Anda di halaman 1dari 14

UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN GEL ANTI JERAWAT EKSTRAK ETANOL

RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum)


TERHADAP Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus epidermidis

EFFECTIVENESS TEST PREPARATIONS ANTI ACNE GEL OF RED GINGER


ETHANOL EXTRACT (Zingiber officinale Rosc.var. rubrum) AGAINST
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis

Syf. Octy Novy Fissy A., Rafika Sari, dan Liza Pratiwi
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

ABSTRAK
Salah satu penyebab terjadinya jerawat adalah bakteri, seperti Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis. Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum)
telah banyak diteliti memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol rimpang jahe merah terhadap
bakteri penyebab jerawat dan bagaimana efektivitas setelah diformulasikan dalam bentuk gel.
Simplisia disokhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian KHM dilakukan dengan
metode difusi. Ekstrak diformulasikan dalam bentuk gel dengan variasi konsentrasi basis
HPMC 4000 dan Karbopol 934 dengan perbandingan 70:30 (Formula I), 50:50 (Formula II)
dan 30:70 (Formula III). Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis seperti bau,
warna, bentuk serta homogenitas, pengujian daya sebar, daya lekat, pH dan antibakteri.
Analisis data menggunakan program R-Commander versi 12.4.1. Hasil penelitian
menunjukkan nilai KHM eksrak terhadap P.acnes sebesar 0,45% dan S.epidermidis sebesar
0,5%. Hasil evaluasi menunjukkan sediaan homogen, pH dan daya lekat yang stabil
sedangkan daya sebar mengalami peningkatan selama penyimpanan 30 hari. Hasil evaluasi
antibakteri gel menunjukkan bahwa formula I memberikan efektivitas paling baik dengan
zona hambat sebesar 16,11 mm terhadap P.acnes dan 14 mm terhadap S.epidermidis.
Kata kunci: Ekstrak etanol rimpang jahe merah, Propionibacterium acnes,
.Staphylococcus epidermidis

ABSTRACT
Acne can caused by bacteria, such as Propionibacterium acnes and Staphylococcus
epidermidis. Red Ginger (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) has been studied had
antibacterial activity. The aims of this research was to determine the minimum inhibitory
concentration of red ginger rhizome ethanol extract against acnes bacteria and the
effectiveness when it formulated in gel. The simplicia extracted by soxhlet using 96%
ethanol. Diffusion method was used to measure the minimum inhibitory concentration (MIC)
of extract. Then, extract is formulated in gel by using three variation of HPMC 4000 and
carbopol 934 as gel base with ratio of 70:30 (Formula I), 50:50 (Formula II) and 30:70
(Formula III). Formulation evaluation conducted such as organoleptic testing, spreadability,
adhesion, pH and antibacterial effectiveness. Data analyzed by using R-Commander program
2.14.1 Version. The results showed MIC values are 0.45% for P. acnes and 0.5% for
S.epidermidis. The results of evaluation for 30 days of storage showed that the gels had
stable pH and adhesion, homogenous, whereas the spreadablity of gels increased.

1
Antibacterial evaluation showed that formula I give the best effectiveness with 16,11 mm
zone of inhibition against P. acnes and 14,00 mm against S.epidermidis.
Keywords: Red ginger ethanol extract, Propionibacterium acnes, Staphylococcus
.epidermidis

Pendahuluan
Jerawat merupakan penyakit kulit masing-masing sebesar 15,33 mm dan
yang umum terjadi pada remaja berusia 15,83 mm(5). Selain itu, ekstrak jahe merah
16-19 tahun, bahkan dapat berlanjut juga memberikan aktivitas antibakteri
hingga usia 30 tahun(1). Walaupun jerawat terhadap bakteri Gram positif seperti S.
tidak mengancam jiwa, namun dapat aureus, S. epidermidis, S. agalactiae dan
mempengaruhi kualitas hidup dengan Listeria monocytogenes(6), sehingga dapat
memberikan efek psikologis yang buruk(2). diasumsikan bahwa ekstrak rimpang jahe
Penyakit ini terbatas pada folikel merah juga dapat memberikan aktivitas
polisebacea kepala dan badan bagian atas yang sama terhadap bakteri Gram positif
karena kelenjar sebacea di wilayah ini penyebab jerawat yaitu P. acnes dan S.
sangat aktif(1). Faktor utama yang terlibat epidermidis. Banyaknya penelitian
dalam pembentukan jerawat adalah mengenai aktivitas antibakteri dari ekstrak
peningkatan produksi sebum, peluruhan rimpang jahe merah (Zingiber officinale
keratinosit, pertumbuhan bakteri dan Rosc. var. rubrum) dan besarnya resiko
inflamasi(3). Peradangan dapat dipicu oleh serta jumlah penderita jerawat mendorong
bakteri seperti P. acnes, S. epidermidis untuk memformulasikan sediaan gel dari
dan S. aureus(4). Oleh sebab itu, ekstrak rimpang jahe merah (Zingiber
pengobatan jerawat dapat dilakukan officinale Rosc. var. rubrum) sebagai obat
dengan menurunkan populasi bakteri anti jerawat.
dengan menggunakan suatu antibakteri. Bentuk sediaan gel cocok untuk
Sediaan anti jerawat yang banyak terapi topikal pada jerawat terutama
beredar di pasaran mengandung antibiotik penderita dengan tipe kulit berminyak(7)
sintetik seperti eritromisin dan sehingga lebih cocok untuk digunakan
klindamisin, namun tidak sedikit yang oleh masyarakat Indonesia yang beriklim
memberikan efek samping seperti iritasi, tropis dan mayoritas memiliki kulit
penggunaan jangka panjang dapat berminyak. Bahan dasar gel yang cocok
menyebabkan resistensi bahkan kerusakan untuk terapi jerawat adalah bahan dasar
organ dan imunohipersensitivitas(4). yang larut dalam air dan bersifat
Jahe Merah (Zingiber officinale memperlambat proses pengeringan
Rosc. var. rubrum) merupakan tanaman sehingga mampu bertahan lama pada
yang telah banyak diteliti memiliki permukaan kulit(8). Berdasarkan hal
aktivitas antibakteri. Kandungan senyawa tersebut, peneliti ingin menguji aktivitas
yang terdapat pada jahe merah dapat antimikroba dan stabilitas dari sediaan gel
memberikan aktivitas antibakteri yang berasal dari ekstrak etanol rimpang
diantaranya flavonoid, fenol, glikosida, jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var.
minyak atsiri, triterpenoid, dan tannin(5). rubrum) terhadap bakteri S. epidermidis
Ekstrak rimpang jahe merah memiliki dan P. acnes.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli
sebesar 250 ppm dengan zona hambat

2
Metodologi Laboratorium Kesehatan (ULK) Pontianak
Alat: dan kultur bakteri Propionibacterium
Alat yang digunakan pada acnes yang merupakan koleksi dari
penelitian ini antara lain soxhlet (Iwaki Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Pyrex), water bath (Memmert tipe WNB Kedokteran Universitas Indonesia.
22), timbangan analitik (Ohaus tipe
PA2102), oven (Memmert tipe UP400), Tahapan Penelitian
inkubator, krusibel porselen, desikator, Sampel
laminar air flow (LAF) cabinet, autoclave Sampel yang digunakan pada
(HL tipe 36Ae), object glass (Iwaki penelitian ini adalah rimpang jahe merah
Pyrex), cover glass, kaca arloji (Iwaki yang diambil di Jl. Sungai Selamat Dalam
Pyrex), pH meter (Soil Tester SDT-60 Gg. Merpati Kecamatan Pontianak Utara
SDT-300), mortir dan stamper. Kalimantan Barat. Sampel yang diperoleh
dideterminasi di Laboratorium Biologi
Bahan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Bahan yang digunakan pada Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
penelitian ini antara lain rimpang jahe Tanjungpura Pontianak. Sampel kemudian
merah (Zingiber officinale Rosc. var. dibuat menjadi simplisia dan disokhletasi
rubrum), akuades, kertas saring Whatman menggunakan etanol 96%.
no. 1, verile acne gel (sebagai kontrol
positif), Media Nutrient Agar, Media Skrining Fitokimia
Blood Agar, etanol 96% (Merck, Batch Skrining fitokimia adalah
06051388), pereaksi Mayer, kalium iodida pemeriksaan metabolit sekunder secara
(KI) (Merck), magnesium (Mg) (Merck), kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif
asam klorida (HCL) pekat (Merck), besi biologis yang terdapat dalam tumbuhan.
(III) klorida (FeCl3) 5%, besi (III) klorida Skrining fitokimia ini diujikan pada
(FeCl3) 1%, pereaksi Molisch, asam asetat ekstrak etanol rimpang jahe merah.
CH3COOH) glacial (Merck), H2SO4 pekat Adapun uji skrining fitokimia yang
(Merck), kloroform (CH3Cl) (Merck), dilakukan meliputi pemeriksaan alkaloid,
larutan Standar Mc. Farland no. 0,5 fenol, flavonoid, glikosida, minyak atsiri,
(Merck), karbol kristal ungu, Lugol, dan saponin, steroid-triterpenoid dan tannin.
larutan natrium klorida (NaCl) 0,9%
(Merck), Hidroksipopilmetilselulosa Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
(HPMC) (Shadong Bio-Technology, Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber
Batch 226-0028), Propilen glikol (Shin- officinale Rosc. var. rubrum)
Etsu, Batch J 1055/12), Karbopol 934 Seri konsentrasi ekstrak etanol
(Shadong Bio-Technology, Batch 1975- rimpang jahe merah dibuat berdasarkan
77468-688), Metil paraben (Ueno Fine nilai Kadar Hambat Minimum (KHM)
Chemicals Industry, Lot LAI010), dan Air terhadap bakteri S.aures dan E.coli,
suling. dimana KHM ekstrak terhadap bakteri
tersebut adalah 250 ppm (µg/mL)(5) yang
Bakteri Uji: dikonversikan dalam bentuk persentase
Bakteri uji yang digunakan pada menjadi 0,025% b/v, sehingga untuk
penelitian ini adalah kultur murni bakteri mencari nilai KHM ekstrak etanol
Staphylococcus epidermidis yang rimpang jahe merah terhadap bakteri
merupakan koleksi dari Unit

3
Tabel 1. Seri Konsentrasi Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah

Konsentrasi Ekstrak (%) b/v Volume larutan diambil dari lautan stok (mL) ad 10 mL Etanol 96%
0,025 0,025
0,030 0,030
0,035 0,035
0,040 0,040
0,045 0,045
0,050 0,050
0,100 0,100
0,500 0,500
1,000 1,000
5,000 5,000
7,500 7,500
10,000 10,000

P.acnes dan S.epidermidis, konsentrasi mengandung konsentrasi hambat


divariasikan dibawah dan diatas nilai minimum ekstrak. HPMC dikembangkan
KHM. Adapun konsentrasi yang ke dalam air panas sebanyak 20 kali
digunakan dalam pengujian antibakteri beratnya selama 15 menit. Karbopol pada
ekstrak etanol rimpang jahe merah lumpang yang berbeda dikembangkan
ditunjukkan pada tabel 1. Pembuatan dengan air panas hingga homogen,
larutan ekstrak rimpang jahe merah terdiri kemudian ditambahkan TEA hingga
dari pembuatan larutan stok 10% b/v dan jernih. HPMC yang telah dikembangkan
pembuatan variasi konsentrasi. Pembuatan dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi
larutan stok 10% b/v (100000 ppm) karbopol dan digerus hingga homogen.
ekstrak etanol rimpang jahe merah dibuat Metil paraben dilarutkan dalam propilen
dengan melarutkan 2,5 g ekstrak dalam 25 glikol dicampurkan ke dalam basis dan
mL etanol 96%. digerus hingga homogen. Air suling
ditambahkan sedikit demi sedikit digerus
Formulasi Gel homogen hingga diperoleh dasar gel.
Formulasi gel dengan kombinasi Ekstrak ditambahkan terakhir ke dalam
basis HPMC dan Karbopol yang dasar gel dan digerus hingga homogen(10).

Tabel 2. Formulasi Gel Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah

Bahan FI FII FIII


Ekstrak KHM KHM KHM
HPMC 2,45 g 1,75 g 1,05 g
Karbopol 1,05 g 1,75 g 2,45 g
TEA 1,05 g 1,75 g 2,45 g
PG 15 g 15 g 15 g
Metil Paraben 0,18 g 0,18 g 0,18 g
Aquadest 100 g 100 g 100 g
Keterangan :
FI : Formulasi gel dengan variasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose : Karbopol (70 : 30)
FII : Formulasi gel dengan variasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose : Karbopol (50 : 50)
FIII : Formulasi gel dengan variasi Hydroxy Propyl Methyl Cellulose : Karbopol (30 : 70)
KHM : Konsentrasi Hambat Minimum
PG : Propilen Glikol

4
Evaluasi Formula dilihat perubahan skala pada pH meter.
Evaluasi formula meliputi evaluasi Angka yang tertera pada skala pH meter
fisik, kimia dan mikrobiologi. Evaluasi merupakan nilai pH dari sediaan.
fisik meliputi pemeriksaan organoleptik,
daya sebar, dan daya lekat sediaan. Uji Antibakteri Gel
Evaluasi kimia meliputi penentuan pH. Uji mikrobiologi untuk mengetahui
Evaluasi mikrobiologi meliputi penentuan aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak
efektivitas antibakteri sediaan gel ekstrak etanol rimpang jahe merah yang dilakukan
etanol rimpang jahe merah terhadap dengan metode difusi agar, dengan cara
bakteri P.acnes dan bakteri S.epidermidis. mengukur diameter hambatan
pertumbuhan bakteri terhadap bakteri
Organoleptik Staphylococcus epidermidis dan bakteri
Evaluasi organoleptis gel ekstrak Propionibacterium acnes.
etanol rimpang jahe merah dilakukan
dengan menilai perubahan rasa, warna, a. Bakteri Propionibacterium acnes
dan bau(8). Selain itu, juga dilakukan Sebanyak 12 mL media agar darah
pengujian homogenitas sediaan dengan dituangkan ke dalam cawan petri steril.
cara mengoleskan sediaan pada sekeping Pada media yang telah padat biakan
kaca atau bahan transparan lain yang bakteri Propionibacterium acnes ditanam
cocok, sediaan harus menunjukkan dengan menggunakan jarum ose dan
susunan yang homogen dan tidak terlihat digoreskan ke media agar darah.
adanya butir–butir yang kasar(11). Kemudian diletakkan cakram kertas
dengan diameter 6 mm, ditimbang
Daya Sebar
sebanyak 0,1 g gel kemudian diteteskan
Sampel gel sebanyak 1 g diletakkan
dengan 1 tetes air suling steril, diletakkan
di pusat antara dua kaca arloji, dimana
diatas cakram kertas, kemudian diinkubasi
kaca arloji sebelah atas dibebani dengan o
meletakkan anak timbangan shingga dalam inkubator pada suhu 35 ± 2 C
mencapai bobot 150 g. Pengukuran selama 24 – 48 jam, setelah itu diukur
dilakukan hingga diameter penyebaran gel diameter daerah hambatan (zona jernih)
konstan(12). pertumbuhan di sekitar cakram dengan
menggunakan jangka sorong(13).
Daya Lekat b. Bakteri Staphylococcus epidermidis
Pemeriksaan daya lekat dilakukan Sebanyak 20 mL Nutrient Agar
dengan meletakkan 1 g gel diatas gelas dituang ke dalam cawan petri. Pada media
objek yang telah diketahui luasnya. yang telah padat diletakkan cakram kertas
Diletakkan gelas objek yang lain diatas dengan diameter 6 mm, ditimbang
gel tersebut. Kemudian ditekan dengan sebanyak 0,1 g gel kemudian diteteskan
beban 1 kg selama 5 menit. Beban seberat dengan 1 tetes air suling steril, diletakkan
80 gram diepaskan dan dicatat waktunya diatas cakram kertas, kemudian diinkubasi
hingga kedua gelas objek ini terlepas. o
dalam inkubator pada suhu 35 ± 2 C
pH selama 24 – 48 jam, setelah itu diukur
Penentuan pH sediaan dilakukan diameter daerah hambatan (zona jernih)
dengan menggunakan pH meter soil pertumbuhan di sekitar cakram dengan
tester. Alat pH meter dicelupkan secara menggunakan jangka sorong(14).
langsung ke dalam sedian gel. Kemudian

5
Uji Stabilitas Sediaan Gel Hasil dan Pembahasan
Pemeriksaan stabilitas sediaan Determinasi Rimpang Jahe Merah
dilakukan pada suhu kamar pada hari ke 0, (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum)
2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26 dan hari ke Berdasarkan hasil determinasi
29 untuk pengujian organoleptik, sampel yang dilakukan di Laboratorium
viskositas, daya sebar, daya lekat dan pH Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
untuk melihat kestabilan sediaan selama Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
penyimpanan sebulan, sedangkan Tanjungpura, Pontianak, contoh sampel
pengujian efektivitas antimikroba sediaan yang diambil memang benar jahe merah
dilakukan pada hari ke 0 dan hari ke 29 (Zingiber officinale Rosc. var. rubrum).
untuk melihat apakah selama
penyimpanan terjadi penurunan efektivitas Skrining Fitokimia
antibakteri pada sediaan. Hasil skrining fitokimia terhadap
ekstrak etanol rimpang jahe merah
Analisis Data ditunjukkan pada tabel 3. Hasil
Data yang didapat berupa aktivitas menunjukkan ekstrak etanol rimpang jahe
antibakteri sediaan dengan berbagai seri merah mengandung senyawa fenol,
konsentrasi dan hasil stabilitas sediaan. flavonoid, glikosida, minyak atsiri, tanin
Analisis data dilakukan dengan dan terpenoid.
menggunakan program R-Commander seri
2.14.1. R adalah suatu kesatuan software Hasil Uji Konsentrasi Hambat
yang terintegrasi dengan beberapa fasilitas Minimum Ekstrak Etanol Rimpang
untuk perhitungan dan penampilan grafik. Jahe Merah dengan Metode Disc
Pengujian yang dilakukan adalah One Diffusion (Tes Kirby-Bauer)
Way ANOVA (Analysis of Varians) untuk Uji konsentrasi hambat minimum
membandingkan nilai signifikansi dari dilakukan dengan metode disc diffusion
formula I, II dan III. Selanjutnya Kirby-Bauer. Metode disc diffusion Kirby-
dilakukan uji T dengan uji T Independent Bauer adalah metode untuk menentukan
untuk mengetahui nilai perbandingan sensitivitas antimikroba. Kontrol negatif
sediaan gel ekstrak dengan kontrol positif. yang digunakan adalah pelarut dalam
pembuatan variasi konsentrasi yaitu etanol
96%.

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia

No. Pemeriksaan Reagen Pengamatan Hasil


1. Alkaloid Kloroform, Mayer Tidak terbentuk endapan putih -
2. Fenol Air, FeCl3 1% Terbentuk cairan hijau +
3. Flavonoid Mg, HCl Terbentuk cairan kuning +
4. Glikosida Molisch, H2SO4 Terbentuk cincin ungu +
5. Minyak atsiri NaCl Tidak terjadi penambahan air +
6. Saponin Air Tidak berbuih -
7. Steroid CH3COOH glasial, H2SO4 pekat Tidak terbentuk cairan biru/ungu -
8. Tanin FeCl3 5% Terbentuk cairan hijau kehitaman +
9. Terpenoid CH3COOH glasial, H2SO4 pekat Terbentuk cairan merah +

6
Tabel 4. Hasil Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum

Diameter daerah hambatan (mm)


No Konsentrasi
P. acnes S. epidermidis
1. 0,045 9 0
2. 0,050 10,33 0
3. 0,100 11 0
4. 0,500 12,33 13
5. 1,000 13,33 13
6. 5,000 14 13,33
7. 7,500 15 13,67
8. 10,000 18,67 15
9. Kontrol negatif 0 0

Berdasarkan hasil penelitian etanol diberikan oleh ekstrak etanol rimpang jahe
96% sebagai kontrol negatif tidak merah dapat dijelaskan berdasarkan
memiliki aktivitas sebagai antibakteri struktur dinding sel bakteri, dimana
yang teramati melalui tidak munculnya bakteri uji yang digunakan merupakan
zona hambat, hal ini dikarenakan etanol bakteri Gram (+) yang memiliki susunan
96% tidak memiliki cukup molekul air dinding sel yang relatif sederhana hanya
yang akan mempercepat proses penguapan terdiri dari komponen peptidoglikan dan
dan proses penetrasi ke jaringan(15). Hasil asam teikoat yang bersifat sangat polar
pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak sehingga mudah untuk ditembus oleh
rimpang jahe merah terhadap bakteri uji ekstrak yang juga bersifat polar.
dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan penelitian sebelumnya
Hasil uji aktivitas antimikroba dari menyatakan seyawa yang diduga berperan
kontrol negatif menujukkan tidak sebagai antibakteri adalah gingerol dan
terbentuknya zona hambat sedangkan shogaol yang merupakan senyawa
pada pengujian ekstrak diperoleh oleoresin pada jahe merah. Gingerol
konsentrasi hambat minimum pada merupakan salah satu senyawa fenolik
konsentrasi 0,5% dengan diameter 13 mm yang banyak terdapat pada minyak atsiri
pada bakteri S.epidermidis dan pada jahe merah yang dapat mengurangi
P.acnes pada konsentrasi 0,045% dengan tegangan permukaan sel sehingga dapat
diameter zona hambat sebesar 9 mm. menyebabkan terjadinya kehilangan
Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar permeabilitas membran(7), selain itu
1. Daya antibakteri ekstrak terhadap dibuktikan pada penelitian lain bahwa
P.acnes pada konsentrasi 0,045% adalah gingerol mampu memberikan efek seperti
sedang, 0,05-10% kuat. Sedangkan detergen yang secara tidak langsung juga
terhadap bakteri S.epidermis pada dapat menurunkan tegangan permukaan
konsentrasi 0,5%-10% memiliki daya sel bakteri, sehingga dapat disimpulkan
antibakteri yang kuat(16). senyawa gingerol dan senyawa fenolik
Hasil pengamatan menunjukkan lainnya dapat menyebabkan terjadinya
bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah kerusakan membran luar sel bakteri
memiliki aktivitas untuk menghambat dengan cara mengurangi tegangan
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat permukaan sel bakteri. Akibatnya, terjadi
yaitu S.epidermidis dan P.acnes. kehilangan sifat permeabilitas sel
Mekanisme aktivitas antibakteri yang menyebabkan kebocoran membran

7
0,5% 1% 10%
7,5%
0,1% 0,1%
b

a 5%
0,05% 5%
1%

(a) (b)
Gambar 1. Konsentrasi Hambat minimum (KHM) Ekstrak pada (a) P.acnes
sebesar 0,045%, (b) S.epidermidis sebesar 0,5%
sitoplasma dan pelepasan komponen sel mengganggu sintesis peptidoglikan
bakteri, termasuk asam nukleat, metabolit sehingga pembentukan dinding tidak
dan ion(17). sempurna. Sehingga dapat disimpulkan
Mekanisme lain berkaitan dengan aktivitas antibakteri ekstrak etanol
aktivitas yang diakibatkan oleh senyawa rimpang jahe merah dapat disebabkan
lipofilik yang terlarut dalam pelarut etanol adanya kandungan metabolit sekunder
seperti minyak atsiri. Kebanyakan pada rimpang jahe merah yaitu, fenol,
senyawa yang terkandung dalam minyak flavonoid, minyak atsiri, tannin dan
atsiri jahe menurut Oonmetta-aree dkk. terpenoid.
(2006) adalah Acetoxychavicol acetate
(ACA), p-kumaril diasetat, asam palmitat, Hasil Uji Efektivitas Antibakteri
eugenol, β-bisabolene, β-farnesene dan Sediaan Gel Ekstrak Etanol Rimpang
sesquiphelandren. Senyawa-senyawa Jahe Merah dengan Metode Disc
tersebut merupakan senyawa fenolik, ester Diffusion (Tes Kirby-Bauer)
asam lemah, asam lemak dan terpen(17). Gel yang dibuat pada penelitian ini
Senyawa fenolik dan enzim menggunakan kombinasi hidroksi propil
proteolitik jahe merah yakni zingibain metil selulosa (HPMC) dan Karbopol.
dapat menyebabkan pengendapan protein Kombinasi kedua bertujuan untuk
membran, melisis membran sel, koagulasi memperoleh massa gel yang lebih kental,
dan kehilangan komponen sel akibat bening, tidak tumpah ketika dituang
kerusakan membran(18). Selain itu, sehingga mempermudah pasien dalam
berdasarkan hasil skrining diketahui pengaplikasiannya. Pemilihan kedua
ekstrak mengandung senyawa flavonoid gelling agent tersebut sebagai basis dalam
yang dapat mengganggu aktivitas penelitian ini adalah karena memiliki
transpeptidase peptidoglikan sehingga stabilitas dan kompaktibilitas yang tinggi
pembentukan dinding sel terganggu dan dan toksisitas yang rendah. Gel yang
menyebabkan lisis sel. Senyawa lain yang dibuat adalah formula I (HPMC
terandung pada ekstrak adalah senyawa 70%:Karbopol 30%), formula II (HPMC
tannin yang merupakan senyawa fenolik, 50%:Karbopol 50%) dan formula III
dimana mekanisme senyawa tannin dapat

8
Tabel 5. Hasil Uji Efektivitas Gel Eksrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.
̅±SD, n=3)
var. rubrum) Hari ke-0 dan Hari ke-29 (𝒙

Diameter daerah hambatan (mm)


Formula Hari ke-0 Hari ke-29

P. acnes S. epidermidis P. acnes S. epidermidis


I 16,11 ± 0,381 14,00 ± 0,330 13,33 ± 0,000 12,11 ± 0,190
II 13,89 ± 0,190 12,89 ± 0,509 12,56 ± 0,196 11,45 ± 0,386
III 12,00 ± 1,062 11,44 ± 0,367 11,56 ± 0,196 10,89 ± 0,190
K 0,00 ± 0,000 0,00 ± 0,000 0,00 ± 0,000 0,00 ± 0,000
Veril 17,00 ± 0,000 32,00 ± 0,000 - -
Keterangan : I = Formula I III = Formula III
II = Formula II K = Kontrol Negatif

(HPMC 30%:Karbopol 70%). Ketiga hari ke-29 untuk melihat adanya


formula gel tersebut diuji aktivitas perubahan efektivitas sediaan gel selama
antibakterinya terhadap bakteri P.acnes penyimpanan 30 hari. Nilai diameter
dan S.epidermidis serta dibandingkan hambat sediaan gel setelah penyimpanan
dengan kontrol negatif berupa basis dari 30 hari dapat dilihat pada tabel 5.
masing-masing gel tersebut serta Hasil yang diperoleh menunjukkan
dibandingkan terhadap kontrol positif adanya penurunan aktivitas antibakteri
verile acne gel. Masing-masing formula gel. Penurunan aktivitas ini dapat
mengandung konsentrasi ekstrak jahe disebabkan oleh beberapa faktor seperti
merah yang sama, yakni 0,5%. Hasil uji kondisi penyimpanan dan tingkat
aktivitas antibakteri pada hari ke-0 dapat keasaman (pH)(19).
dilihat pada tabel 5. Analisis efektivitas antibakteri
Hasil pengamatan efektivitas sediaan dilakukan untuk melihat
antibakteri sediaan pada hari ke-0 perbedaan antar formula, serta
menunjukkan hasil bahwa gel yang hanya membandingkan efektivitas sediaan gel
mengandung basis tidak memiliki zona dengan kontrol positif. Hasil analisis
hambat, sedangkan gel yang ,mengandung menggunakan Independent sampel T-Test
ekstrak memberikan zona hambat namun menunjukkan pada hari ke-0 FI tidak
tidak memberikan zona sebesar kontrol berbeda signifikan dengan kontrol positif
positif yang digunakan. Hal ini dapat terhadap P.acnes dan pada hari ke-29
disebabkan oleh pengunaan konsentrasi antara FI dan FII serta FII dan FIII juga
ekstrak yang memberikan daya hambat memperlihatkan data yang tidak berbeda
mimimum, selain itu dapat dipengaruhi signifikan terhadap S.epidermidis dengan
oleh konsistensi gel yang kental nilai p>0,05, sedangkan pada
menyebabkan proses difusi gel pada perbandingan kelompok yang lain
media menjadi lebih lama sehingga zona memperihatkan hasil yang berbeda
yang terbentuk kecil. signifikan dengan nilai p<0,05.
Pengamatan pada grafik Berdasarkan data analisis tersebut dapat
menunjukkan adanya perbedaan disimpulkan efektivitas antibakteri sediaan
efektivitas antibakteri masing-masing gel yang paling baik adalah gel FI, dimana
sediaan. Pengujian gel dilanjutkan pada nilai efektivitas sediaan tidak berbeda
signifikan dengan kontrol positif.

9
Pengamatan Organoleptis juga menunjukkan bahwa sediaan yang
Hasil pemeriksaan organoleptis dibuat bersifat homogen, hal ini terlihat
dilakukan terhadap sediaan gel ekstrak dari pengujian tidak terlihat adanya
etanol rimpang jahe merah, yakni formula butiran yang menggumpal. Berdasarkan
I, II dan III dengan melihat perubahan data tersebut dapat disimpulkan sediaan
bentuk, warna, bau dan homogenitas gel ekstrak etanol rimpang jahe merah
sediaan. Hasil pengujian menunjukkan memiliki sifat fisik yang stabil.
tidak terjadinya perubahan bentuk, warna
dan bau sediaan selama penyimpanan 30 Uji Daya Sebar
hari. Hasil pemeriksaan homogenitas Pengamatan daya sebar bertujuan
menunjukkan bahwa seluruh sediaan gel untuk melihat kemampuan gel menyebar
tidak memperlihatkan adanya butir-butir pada permukaan kulit sehingga dapat
kasar pada saat sediaan dioleskan pada diketahui penyebaran zat aktif yang
kaca transparan. Hal ini menunjukkan dikandung oleh gel yang dibuat. Hasil
bahwa sediaan yang dibuat mempunyai pengamatan daya sebar gel ditunjukkan
susunan yang homogen(20). pada tabel 6.
Sifat gel yang stabil dapat
dipengaruhi oleh penggunaan HPMC dan Hasil pengamatan daya sebar
karbopol sebagai basis, dimana fungsi memperlihatkan sediaan mengalami
basis ini selain sebagai pembawa ekstrak pelebaran daya sebar. Daya sebar yang
juga sebagai pengemulsi dan penstabil didapat berkisaran antara 6,603–8,292 cm,
sediaan. Bahan lain yang mendukung nilai daya sebar gel yang baik antara 5–7
pembentukan organoleptis gel yang baik cm(21). Hasil pengujian formula II dan
adalah trietanolamin (TEA) yang III memasuki rentang dari hari ke-0
berfungsi sebagai emulgator dan hingga hari ke-29, sedangkan pada
memberikan konsistensi yang baik pada formula I sudah melewati rentang pada
karbopol dengan membentuk basis hari ke-14. Perubahan daya sebar ini
karbopol yang lebih kental dan bening. dapat dipengaruhi oleh beberapa
Propilenglikol berfungsi sebagai pelarut
faktor, diantaranya adalah kondisi
dan penstabil sediaan gel dan berfungsi
sebagai humektan atau pelembab kulit. penyimpanan dan suhu.
Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan

̅±SD, n=3)
Tabel 6. Hasil Pengamatan Daya Sebar (𝒙

Formula
Luas Penyebaran (cm2) Hari ke-
I II III
0 7,281 + 0,1899 6,603 + 0,1963 6,339 + 0,0640
2 7,504 + 0,0698 6,832 + 0,1160 6,376 + 0,0000
5 7,506 + 0,2794 6,871 + 0,1339 6,545 + 0,3391
8 7,544 + 0,0000 7,262 + 0,0687 6,602 + 0,0000
11 7,831 + 0,1420 7,303 + 0,1200 6,602 + 0,0000
14 8,123 + 0,1420 7,504 + 0,1857 6,602 + 0,1140
17 8,123 + 0,1420 7,585 + 0,0710 6,640 + 0,1316
20 8,292 + 0,0000 7,585 + 0,0710 6,641 + 0,2364
23 8,207 + 0,1466 7,667 + 0,1225 6,678 + 0,0658
26 8,292 + 0,0000 7,708 + 0,0704 6,716 + 0,0000
29 8,292 + 0,0000 7,830 + 0,0716 6,793 + 0,0664

10
8.839

8.339

7.839
Daya Sebar (cm2) Formula 3
Formula 2
7.339
Formula 1
6.839

6.339
0 2 5 8 11 14 17 20 23 26 29
Waktu pengukuran (Hari)
Gambar 2. Grafik Hasil Pengukuran Daya Sebar Gel

Daya sebar ini juga berhubungan untuk formula 1 berbeda signifikan


dengan viskositas gel yang dapat dengan formula 2 dan 3 hal ini dapat
dijelaskan dengan semakin tinggi disebabkan karena jumlah penggunaan
viskositas sediaan gel yakni pada formula basis yang berbeda.
III maka akan semakin kecil daya sebar
yang dihasilkan, semakin rendah Uji Daya Lekat
viskositas sediaan gel yakni pada formula Pengamatan daya lekat dilakukan
I maka semakin besar daya sebar gel pada untuk mengetahui kemampuan sediaan gel
kulit. Grafik pengamatan daya sebar bertahan dipermukaan kulit ketika telah
sediaan dapat dilihat pada gambar 2. dioleskan. Semakin besar nilai daya lekat
Hasil pengamatan daya sebar maka semakin besar difusi obat karena
dianalisis menggunakan perangkat ikatan yang terjadi antara gel dengan kulit
program R-Commander yaitu uji One Way semakin lama. Berdasarkan hasil
ANOVA untuk uji parametrik, sedangkan pengamatan selama 30 hari diperoleh data
untuk uji nonparametrik menggunakan uji yang stabil yakni lebih dari 60 menit.
Kruskal-Wallis. Analisis dilanjutkan
dengan uji T saling bebas.
Hasil analisis menggunakan uji one Uji pH
way ANOVA dan Kruskal-Wallis Penentuan pH sediaan gel terhadap
menunjukkan tiap formula memiliki sediaan gel ekstrak etanol rimpang jahe
perbedaan yang signifikan, dimana nilai merah dilakukan pada tiga formula: FI, FII
p<0,05. Berdasarkan analisis tersebut dan FIII dilakukan dengan menggunakan
dapat disimpulkan bahwa daya sebar pH meter (soil tester). Berdasarkan
antara FI, FII dan FIII memiliki perbedaan pengukuran pH dari masing-masing
dapat disimpulkan bahwa daya sebar formula selama pengamatan tidak terjadi
antara FI, FII dan FIII memiliki perbedaan penurunan. Sediaan gel untuk blanko
yang signifikan. Analisis juga dilakukan tanpa penambahan ekstrak etanol rimpang
antarformula, dimana hasil analisis jahe merah juga tidak mengalami
menunjukkan bahwa pada hari ke-0 tidak penurunan pH. Hal ini menunjukkan
terjadi perbedaan yang signifikan antara bahwa sediaan gel yang dibuat tetap stabil
formula 2 dan 3, hal ini karena konsisensi dalam penyimpanan. Nilai pH yang
formula 2 dan 3 hampir sama, sedangkan didapat dari sediaan gel adalah 6,9, nilai

11
pH diperoleh dari pencampuran komposisi gel menunjukkan bahwa gel memiliki sifat
bahan yang digunakan, dimana HPMC fisik yang stabil yakni bau, warna, bentuk
yang berada pada rentang pH 5,5-8,0, dan homogenitas dilihat dari tidak adanya
karbopol yang berada pada rentang pH perubahan dari hari ke-0 hingga hari ke-
2,5-4,0, metil paraben yang berada pada 29. Pengujian secara kimia, yakni pH
rentang pH 4-8, akuadest steril yang menunjukkan hasil yang stabil dimana
memiliki pH 7 dan yang paling penting tidak terjadi perubahan pH pada proses
adalah TEA berada pada pH 10,5 yang penyimpanan, namum menunjukkan hasil
dapat mempertahankan keadaan netral yang tidak stabil pada daya sebar sediaan
pada sediaan gel, sehingga dapat dan pengujian mikrobiologi yang
dipastikan bahwa gel yang dihasilkan mengalami penurunan efektivitas.
memiliki rentang pH yang tergolong
mendekati pH netral. Nilai pH yang Daftar pustaka
diperoleh masih berada dalam rentang pH 1. Webster, G. F. 2002. Acne Vulgaris.
sediaan gel ideal yakni antara 6-8(22). Brit. Med. J. 325(7362): Hal. 475-
Penelitian ini merupakan tahap awal 479.
untuk mengetahui aktivitas antibakteri
ekstrak rimpang jahe merah terhadap
P.acnes dan S.epidermidis serta untuk 2. Hafez K.A., Mahran A.M., Hofny
mengetahui stabilitas sediaan antijerawat E.R.M., Mohammed K.A., Darweesh
selama penyimpanan 30 hari secara fisik, A.M., Aal A.A. 2009. The Impact of
kimia dan mikrobiologi. Hasil penelitian Acne Vulgaris on The Quality of Life
menunjukkan adanya aktivitas antivitas and Psychologic Status in Patients
antibakteri terhadap P.acnes dan From Upper Egypt. Int. J.
S.epidermidis serta sediaan antijerawat Dermatology. 48: Hal. 280-5.
yang stabil. Namun belum diketahui
senyawa apakah yang berperan sebagai 3. Athikomkulchai, S.,
antibakteri serta masih perlu dilakukan Watthanachaiyingcharoen, R.,
pengujian apakah sediaan antijerawat Tunvichien, S., Vayumhasuwan, P.,
tersebut aman untuk diaplikasikan. Karnsomkiet, P., Sae-Jong, P. 2008.
The Development of Anti-Acne
Kesimpulan Products from Eucalyptus globulus
Berdasarkan hasil penelitian yang and Psidium guajava Oil. Health.
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Res. 22(3): Hal. 109-113.
Bahwa Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) ekstrak etanol rimpang jahe merah 4. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun
(Zingiber officinale Rosc. var. rubrum) Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit
terhadap P.acnes adalah 0,045% dan Jakarta: UI-Press. Hal. 28; 59-60;
S.epidermidis pada konsentrasi 0,5%. 182-188.
Pada formula I sediaan gel ekstrak etanol
rimpang jahe merah (Zingiber officinale 5. Prasti, S. 2012. Uji Aktivitas
Rosc. var. rubrum) dapat memberikan Antibakteri Ekstrak Rimpang Jahe
efektivitas antibakteri paling baik terhadap Merah (Zingiber officinale Rosc. var.
bakteri P.acnes dan S.epidermidis dengan rubrum) Terhadap Staphylococcus
nilai zona hambat masing-masing sebesar aureus ATCC 25923 dan Escherichia
16,11 mm dan 14 mm. Hasil uji stabilitas coli ATCC 25922. Skripsi. Pontianak:

12
Program Studi Farmasi Fakultas Dengue. J. Trop. Phar. Chem. 1(2):
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Hal. 137-145.

6. Mapiliandari, Herawati, C. Irawan, 13. Hadioeutomo, R.S. 1993.


N. Widijantie. 2008. Aktivitas Mikrobiologi Dasar dalam Praktek,
Antibakteri Oleoresin dari Beberapa Teknik dan Prosedur Dasar
Tanaman Rempah. Warta akab No. Laboratorium. Jakarta: Gramedia
19. Juli 2008. Pustaka Utama.

7. Poeloengan, M. 2011. The effect of 14. Indian Council of Medical Research.


red ginger (Zingiber officinale 2009. Detection of Antimicrobial
Roscoe) extract on the growth of Resistance in Common Gram
mastitis causing bacterial isolates. Negative and Gram Positive Bacteria
Indonesian Research Center for Encountered in Infectious deseases-
Veterinary Science. Afr. J. Microbiol. An Update. ICMR Bulletin. Hal: 39;
Res. 5(4): Hal. 382-389. 1-3.

8. Malu S.P, Obochi G.O, Tawo E.N., 15. Noer, S.F. 2011. Pengaruh Kadar
Nyong B.E. 2009. Antibacterial Etanol Dalam Sediaan Gel
Activity and medicinal Properties of Antiseptika Terhadap Pertumbuhan
Ginger (Zingiber officinale). Global. Bakteri Salmonella thyposa. Jurnal
J. Pure. Appl. Sci. 15(3): Hal. 365- Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
368. 6(12): Hal. 887-889.

9. Lachman L., Lieberman H.A., Kanig 16. Davis W.W, Stout T.R. 1971. Disc
J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Plate Method of Microbiological
Industri diterjemahkan oleh Suyatni Antibiotic Assay: II. Novel Procedure
S. Edisi II. Jakarta: UI Press. Hal. Offering Improved Acuracy.
1092-1095; 1119. Journals. ASM.org. 22 (4): Hal. 666-
670.
10. Suardi M., Armenia, Anita M. 2008.
Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti 17. Oonmetta-aree J., Tomoko S.,
Jerawat Benzoil Peroksida-HPMC. Piyawan G., Griangsak. E. 2006.
Antimicrobial Properties and Action
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.
of Galangal (Alpinia galanga Linn.)
Fakultas Farmasi FMIPA UNAND. on Staphylococcus aureus. Food. Sci.
Technol., 39: Hal. 1214-1220.
11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan. 1979. Materia Medika 18. Volk, W.A., Wheeler M.F. 1988. The
Indonesia. Jilid III. Jakarta: Basic Microbiology. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal. 155- Erlangga. Hal. 1;218.
171.
19. Naufalin, R., Batty S.L.J., Feri K.,
12. Ameliana, L., Lina, W. 2011. Uji Mirnawati S., Herastuti S.R. 2006.
Aktivitas Antinyamuk Lotion Minyak Pengaruh pH, NaCl dan Pemanasan
Kunyit Sebagai Alternatif Pencegah terhadap Stabilitas Antibakteri Bunga
Penyebaran Demam Berdarah

13
Kecombrang dan Aplikasinya pada 21. Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg, A.
Daging Sapi Giling. Jurnal Teknologi K. Sigla. 2002. Spreading of
dan Industri Pangan. 17(3): Hal. Semisolid Formulation: An Update.
197-202. Pharm. Technol. Hal. 84-102.

20. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat 22. British Pharmacopeia, 1999. British
dan Makanan. 1985. Formularium Pharmacopeia Volume III. London:
Kosmetika Indonesia. Jakarta: The Stationery Office. Hal. 28.
Depkes RI. Hal. 32-36.

14

Anda mungkin juga menyukai