. Sciences. Vol. 1, pp. 10-13.
3. Jiwintarum, Yunan, et al. 2017. Media 11.Mutiawati, Keumala Vivi. 2016.
Alami Untuk Pertumbuhan Jamur Pemeriksaan Mikrobiologi Pada
Candida albicans Penyebab Candida Albicans. Banda Aceh :
Kandidiasis Dari Tepung Biji Kluwih Fakultas Kedokteran Universitas
(Artocarpus communis). Mataram : Syiah Kuala. Vol. 16.
Jurnal Kesehatan Prima. Vol. 11. 12.CLSI. 2019. Reference Method for
4. Masloman, Agista Pratiwi, Broth Dilution Antifungal Susceptibility
Pangemanan and Anindita. 2016. Uji Testing of Yeasts; Approved
Daya Hambat Ekstrak Daun Sirsak Standard—Second Edition. [Online]
(Annona murcata L.) Terhadap August 2002. [Cited: February 24,
Pertumbuhan Jamur Candida 2019.] ISBN 1-56238-469-4 .
albicans. Manado : UNSRAT 13.Hedayana. 1994. Kimia Analitik
Manado.4:Vol. 5. Instrumen. Semarang : IKIP Press.
5. Noventi, Wulan and Carolia, Novita . 14.Warokka, Klaudya E, Wuisan, Jane
2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih and Juliatri. 2016. Uji konsentrasi
Hijau (Piper betle L.) sebagai Alternatif hambat minimum (KHM) ekstrak daun
Terapi Acne vulgaris. Lampung : s.n. binahong (Anredera cordifolia Steenis)
Vol. 5. sebagai antibakteri terhadap
6. Ayunda, Rahmah Dara. 2014. pertumbuhan Streptococcus mutans.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Daun Serai (Cymbopogon Citratus) Vol. 4.
Dan Potensinya Sebagai Pencegah 15.Gandjar, Indrawati, Sjamsuridjal,
Oksidasi Lipid. Bogor : FMIPA IPB. Wellyzar and Oetari, Ariyanti. 2006.
7. Safitri, Anindya Rizka. 2011. Mikologi: Dasar dan Terapan.
Formulasi Dan Uji Aktivitas Antijamur Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
Emulgel Minyak Sereh (Cymbopogon ISBN: 979-461-616-8.
citratus (Dc) Stapf) Terhadap Candida
albicans Dengan Metode Sumuran.
Jember : Universitas Jember.
8. Jawetz, Ernest, Melnick, Joseph L and
Adelberg, Edward A. 1986. Medical
Microbiology. 16. California : s.n.,
273