Anda di halaman 1dari 7

Uji Potensi Antimikroba Ekstrak N-Heksana Kulit Biji (Pericarp) Jambu Mete

(Anacardium Occidentale) Terhadap Bakteri Salmonella Enteritidis


SP-1-PKH secara In Vitro

In vitro Antimicrobial Potential Assay of Cashew (Anacardiumocidentale) Nut Shell


(Pericarp) n-Hexane Extracts Against Salmonella enteritidis SP-1-PKH

Muhammad Yunan Farid, Sri Murwani, Herawati


Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
drh.yunan@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antimikroba ekstrak n_Heksana kulit biji jambu mete
terhadap bakteri Salmonella enteritidis secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
metode post test control design only yang dilakukan secara in vitro menngunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dan diuji secara statistik menggunakan one way ANOVA, uji Tukey HSD, serta uji korelasi-regresi
dengan (:0.05). Uji antimikroba dilakukan dengan metode Tube dilution test untuk mengamati Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dengan kelompok perlakuan konsentrasi ekstrak
25%,30%,35%,40%,45%,dan50%. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak kulit biji jambu mete dengan pelarut
n_Heksana memiliki potensi antimikroba dengan nilai KBM pada konsentrasi 45%, sedangkan nilai KHM
dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak pericarp
Jambu mete dengan pelarut n-Heksana memiliki potensi antimikroba terhadap Salmonella enteritidis SP-1-PKH
secara in vitro.

Kata Kunci: S.enteritidis, antimikroba, Ekstrak n-Heksana, kulit biji (pericarp) jambu mete, in vitro

ABSTRACT

This study aims to determine the antimicrobial potency of cashew nut shell of n-Hexane extract against
Salmonella enteritidis in vitro. This study is an experimental study in the form of post-test only control group
design with the tube dilution method. This study is an experimental research method post test control design is
done only in vitro alkaline completely randomized design (CRD) and statistically tested using one-way
ANOVA, Tukey HSD test, correlation and regression test (: 0.05). Antimicrobial test done by Tube dilution
test methods for observing Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal Bacteriacidal Concentration
(MBC) with extract concentration treatment group of 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, and 50%. Results showed
that the extract of cashew nut shell by n_Hexane solvent antimicrobial potential value of MBC at a
concentration of 45%, while the value of MIC in this study can not be determined. From the results can be
concluded that the pericarp cashew extract with n-Hexane solvent has antimicrobial potency against Salmonella
enteritidis SP-1-PKH in vitro

Keywords: S.enteritidis, antimicrobial, n-Hexane extract, Cashew nut shell, in vitro

1
Pendahuluan sisanya adalah kardanol dan metil kardol
Salmonella enteritidis merupakan (Simpen, 2008). Kardol dan kardanol
salah satu emerging foodborne zoonotic adalah senyawa tanin beracun yang
pathogens, ditemukan pada spesies unggas diketahui sebagai golongan polifenol
dan dengan mudah dapat ditularkan ke alami. Polifenol memiliki efek antimikroba
manusia. Penyakit akibat infeksi Salmonella dengan mekanisme yang tidak spesifik
disebut salmonellosis, lebih dari 44% terhadap protein mikroorganisme serta
wabah salmonellosis yang terjadi di dapat merusak membran sel bakteri dan
seluruh dunia. Hasil survei yang dilakukan dapat menyebabkan denaturasi protein
di Belanda menyebutkan 94% tinja ayam bakteri (Venturella, 2000). Penelitian yang
pedaging dan 47% tinja ayam petelur dilakukan oleh Parasa et al (2011),
mengandung salmonella (Boumler et al, menunjukkan bahwa ekstrak kulit biji
2000) Jambu mete dengan pelarut aceton dapat
Berdasarkan hasil pengujian, membunuh Meticylin Resistant
beberapa serotipe Salmonella yang berasal Staphylococcus Aureus (MRSA) secara in
dari spesimen hewan memiliki resistensi vitro.
terhadap 17 jenis antibiotika. Resistensi Pengambilan kandungan aktif kulit
terhadap antibiotika ini pada umumnya biji mete dalam penelitian ini dilakukan
dikarenakan pengobatan pada manusia dan dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-
hewan yang melebihi batas normal heksana. Penelitian sebelumnya telah
(Headrick and Cray 2001). Sekitar 40% diketahui bahwa n-heksana bersifat non
antibiotika terkandung di dalam pakan polar, sehingga pelarut ini baik digunakan
ternak dan digunakan sebagai untuk bahan yang tidak larut air seperti
Antimicrobial Growth Promoters (AGP) minyak yang terkandung dalam ekstrak
untuk pemacu pertumbuhan dan kulit biji jambu mete. Berdasarkan uraian
mengurangi kejadian penyakit. Pemakaian diatas, besar kemungkinan bahwa ekstrak
antibiotika sebagai AGP walaupun dalam pericarp Jambu mete dapat digunakan
konsentrasi kecil, yaitu berkisar antara 2,5 sebagai antimikroba terhadap Salmonella
125 mg/kg (ppm), dapat mengakibatkan enteritidis. Untuk itu perlu dibuktikan efek
terjadinya resistensi bakteri patogen ekstrak pericarp jambu mete dengan
terhadap antibiotika (Barton, 2001) pelarut n-Heksana sebagai antimikroba
Melihat begitu banyaknya ancaman terhadap bakteri S.enteritidis secara in
kesehatan akibat resistensi bakteri vitro, potensi antimikroba akan di uji
S.enteritidis terhadap berbagai antibiotik, berdasarkan dengan KHM KBM dan
maka pengendalian terhadap bakteri ini pertumbuhan koloni pada pemberian
sangatlah penting. Solusi untuk masalah berbagai konsentrasi ekstrak.
ini adalah dengan penggunaan tanaman
obat. Tanaman obat mempunyai Materi dan Metode Penelitian
komponen bioaktif yang mudah Alat dan Bahan Penelitian
didegradasi, aman dan mempunyai efek Peralatan yang digunakan dalam
samping yang lebih sedikit (Prusti et al., penelitian ini oven pengering, mesin
2008). Jambu mete (Anacardium penggiling, rotary evaporator, tabung
occidentale) merupakan salah satu 1 erlenmeyer, mikroskop, kertas penghisap,
tumbuhan yang telah lama digunakan lampu bunsen, gelas objek, tabung reaksi
sebagai obat. Berdasarkan sebuah streril, ose, mikropippet 1 ml, inkubator,
penelitian disebutkan bahwa kulit biji lampu bunsen, label, vortex, dan
(pericarp) jambu mete (Annacardium spektrofotometer.
occidentale) mengandung minyak Chasew Bahan yang digunakan dalam
Nut Shell Liquid (CNSL) yang terdiri dari penelitian ini adalah pelarut n-Heksana,
70% asam anakardat, 20-25% kardol dan aquades, DMSO dan kulit biji Jambu

2
Mete, isolat Salmonella enteritidis, Pembuatan suspensi bakteri pada
Pewarna gram (kristal violet, lugol, penelitian ini mengacu pada prosedur
alkohol, dan safranin), minyak emersi, Chaouce et. al (2012). Konsentrasi dilusi
Nutrient Broth (NB), dan Nutrient Agar tabung yang digunakan dalam penelitian
Plate (NAP). ini adalah 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan
50% sebagaimana yang ditunjukkan pada
Ekstraksi Kulit Biji Jambu Mete penelitian pendahuluan. Pengamatan nilai
Metode ekstraksi yang digunakan KHM dilakukan dengan pengamatan
adalah maserasi dengan pelarut n-Heksana. secara fisik terhadap tingkat kekeruhan
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan setiap tabung, sedangkan nilai KBM
merendam masing-masing simplisia daun diperoleh dari penghitungan jumlah koloni
kelor dan kulit biji mete selama 72 jam bakteri yang tumbuh pada media padat
dengan komposisi 100 gram simplisia dengan ketentuan 0,1% OI.
dalam 1 liter larutan n-Heksana. Kemudian
dilakukan evaporasi untuk memisahkan Hasil dan Pembahasan
pelarut dengan hasil ekstraksi. Suhu yang Kadar Hambat Minimal Ekstrak N-
dipilih dalam proses evaporasi adalah 69 Heksana Kulit Biji Jambu Mete terhadap
0
C yang sesuai dengan titik didih pelarut. Salmonella enteritidis
Uji konfirmasi Salmonella enteritidis Uji potensi antimikroba ekstrak n-
Identifikasi yang dilakukan adalah Heksana kulit biji jambu mete terhadap
pewarnaan Gram dan pengujian biokimia. bakteri Salmonella enteritidis
Identifikasi dilakukan terhadap sampel SP- menggunakan metode dilusi tabung. Hasil
1-PKH untuk memastikan sampel bakteri dari metode dilusi tabung adalah
tersebut adalah murni bakteri Salmonella penentuan nilai KHM dengan pengamatan
enteritidis. terhadap tingkat kekeruhan. Menurut Dzen
et al. (2003) penilaian KHM metode dilusi
Uji Antimikroba Metode Dilusi Tabung dinilai dengan mengamati tingkat
Uji antimikroba menggunkan kekeruhan pada setiap tabung setelah
metode dilusi tabung memiliki dua diinkubasi selama 18-24 jam yang
indikator untuk menunjukkan suatu bahan ditunjukkan oleh warna tabung yang
memiliki potensi antimikroba, yaitu KHM jernih. Tingkat kekeruhan ini merupakan
dan KBM (Dzen et al, 2003). Suspensi tanda awal dari potensi antimikroba
bakteri yang diujikan pada metode dilusi ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete
tabung memiliki konsentrasi 106 CFU/ml. terhadap bakteri Salmonella enteritidis.

Gambar 1. Hasil uji dilusi tabung ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap
Salmonella enteritidis

3
Berdasarkan pengamatan cakram, atau uji dilusi agar, akan tetapi
kekeruhan, KHM tidak dapat ditentukan dalam penelitian ini tidak dilakukan uji
karena warna ekstrak keruh. Seharusnya tersebut karena keterbatasan waktu.
penentuan KHM untuk ekstrak yang keruh Selanjutnya penanaman pada media padat.
menggunakan metode lain seperti uji difusi

Kadar Bunuh Minimal Ekstrak n-Heksana Kulit Biji Jambu Mete terhadap Salmonella
enteritidis
Tabel 1 Jumlah koloni S. enteritidis pada beberapa macam konsentrasi ekstrak n-
Heksana kulit biji jambu mete

Jumlah Koloni (CFU/Plate) pada Ulangan


Rata-
Perlakuan ke- Standar deviasi
rata
1 2 3 4
25% 1410 1272 1237 1392 1327,75 86,09442491
30% 649 599 707 666 655,25 44,70924587
35% 229 324 343 387 320,75 66,61518846
40% 12 13 13 24 15,5 5,686240703
45% 2 1 3 1 1,75* 0,816496581
50% 0 0 0 0 0 0
OI 1801 1755 1725 1788 1767,25 34,17967232
Ket. : * = KBM (Kadar Bunuh Minimal) dengan jumlah koloni 1,75 x 103

Kadar bunuh minimal merupakan Nyata Jujur (BNJ) dan subset yang
konsentrasi terendah yang memungkinkan terbentuk (Lampiran 5), terlihat bahwa
pertumbuhan koloni hanya < 0,1% dari kelompok perlakuan konsentrasi 50%,
original inoculum (Baron et al, 1994). 45% dan 40%, tidak memiliki perbedaan
0,1% dari OI dalam penelitian ini adalah pengaruh yang nyata. Perlakuan
1,75 x 103 CFU/mL maka konsentrasi 25% konsentrasi 40%, 35%, 30%, dan 25%
dengan jumlah rata-rata koloni 1,25 x103 masing-masing memiliki perbedaan
adalah Kadar Bunuh Minimal dalam pengaruh yang nyata terhadap
penelitian ini. pertumbuhan Salmonella enteritidis SP-1-
.Selanjutnya data hasil penghitungan PKH.
rata-rata jumlah koloni dilakukan uji Uji korelasi (Lampiran 5)
ANOVA untuk mengetahui apakah menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak
terdapat perbedaan pengaruh yang dan jumlah koloni Salmonella enteritidis
bermakna antar konsentrasi yang berbeda. berkorelasi negatif (-0.897). Tanda negatif
Hasil Uji ANOVA sesuai pada Lampiran 5 pada hasil uji korelasi menunjukkan
menunjukkan nilai signifikansi (P-value) hubungan yang terbalik antara konsentrasi
sebesar 0,05 yang artinya tolak H0 atau ekstrak pericarp Jambu mete dengan
berarti minimal terdapat satu pasang jumlah koloni Salmonella enteritidis SP-1-
perlakuan yang berbeda secara nyata. Hasil PKH yang artinya semakin tinggi
Uji ini menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak pericarp Jambu mete
konsentrasi Ekstrak pericarp Jambu mete maka semakin rendah jumlah pertumbuhan
terbukti memiliki efek antimikroba koloni Salmonella enteritidis SP-1-PKH.
terhadap Salmonella enteritidis SP-1-PKH Analisa selanjutnya adalah analisis
secara in vitro. regresi linier yang hasilnya tertera pada
Berdasarkan hasil uji lanjutan Lampiran 4 dengan persamaan regresi
menggunakan Tukey HSD atau uji Beda yang didapat yaitu y = 1277 254,4x

4
dengan R2 = 0,810 (81%) ini berarti bahwa penurunan jumlah koloni Salmonella
perlakuan konsentrasi ekstrak pericarp enteritidis SP-1-PKH.
jambu mete mempengaruhi sebesar 81%

Gambar 2 Grafik Regresi Linier pengaruh ekstrak pericarp Jambu Mete terhadap
pertumbuhan Salmonella enteritidis

Berdasarkan regresi linier pada Pemanfaatan CNSL dalam dunia medis


gambar 2, hubungan antara konsentrasi yang sudah dilakukan yaitu, untuk menguji
ekstrak pericarp jambu mete dengan kemampuan dalam bidang mikrobiologi
Jumlah koloni Salmonella enteritidis dapat dan parasitologi. Penelitian yang dilakukan
dinyatakan dengan rumus Y = 1277 oleh Parasa et.al. (2011), ekstrak CNSL
254,5X Y adalah jumlah koloni menggunakan aseton 70% memberikan
Salmonella enteritidis, sedangkan X efek penghambatan pertumbuhan methilen
adalah konsentrasi ekstrak pericarp Jambu resistance Stapyloccocus aureus (MRSA)
mete dengan pelarut n-Heksana. Hal ini yang setara dengan oxacillin 1mg/ml yang
dapat diartikan bahwa berarti tanpa dilihat dari diameter hambat 25 mm untuk
pemberian ekstrak pericarp Jambu mete ekstrak CNSL dan 21 mm untuk oxacillin
maka jumlah koloni yang tumbuh akan 1mg/ml. Penelitian yang dilakukan oleh
cenderung meningkat konstan sebesar Ademola dan Eloff (2010), ekstrak aseton
1,277 x 103 koloni dan pengaruh setiap 1% pada jambu mete menunjukkan efek
pemberian ekstrak pericarp Jambu mete penghambatan setara dengan albendazole
menyebabkan penurunan jumlah koloni terhadap pertumbuhan haemonchus
Salmonella enteritidis sebesar 2,5 x 103 contortus.
koloni. Nilai R2 = 0,810 (81%) ini berarti Penelitian yang dilakukan
bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak Vijayakumar dan Kalaichelvan (2011),
pericarp jambu mete mempengaruhi menyebutkan ekstrak daun jambu mete
sebesar 81% terhadap penurunan jumlah memiliki aktivitas antimikroba terhadap
koloni Salmonella enteritidis SP-1-PKH. dua bakteri Gram positif dan empat bakteri
Berbagai penelitian yang Gram negatif yaitu, M.luteus, S.aureus,
berhubungan kulit biji mete telah banyak K.pneumonia, E.Coli, P.aeruginosa, dan
dilakukan. Kandungan kulit biji mete yang S.typi. Selain itu, dalam uji toksisitas,
terbesar adalah chasew nut shell liquid penelitian yang dilakukan oleh Tedong et.
(CNSL) atau minyak laka yang al. (2007) menunjukan ekstrak heksana
didalamnya terkadung asam anakardat, dari daun jambu mete memiliki nilai
kardol, dan kardanol (Simpen, 2008).

5
toksisitas terhadap tikus dengan lethal konsentrasi ekstrak pericarp Jambu mete.
dose (LD50) 16 g/kg. Meningkatnya konsentrasi ekstrak
Komposisi kimia dari CNSL menjadikan konsentrasi kardol semakin
adalah asam anakardat, kardol serta tinggi sehingga gugus OH yang bersifat
ditemukan adanya kardanol(3-alkilfenol), sebagai zat antibakteri akan bereaksi
dan 2-metilkardol (2-metil-5- dengan bakteri Salmonella enteritidis,
alkilresorsinol). Asam anakardat sehingga semakin banyak bakteri yang
merupakan komponen terbesar dalam mengalami kematian (Kresnamurti dan
CNSL, dengan prosentase 70% dan Budiati, 2008).
sisanya kardol, kardanol dan dimetilkardol.
Menurut penelitian yang lain, asam
anakardat yang telah diisolasi dari buah Kesimpulan
semu jambu mete juga menunjukkan Ekstrak pericarp Jambu mete
aktifitas sitotoksis melawan sel kanker dengan pelarut n-Heksana memiliki
payudara BT-20 (Budiati et al, 2004). potensi antimikroba terhadap isolat
Sasaran utama kandungan Salmonella enteritidis SP-1-PKH secara in
antimikroba dalam esktrak pericarp jambu vitro. Kadar Hambat Minimum (KHM)
mete adalah adalah dinding sel. Dinding dalam penelitian ini belum dapat
sel merupakan lapisan lipid-bilayer yang ditentukan, sedangkan Kadar Bunuh
mirip dengan membran sel. Membran sel Minimal (KBM) ekstrak pericarp Jambu
ini dapat melindungi bakteri Gram negatif mete terhadap Salmonella enteritidis
dari substansi anti peptidoglikan seperti adalahI konsentrasi ekstrak 45%.
penisilin yang tidak dipunyai oleh bakteri
Gram positif. Ikatan antar asam amino Ucapan Terima Kasih
dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
lebih renggang dibandingkan dengan Dr. Sri Murwani, drh, MP sebagai ketua
bakteri Gram positif (McKane dan Kandel, payung penelitian atas bimbingan, fasilitas
1986), sehingga memudahkan senyawa laboratorium mikrobiologi PKHUB dan
asam anakardat, kardol, dan kardanol terimakasih kepada drh. Dahaliatu
untuk masuk kedalam ikatan. Selain itu, Qosimah M.Kes sebagai dosen
dinding selnya tidak selektif permeabel, pendamping penelitian.
sehinga senyawa-senyawa tersebut mudah
dalam penetrasi menembus dinding sel Daftar Pustaka
yang akan menimbulkan terganngunya
Ademola, IO., & Eloff, JN. 2011.
integritas dinding sel bakteri.
Gugus OH pada CNSL dinilai Anthelmintic efficacy of cashew
memiliki peran aktif dalam fungsinya (Anarcadium occidentale L.) on in
sebagai bahan antibakteri. Kardol memiliki vitro susceptibility of the ova and
dua gugus OH fenolik sedangkan asam larvae of Haemonchus contortus.
anakardat memiliki satu gugus OH dan African Journal of Biotechnology
satu gugus COOH pada cincin Vol. 10(47) : 9700-9705
aromatisnya, hal inilah yang
memungkinkan kardol lebih bersifat
sebagai zat antibakteri daripada asam Baron, S., J. Elenn, Balley, and Scott.
anakardat. Berdasarkan beberapa sumber 1994. Diagnostic Microbiology, 9th
yang telah disebutkan diatas, besar Edition. Newyork: Mosby-year
kermungkinan zat aktif kardol dapat
menjadi penyebab utama terjadinya
penurunan pertumbuhan bakteri secara
signifikan seiring dengan bertambahnya

6
Barton, M.D., and W.S. Hart. 2001. Plants. Ethobotanical Leaflet. 12:
Public Health Risk: Antibiotic 227-230
resistance. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 14 : 414 422 Parasa, L.S., T. Sunita., K. Babu Rao., A.
Hanumantha Rao., J. Srinivasa
Boumler, A.J., B.M. Hargis, & R.M. Rao., and L. C. A. Kumar. 2011.
Tsolis, 2000, Trancing Origin of Acetone Extract Of Cashew
Salmonella Outbreaks, Science, (Anacardium occidentale, L.) Nuts
278 (5450) ; 50-52 Shell Liquid Against Methicillin
Resistant Staphylococcus Aureus
Budiati, T., N.C. Zaini., dan S.Soedigdo. (MRSA) by Minimum Inhibitory
2004. Sintesis Metil Anakardat dan Concentration (MIC). Journal of
Uji Aktivitasnya sebagai Inhibitor Chemical and Pharmaceutical
Enzim Sulfhidril. JBP 6: 47-51 Research 3(5): 736-742

Chaouce, T., F. Atik Bekkara, F. Simpen, I.N. 2009. Isolasi Cashew Nut
Haddouchi, and Z. Boucherit. Shell Liquid Dari Kulit Biji Jambu
2012. Antibacterial activity of Mete (Anacardium Occidentale L)
different ekstract of Dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-
Echiumpycnanthum pomel.USA: Kimianya. Jurnal Kimia 2 (2): 71-
JCPRC5 4(1):216-220 76

Dzen, S.M., Roekistiningsih, S. Santoso & Tedong, D.T., P.A. Davefiet., A.E.
S. Winarsih. 2003. Bakteriologi Asongalem., S.D. Sokeng., P.
Medik. Malang: Bayumedia Collard., J. Flejou., Kamtchouing
Publising P. 2007. Antihypoglycemic and
renal protective activities of A.
Headrick M, Cray P. 2001. Antimicrobial occidentale leaves in
Susceptibility Patterns for Streptozotocin induced diabetic
Salmonella Isolates of Animal rats. African Journal of
Origin. J of Infect Dis (170)128- Traditional, Contemporary and
134. Alternative Medicines., 3(1) : 23-
35 35
Kresnamurti, A., T. Budiati & G.V.
Candra. 2008. Perbandingan Uji Venturella, V.S. Natural Product in: H.
Sitotoksik Asam Anakardat Dan Gardner. 2000. Remington the
Asam Anakardat jenuh Dengan Science and Practice of Pharmachy
metode Brine Shrimp Lethality 20th Edition. Lippincott Williams
Test. Jurnal Obat Bahan Alam 7: & Wilkins. Philadelphia hal 675-
98-107 683

McKane, L & J. Kandel. 1986. Vijayakumar, A. & K.P. Thangavel. 2011.


Microbiology: Essentials And Antioxidant and antimicrobial
Applications. Singapore: McGraw- activity using different extracts of
Hill. p. 61-88. anacardium occidentale l. IJBPT.
Prusti, A., S.R. Mishra, S. Sahoo and S.K. ISSN 0976-4550
Mishra. 2008. Antibacterial
Activity in Some Indian Medical

Anda mungkin juga menyukai