I. Tujuan Percobaan
1. Memahami bagaimana cara menguji aktivitas antibiotika terhadap suatu
mikroba secara in vitro.
2. Melatih keterampilan dalam penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM).
3. Membandingkan 2 metode dalam penentuan KHM.
II. Pendahuluan
Alat Bahan
Autoklaf Alumunium foil
Benang kasur Alkohol 70%
Bunsen Antibiotik ampisilin Na
Cawan petri Antibiotik kloramfenikol
Gunting Antibiotik tetrasiklin HCl
Hot plate Aquadest steril
Inkubator Cakram kertas
Jarum ose Kain kasa steril
Labu erlenmeyer Kapas berlemak
Labu takar Kertas
Pinset Medium NaCl 0,9%
Pipet eppendorf Medium Nutrient Agar
Pipet volume Medium Nutrient Broth
Solatip Mikroba uji Escherichia coli
Tabung reaksi Mikroba uji Staphylococcus
aureus
IV. Prosedur
4.1.Persiapan Praktikum
4.1.1. Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri
Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri dilakukan dengan
cara panas lembab menggunakan autoklaf pada suhu 121℃
selama 15 menit. Jarum ose disterilisasi dengan cara fiksasi pada
nyala api bunsen.
4.2.Hari Praktikum
4.2.1. Pengujian Aktivitas Antibakteri Metoda Difusi Agar
Sebanyak 30 mL nutrien agar (NA) dicairkan dan dibiarkan
mencapai suhu ∓ 45℃, kemudian dituangkan kedalam cawan
petri steril yang sudah berisi suspensi bakteri sebanyak 0,5 mL.
Campuran kemudian diputar hingga homogen dan dibiarkan
selama beberapa menit sehingga menjadi padat. Empat buah
cakram kertas steril diletakkan pada tiap lempeng agar dalam
cawan petri. Setiap cakram ditetesi dengan 10 𝜇L larutan
antibiotik yang berbeda konsentrasi. Untuk 8 konsentrasi
penisilin digunakan 2 cawan petri. Pada cakram kertas akan
diperoleh kadar 5; 2,5; 1; 0,5; 0,25; 0,1 dan 0,01 𝜇g/cakram. Lalu
didiamkan ∓30 menit (pra inkubasi). Cawan petri kemudian
dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 37℃ selama 18-24
jam. Setelah inkubasi, diamati dan diukur diameter hambat yang
terbentuk di sekitar cakram kertas. Buat kurva hubungan
konsentrasi atau log konsentrasi dengan diameter hambatan untuk
antibiotik yang digunakan pada percobaan.
V. Data Pengamatan
5.1.Perhitungan pengenceran antibiotika
Larutan induk = 1g/ 10 mL akan dibuat 50 mL dengan konsentrasi 500
µg/mL.
500 µg/ mL x 50 mL = 25000 µg/ 50mL
= 25 mg/ 50 mL
1. V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 25 mg = V2 x 1000 mg
V2 = 1,25 mL
2. Konsentrasi 250 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 250 µg = V2 x 500 µg
V2 = 25 mL
3. Konsentrasi 100 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 100 µg = V2 x 250 µg
V2 = 20 mL
4. Konsentrasi 50 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 25 µg = V2 x 50 µg
V2 = 25 mL
5. Konsentrasi 25 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 25 µg = V2 x 50 µg
V2 = 25 mL
6. Konsentrasi 10 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 10 µg = V2 x 25 µg
V2 = 20 mL
7. Konsentrasi 7,2 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 7,2 µg = V2 x 10 µg
V2 = 36 mL
8. Konsentrasi 3,6 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 3,6 µg = V2 x 7,2 µg
V2 = 25 mL
9. Konsentrasi 1,8 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 1,8 µg = V2 x 3,6 µg
V2 = 25 mL
10. Konsentrasi 1 µg/ mL
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL x 1 µg = V2 x 1,8 µg
V2 = 27,8 mL
Nilai KHM Tetrasiklin HCl terhadap S.aureus IIB : 2,5 µg/cakram kertas.
Gambar 5.2.2.1. pertumbuhan bakteri S.aureus pada konsentrasi 0.03 dan 0.06
µg/mL kelompok IB
Tabel 5.2.2.2. Hasil pengamatan kelompok IIB petumbuhan bakteri S.aureus
pada media yang mengandung Ampisilin Na
Pertumbuhan
Konsentrasi Ampisilin Na
bakteri (+/-)
(µg/ml)
S.aureus
0,12 -
0,24 -
Gambar 5.2.2.2. pertumbuhan bakteri S.aureus pada konsentrasi 0.12 dan 0.24
µg/mL kelompok IIB
Tabel 5.2.2.3. Hasil pengamatan kelompok IIIB petumbuhan bakteri S.aureus
pada media
yang mengandung Tetrasiklin HCl
Konsentrasi Tetrasiklin Pertumbuhan
HCl bakteri (+/-)
(µg/ml) S.aureus
0,9 +
1,8 +
0,12 +
0,24 +
6
Diameter Hambatan
5
4
3 Diamter Hambat S. Aureus
(Cm)
2
Diamter Hambat E. Coli (Cm)
1
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -1 0 0.5 1
Kadar Tetrasiklin
2
1.5
1 Diamter Hambat S. Aureus
(Cm)
0.5
Diamter Hambat E. Coli (Cm)
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.5 0 0.5 1
Kadar Kloramfenikol
4
3
2
1
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1
Kadar Ampisilin
VII. Kesimpulan
1. Cara menguji aktivitas antibiotika terhadap mikroba uji secara in vitro dapat
dilakukan dengan metode difusi agar dan pengenceran agar
2. Penentuan KHM pada metode difusi agar parameternya adalah terdapat
zona hambat, dan pada metode pengenceran agar adalah ada atau tidaknya
pertumbuhan bakteri
3. Kedua metode dibandingkan, untuk melihat kerja antibiotika yg paling baik
pada konsentrasi terkecil dan sudah mampu menghambat pertumbuhan
bakteri.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid I dan
II.
Radji, DR. Maksum. 2010. “Buku Ajar Mikrobiologi Panduan
Refdanita, Maksum R, Nurgani, Endang. 2004. Pola Kepekaan Kuman
Terhadap Antibiotika Di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002. Jakarta: Makara kesehatan,
Vol. 8, No. 2, Desember: 41-48.